Leon perlahan membuka kancing kemeja piyama yang di kenakan Hana
Gadis itu masih duduk di atas Leon, pipinya semakin merah. Ia seharusnya tengah berduka dengan kematian ibunya dan adiknya yang menghilang tapi sisi lain hatinya teramat bahagia apalagi Leon mengajaknya menikah
Perlahan Leon melepas semua pakaian yang melekat pada Hana. Pria itu lalu menggenggam kedua tangan Hana
"Ayo lakukanlah sesukamu" ujar Leon
Pipi Hana dan tubuh Hana terlihat semakin merah. Ia malu sekali. Terakhir kali melakukkannya adalah saat Leon tengah mabuk tapi sekarang kedua mata pria yang dicintainya ini menatap fokus pada tubuh polosnya
"Bagaimana caranya?" Tanya Hana polos
"Kau tidak pernah melakukannya lagi?"
Hana menggeleng "Tidak... Aku hanya pernah melakukkannya denganmu waktu itu"
Leon berbaring di samping Hana di atas sofa. Pria itu menaruh tangannya di cekungan leher Hana kemudian mencium lembut di sana . Ada seulas senyum bahagia di wajah mereka yang tengah mabuk asmara"Aku mengantuk ayo kita tidur" bisik Leon pelanLeon menggelung bed cover ke tubuh mereka berdua. Hana memejamkan matanya, sulit dipercaya, ia kini dalam dekapan pria yang ia cintai.Saling mendekap dan menghangatkan satu sama lain hingga keesokan paginya Hana yang terbangun lebih duluHana memandangi wajah Leon lebih dekat. Memperhatikan garis-garis wajahnya, lekukan kedua matanya, tulang hidungnya dan bibir pria ini lebih dekat.Ujung jari telunjuk Hana menyentuh pipi Leon , mata Leon terbuka. Tangan Leon bergerak memegang tangan Hana .Rupanya pria itu sudah bangun sedari tadi sebelum Hana bangun"Selamat pagi om Leon" sapa Hana"Selamat pagi juga Hana"Leon hendak mencium Hana la
Hujan....Hana menatap hujan deras dari balik kaca loby kantornya. Tiga puluh menit yang lalu ia sudah pulang kerja namun karena hujan. Hana dan teman-teman kantornya yang akan pulang memutuskan menunggu sampai hujan diluar reda"Hana.... Kamu mau married ya ?" Anne menepuk pundak Hana dari belakang"Iya mba Anne ko bisa tahu?"Karena seingatnya Hana belum sempat cerita ke teman-temannya di kantor kecuali Nathan dan Bu Marie"Dari Bu Marie , dia bilang katanya kamu mau married tadi dia minta cariin pelamar kerja buat gantiin posisi kamu ""Nanti teman-teman di kantor di undang ya"Hana mengangguk"Wah enggak nyangka ya, kamu masih muda malah nikah duluan, ngelangkahin kami-kami ini yang udah kepala tiga""Iya sih hidup itu kadang enggak adil buat wanita" Tina ikut nimbrung"Laki-laki se
Hana terbangun dengan pusing yang hebat di kepalanya. Kedua matanya ditutupi sehelai kain berwarna hitam membuat gadis itu tak bisa melihat apapun"Apa ini... Kenapa pandanganku gelap?"Ia mencoba bergerak namun tubuhnya tak bisa digerakkkan karena kedua tangan dan kakinya diikat di sebuah kursiApa, aku sedang diculik? Tanya Hana di dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Tunggu bukankah aku sedang bersama pak Viko tadinya...."Wah sudah bangun ya rupanya....." sapa seorang lelaki yang suaranya tak asing ditelinga HanaHana mendongak mencari asal suara"Pak Viko apa itu anda?" Tanya Hana memastikan"Menurutmu aku siapa?"Kini suara itu dibisikkan tepat disebelah telinga kiri Hana."Apa yang anda lakukan kepada saya?" Bibir Hana gemetar ketak
Vania baru saja hendak berendam dalam bath tube jika tidak mendengar bel rumahnya berbunyiIa memakai kembali dresnya lalu membuka pintu rumahnya . Dua orang pria tidak dikenal langsung menginterogasinya"Dimana suamimu?" Tanya Leon dengan nada membentak"Kalian siapa? Aku tidak kenal dan tidak mengerti ucapan kalian?""Bu Vania mohon maaf, nama saya Nathan. Saya karyawan di perusahaan suami anda, dan ini saudara sepupu saya. Bisakah kami tahu dimana pak Viko sekarang""Dia belum pulang, memangnya ada urusan apa sampai sepupumu ini membentakku""Cepat hubungi suamimu sekarang" Leon memerintah Vania"Apa kau tidak bisa bersikap lebih santun terhadapku?""Aku tidak bisa menunggu lagi, suamimu menculik calon istrikku""Apa maksud nya ini? Apa ini lelucon? Mana mungkin suamiku menculik calon istrimu? Memangnya siapa calon istrimu itu ? Jangan sembarangan menuduh ya , aku kenal
3 tahun sebelum kematian ibunda HanaHari masih terlalu gelap untuk memulai beraktifitas namun keributan di rumah Hana sudah dimulai . Dari balik kamar Hana mendengar suara piring yang dilemparkan berkali-kali dibarengi teriakan ayah Hana.Hana berusaha menenangkan kedua adik perempuannya Sita dan Mira . Mira , adik Hana yang paling kecil merangkul kedua kakaknya dengan lengan kecilnya, ia menatap kedua kakaknya seakan bertanya apa yang sedang terjadi"Aku harap ayah secepatnya pergi ke neraka , agar dia tak mengganggu tidur kita setiap malam " jawab Sita penuh amarah"Sita.... Bicara apa kamu, dia itu ayah kita" Hana menegur adiknya yang berwajah manis itu"Kita tidak butuh ayah pemabuk yang tidak berguna seperti dia" Sita melanjutkan kembali tidurnyaHana menggendong mira dipangkuannya mengintip dari sedikit pintu yang terbuka , disana pemandangan yang menyakitkan . Ayahnya sedang marah karena peng
Mira keluar dari dalam rumah dengan tangannya memegang piring plastik berisi nasi goreng, tangan kecilnya berusaha memasukan sesuap demi sesuap ke dalam mulut mungilnya. Ada banyak butir nasi yang menempel berantakan di baju Mira .Aaaaa.... Hana membuka mulutnya minta disuapiMira mengangguk dengan senang hati, ia terlihat berusaha menyuapi kakaknya dengan satu sendok penuh nasi goreng ke dalam mulut Hana"Mmmmm.... enaknya, nasi goreng ibu memang paling enyyakk sedunia " puji HanaIbunda Hana tersenyum melihat tingkah kedua putri yang amat disayanginya itu , lalu ibunda Hana mengeluarkan selembar lima ribu yang terlihat basah dari saku dasternya, ia memberikannya pada Hana"Maafin ibu ya Hana, uang jajanmu hari ini hanya segini "Hana menerimanya dengan senang hati meski ia tahu nominal uang segitu hanya cukup untuk membeli sekantung plastik es teh manis di kantin sekolahnya, Hana tak ingin membuat ibundanya bersedi
Hana berdiri mematung di depan pagar rumahnya yang sudah karatan. Beberapa bagian besinya nampak kopong dan patah. Gadis itu ragu untuk masuk ke dalam rumah sekarang, alasannya karena sebuah surat yang kini ada digenggaman tangannya . Surat peringatan dari sekolah karena sudah empat bulan Hana belum membayar uang spp sekolah ."Permisi, apa benar ini rumah pