"Aw...." Teriak seorang wanita cantik yang kaget mendengar suara klakson mobil saat dia akan menyebrang jalan.
Mobil mewah berwarna hitam itu, sempat berhenti sebentar, kemudian kembali melaju membelah jalan ibu kota.
"Ya Tuhan, syukur saya tidak tertabrak" ucap wanita mudah itu kepada dirinya sendiri sambil mengelus dada.
...................................
Siapakah wanita cantik dan muda itu ? Dia adalah Vania Wahyuningsih yang baru berusia 18 tahun dengan memiliki tubuh yang subur, bisa dikatakan tubuhnya tidak sesuai dengan umurnya. Vania anak yang cantik memiliki rambut hitam yang panjang, kulit yang putih, hidung yang mancung, dan memiliki lesung pipi. Vania adalah murid yang sangat cerdas, pintar dan berprestasi sehingga dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas ternama di ibu kota Jakarta. Namun sayang saat pertama kali menginjak kota Jakarta, jantungnya sudah hampir copot karena akan tertabrak sebuah mobil mewah berwarna hitam.Vania sudah dua jam berkeliling kota Jakarta untuk mencari alamat yang diberikan kepala sekolah namun belum juga dia temukan. Vania sudah banyak bertanya kepada orang-orang yang dia jumpai, tetapi tidak ada yang tahu di mana alamat itu. Dia duduk di atas bangku yang ada di sebuah taman, kakinya yang sudah terasa capai membuat dia harus beristirahat sejenak, terik matahari membuat tenggorokannya kering, dan kulit putihnya terasa gosong.
Vania meraih sebuah foto dari tas ranselnya, dengan melihat foto itu semangatnya bisa pulih kembali. Dia tersenyum sambil mengelus Foto yang ada di tangannya saat ini. "Ibu aku akan berjuang demi kamu dan Dita" ucap Vania. Dita adalah adik kandung Vania yang saat ini baru berusia 10 tahun, tetapi anak itu bisa dikatakan kurang beruntung karena diusianya yang masih anak-anak, dia sudah menderita bocor jantung. Hal itu yang membuat Vania bersemangat untuk melanjutkan kuliah di ibu kota sambil bekerja agar bisa membantu biaya pengobatan adiknya.
Jantung Vania tiba-tiba berdegup kencang saat seorang pria melangkah ke arahnya. "Hay... Apa aku bisa duduk di sini ?" Tanya pria itu. Vania hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"Kamu baru datang ke Jakarta ya?" Pria itu kembali bertanya.
"I...iya..kak" sahut Vania dengan gugup.
"Santai saja. Kamu tidak perlu takut, aku bukan orang jahat. Oh iya, kenalkan namaku Rico" pria itu menyodorkan tangannya kepada Vania dan disambut tangan Vania
"Saya Vania" sahut singkat Vania.
"Oh iya, kamu baru datang dari mana?" Rico kembali bertanya. Ia tahu kalau Vania sedang mencari alamat, sebab dia melihat sebuah kertas di tangan Vania.
"Saya dari desa gunung raya kak" jawab Vania dengan ragu-ragu.
"Kamu pasti sedang mencari alamat ? Coba aku lihat alamat yang kamu cari" Rico meraih kertas dari tangan Vania.
"Ow...ini tidak jauh dari tempat saya. Kalau kamu mau, aku bisa mengantar kamu" Rico menawarkan bantuan kepada Vania. Sebab kost yang dicari Vania tidak jauh dari rumahnya. Tetapi Vania sempat menolak bantuan Rico, karena dia sama sekali tidak kenal dengan pria yang menawarkan bantuan kepadanya saat ini. Apa lagi sebelum dia berangkat, ibunya sudah berpesan agar tidak sembarang menerima ajakan dan bantuan dari orang yang tidak dikenal.
Tetapi karena wajah Rico terlihat baik dan tulus, akhirnya Vania menerima bantuan Rico untuk mengantarnya ke alamat yang dia cari. Di sepanjang perjalanan Vania hanya diam tidak berani membuka mulut, jantungnya berdegup kencang dia takut kalau Rico akan menjual atau mencelakainya. Karena di zaman sekarang sungguh banyak kejadian-kejadian yang tidak terduga dan di luar akal sehat manusia.
"Apa kamu datang ke Jakarta hanya seorang diri ?" Rico kembali bertanya untuk memecah keheningan diantara mereka.
"I..iya kak" sahut Vania dengan singkat. Mobil itu kembali hening hingga mereka tiba di depan sebuah bangunan berlantai dua.
"Apa ini alamat yang saya cari ?" Vania akhirnya membuka mulut.
"Iya. Ini dia alamat yang ada di dalam kertas itu" Rico melangkah mendekati pos penjaga. Karena yang setahu Rico kost ini husus untuk anak yang berprestasi dan mendapatkan beasiswa, itu artinya Vania pasti sudah terdaftar di sini dan sudah ada pemberitahuan dari pihak sekolah.
"Maaf pak. Kamar nomor berapa untuk anak baru yang bernama Vania ?" Tanya Rico. Vania mengerutkan keningnya, dia bingung kenapa Rico sudah bisa memastikan kalau ini tempat yang Vania cari dan kenapa pria itu tahu kalau dia sudah terdaftar di kost ini.
"Iya Den, sebentar saya cek dulu" sahut penjaga kost.
Setelah penjaga kost memberitahu nomor kamar Vania dan memberikan kuncinya ! Vania melangkah menuju kamar nomor 13 dan diikuti Rico.
"Vania" panggil Rico
"Iya kak" sahut Vania lalu menghentikan langkahnya untuk menunggu Rico yang sedang melangkah ke arahnya.
"Aku antar kamu sampai di sini saja ya ? Kamu sudah tahu kamarnya kan ?"
"Sudah kak. Terima kasih ya kak sudah membantu Vania" ucap Vania dengan hormat dan sopan. Dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan pria sebaik Rico. Dia berpikir kalau orang kota itu sifatnya sombong dan tidak peduli dengan orang desa seperti dirinya, ternyata dia salah.
"Sama-sama. Aku pergi dulu ya ?" Rico berpamitan, tadinya dia berniat untuk meminta nomor ponsel Vania, tetapi saat menatap mata indah Vania dia tiba-tiba lupa dengan tujuannya.
..................Matahari telah menyembunyikan sinarnya, kini digantikan dengan cahaya bulan. Vania sedang duduk sendiri sambil termenung di teras kostnya, yang ada dihayalannya saat ini adalah ibu dan adiknya yang tinggal di desa. Sedang apa mereka, bagaimana mereka, apakah mereka sudah makan ? Itu yang ada di dalam pikirannya."Hay... Kamu anak baru ya" suara lembut seorang wanita telah menyapa Vania dan membuatnya tersadar dari hayalannya.
"UM...i..iya" sahut Vania dengan gugup karena kaget.
"Perkenalkan nama saya Siska"
"Saya Vania" sahut Vania sambil menjabat telapak tangan Siska.
Mereka saling berkenalan, bercerita, bercanda tawa, kebetulan Vania akan satu kampus dengan Siska. Kedua wanita cantik itu tiba-tiba saja dekat seperti sudah lama kenal.
Vania yang tadinya sedang tertawa tiba-tiba menutup mulut, matanya tidak sengaja melihat mobil mewah berwarna hitam masuk dari gerbang kost. *Itu kan mobil yang mau menabrak saya tadi pagi. Kenapa ada di sini?* Tanya dalam hati Vania. Dia tadi sempat melihat nomor plat kendaraan yang ingin menabraknya.
"Woi...apa yang kamu lihat ?" Tanya Siska.
"Sis. Kamu kan sudah lama tinggal di sini ! Kamu kenal dong sama pemilik mobil itu ?" Vania mengarahkan telunjuknya ke arah mobil mewah yang sudah terparkir rapi.
"Oh...itu, yang punya mobil itu namanya om Alex, dia pria yang baik dan tampan serta kaya raya" sahut Siska dengan penuh semangat.
"Hm...apa dia kost di sini juga?" Vania tiba-tiba saja jadi ingin tahu tentang sipemilik mobil itu.
"Bukan...om Alex tidak tinggal di sini, dia satu kali seminggu pasti datang kemari untuk memberikan bantuan kepada anak-anak yang berprestasi seperti kita"
"Oh..." Sahut singkat Vania. Ia benar-benar tidak menyangka kalau orang yang sempat ingin menabraknya ternyata baik dan dermawan.
"Tau enggak, om Alex itu seperti apa ?" Tanya Siska "dia itu bukan hanya baik dan dermawan, tapi om Alex itu pria idaman para wanita. Dia ganteng, tubuhnya perfek banget, kalau di jadikan istri ke 7 pun aku pasti mau" lanjut Siska dengan semangat 45.
"Ya ampun, masa istri ke 7 kamu mau ? Setampan apa sih om Alex itu" Vania semakin penasaran ingin melihat wajah yang disebut om Alex itu.
"Nanti aku kenalin sama kamu, om Alex sekarang pasti lagi menemui ibu kost setelah itu dia pasti duduk ke ruang tamu untuk berbincang-bincang dengan anak kost yang ada di sini"
"Ya sudah, aku ke kamar dulu ya ? Nanti kalau om Alex suda ada di ruang tamu, kamu panggil aku" pesan Vania kepada Susan sebelum ia masuk ke dalam kamarnya. Entah mengapa Vania tiba-tiba saja penasaran ingin melihat wajah Alex, padahal selama ini dia tidak pernah tertarik untuk melihat laki-laki.
Semua para anak kost sudah berkumpul di ruang tamu dan mengelilingi seorang pria tampan ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Masing-masing sudah mendap amplop dari Alex sebagai jatah mingguan dari pria tampan itu.
"Oh iya om, kita ada anak baru loh ?" Ucap Siska di sela-sela perbincangan mereka.
"Oh ya ? Yang mana anak barunya ?" Tanya Alex sambil memandangi satu persatu wajah yang ada di hadapannya.
"Dia ada di kamarnya om. Sebentar biar aku panggil" Siska bangkit dari sofa dan melangkah ke arah pintu kamar Vania.
"Vani....Vania..." Panggil Susan sambil mengetuk pintu.
"Iya, sebentar" suara lembut Vania dari dalam kamar.
"Apa Sis?" Tanya Vania setelah membuka sedikit pintu kamarnya dan melihat Siska berdiri di depan pintu.
"Itu....om seksi sudah nungguin kamu" Siska menunjuk ke arah teman-temannya yang berkumpul di ruang tamu.
"Aku malu, di sana ramai sekali" tolak Vania. Dia memang tidak biasa bertemu dengan orang ramai, Vania adalah anak yang pemalu dan tidak suka bergaul seperti anak seusianya.
"Ayo.... enggak apa-apa, kan ada aku ? Nanti kamu bisa sekalian berkenalan dengan teman-teman yang tinggal di kost ini" bujuk Susan sambil menarik pergelangan tangan Vania keluar dari kamar.
Jantung Vania berdegup kencang, telapak tangannya yang kering tiba-tiba menjadi basah dan dingin, tubuhnya sedikit bergetar saat mereka sudah dekat dengan ruang tamu.
"Ini dia anak barunya om" ucap Siska. Saat ini mereka sudah berdiri di depan Alex.
Mata Alex membulat saat melihat tubuh aduhai Vania, dia sulit untuk menelan salivanya karena gugup. Selama 5 tahun ini Alex tidak pernah tertarik melihat wanita lain, dia masih setia dengan almarhum istrinya. Tetapi kali ini jantungnya berdegup kencang melihat kulit putih mulus Vania, dia memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala Vania. Celana pendek setengah paha berwarna merah dengan kaus oblong putih yang di kenakan Vania saat ini, sangat menarik perhatian Alex, yang paling membuat dia gagal fokus adalah....
*****Alex benar-benar gagal fokus saat melihat gunung kembar Vania yang sangat berisi dan menantang. Walaupun Vania masih tertunduk belum menunjukkan wajahnya, tetapi Alex percaya kalau wanita yang berdiri di hadapannya saat ini pasti cantik. "Kamu siapa namanya?" Tanya Alex. Dia berusaha tetap tenang tapi sebenarnya jantungnya sudah meronta ronta di dalam sana. Ini pertama kalinya selama 5 tahun terakhir ini, dia merasakan debaran jantung seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta. "Saya Vania om" Vania mengenalkan dirinya. "Oh...Vania. sini duduk di dekat saya saja" sahut salah satu pria yang tinggal di kost itu juga. "Jangan Vania. Dia itu playboy cap ikan rebus, kamu duduk di dekat aku saja" cibir yang satu lagi. "Dari pada merek ribut ! Kamu duduk di sini saja" Siska mendudukkan Vania di samping Alex. Jantung Alex semakin berdegup kencang, seluruh bulu kuduknya berdiri saat kulit mulus tangan Vania bersentuhan dengan kulit tangannya. "Om...jangan lupa memberikan jatah untuk Vania,
Vania meremas jemarinya saat mereka tiba di depan kafe dan melihat sedang ramai pengunjung. Dia bingung harus bersikap seperti apa, dan jika ditanya dia harus menjawab apa. Dia mengikuti langkah kaki Siska masuk ke dalam kafe. Sebelum masuk ke dalam ruangan sang pemilik kafe, Vania menghirup udara lalu membuangnya dari mulut untuk merilekskan perasaannya yang gugup. "Sis aku takut" bisik Vania."Tenang saja, teman aku itu orangnya baik dan ramah sama seperti aku" sahut Siska."Selamat siang Ferdy ?" Sapa Siska saat membuka pintu."Hay...kamu sudah datang ?" Pria yang disebut Ferdy itu, bangkit dari kursi kerajaannya dan melangkah menyambut kedatangan mereka "silahkan duduk" lanjut Ferdy setelah mereka saling berjabat tangan."Wts...ada teman baru" goda Ferdy."Ini Vania Ferdy, yang aku ceritakan tadi pagi loh sama kamu" jelas Siska. Tadi pagi setelah mendengar perbincangan Vania dan Rati, Siska langsung menghubungi Ferdy untuk menanyakan apa kafeny
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi, Vania sudah berada di dapur bersama Rati. Vania memang hobi memasak, dia sama seperti ibu yang membesarkannya. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Vania dan teman-temannya sarapan bersama."Vani, hari ini kamu sudah mulai masuk kampus kan ?" Tanya Siska"Iya sis" jawab singkat Vania. Ia sebenarnya tidak suka berbicara saat sedang makan, tetapi ia terpaksa melakukannya untuk menjaga perasaan temannya."Nanti aku antar kamu ke kampus" tawar Siska"Loh, emang kamu enggak masuk kampus hari ini Sis ?" Tanya Vania sambil menghentikan makannya"Hari ini aku masuk siang Vani. Jadi pagi ini aku husus mengantar kamu saja" jawab Siska dengan tersenyum manis."Enggak usah repot-repot Sis, aku bisa naik ojek atau angkutan umum" tolak Vania, ia merasa tidak enak jika harus merepotkan Siska setiap hari. Dengan mendapatkan pekerjaan saja berkat bantuan dari Siska, itu sudah lebih dari cukup bagi Vania."Kam
Matahari mulai menyembunyikan sinarnya di atas permukaan laut dan sebentar lagi akan diganti dengan cahaya bulan. Saat ini Vania sedang duduk sendiri di teras kosnya menunggu waktu untuk ia berangkat bekerja ke kafe. Ia berharap semoga hari pertamanya bekerja tidak seburuk hari pertamanya masuk kuliah. Hukuman dari Tia sang kakak kelasnya membuat Vania jadi sedih. Jika tidak karena adiknya Dita butuh biaya untuk berobat ! Mungkin Vania sudah memilih kembali ke desa saat ini juga. Saat Vania akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba motor Siska masuk dari gerbang, wanita cantik itu memanggil nama Vania dengan lantang."Vani, Vania" panggil Siska, ia buru-buru memarkirkan motornya lalu berlari menghampiri Vania."Vania, apa benar kamu dapat hukuman dari Tia ?" Tanya Siska"Hm..." Sahut Vania dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis."Kamu kenapa tidak melawannya ?" Protes Siska."Sudah, enggak apa-apa Sis, kita tidak perlu melawan orang seper
Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Vania membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa lelah setelah bekerja selama 6 jam. Dalam hitungan detik, kedua bola mata Vania tertutup rapat. Ia menjemput mimpi indahnya bersama para pangeran tampan.Tok....tok...tok.... Seseorang telah mengetuk pintu kamarnya. Vania dengan malas membuka matanya, lalu menurunkan kakinya dari atas ranjang melangkah menuju pintu.Cek lek suara pintu terbuka."Vania, kamu enggak kuliah ya ?" Ucap Siska dengan suara cemprengnya"Aku masih ngantuk Sis, kamu ngapain tengah malam datang ke kamarku ?" Sahut Vania. Ia berpikir kalau saat ini masih malam."Hellowww.....ini bukan malam lagi nona, tapi sudah jam 7 pagi, bahkan anak-anak kost sudah berangkat ke kampusnya masing-masing" ucap Siska sambil menjentikkan jari di depan wajah Vania.Vania refleks membuka matanya dengan sempurna "ya Tuhan" ucap Vania. Tanpa sadar ia langsung menutup pintu kamarnya dan berla
Sementara di perusahaan Winata Grup. Alex sedang berkumpul dengan geng KUDAJIR yaitu Kumpulan Daddy Tajir."Lex, kamu sampai kapan hidup sendiri seperti ini ?" Tanya Andrian Mahendra, sahabat Alex sejak kecil. Memiliki perusahaan sama sepertinya."Iya, benar itu" timpal Biyan."Aku belum terpikir untuk mencari pengganti Santi" jawab Alex"Belum terpikir atau yang itu enggak hidup lagi" canda Andrian sambil memayungkan bibirnya ke arah bawa pusat Alex"Sembarangan lu ?" Protes Alex"Aku juga berpikir seperti itu. Sedangkan kita yang masih punya istri tetap aja ingin coba yang lain" timpal Biyan"Kalian berdua kan beda denganku" jawab Alex dengan santai."Ya jelas beda lah bro. Punya kami masih hidup dan norma. Kalau punya kamu mah, perlu diragukan" cibir Biyan."Ih....kalian benar-benar" geram Alex"Kalau memang punya kamu masih hidup dan norma ! Coba buktikan" tantang Andrian"Besok-
Dua hari telah berlalu, Vania belum juga mendapatkan uang untuk biaya operasi Dita. Ia sudah mencoba meminjam kepada Ferdy sang bosnya di kafe. Tetapi Ferdy justru meminta imbalan darinya, yaitu menikah sirih dengannya. Tentu saja Vania menolak permintaan Ferdy. Di saat itu juga ia sadar, kenapa Siska melarangnya untuk meminta bantuan kepada Ferdy.Vania mondar-mandir di kamarnya, ia sudah tidak tahu lagi dari mana bisa mendapatkan uang. Ia sudah mencoba untuk melamar sebagai pelayan di rumah orang kaya. Banyak yang menerimanya bekerja, tapi tidak satupun yang mau meminjamkan uang dengan jumlah sebanyak yang ia minta.Jalan satu-satunya, ia harus meminta bantu kepada Regina. Vania keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur untuk mencari Rati sang ibu kost. "Selamat pagi buk" sapa Vania"Pagi Vania" sahut Rati"Buk, aku boleh pinjam ponselnya sekali lagi" ucap Vania ragu-ragu.Rati menghentikan gerakan tangannya yang memotong kentan
Dua hari telah berlalu, Vania belum memberikan jawaban kepada Regina, sementara dokter yang menangani Dita sudah berkali-kali menghubunginya, menanyakan kapan Dita akan dioperasi. Dokter selalu mendesak Vania karena Dita saat ini sedang kritis. Anak malang itu sudah dua kali kritis dalam satu Minggu ini.Vania meraih ponsel dari atas meja belajarnya, lalu menghubungi Regina. Ia mengatakan kalau dia bersedia menjadi sugar baby. Walaupun Vania belum mengerti apa itu sugar baby, tetapi keputusannya sudah bulan.Setelah sambungan teleponnya terputus, Regina mencoba menghubungi Daddynya.Tu...tu...tu.... "Ayo angkat dong sayang" ucap Regina. Sudah tida kali ia menghubungi Andrian tetapi tidak satupun yang terhubung. Dengan rasa tidak sabar, Regina meraih kunci mobil dari atas meja rias, lalu pergi ke kafe di mana biasanya kumpulan Daddy Tajir itu biara nongkrong.Benar saja, saat tiba di sana, ia sudah melihat mobil Andrian dan Alex ada di parkiran kafe. Sebel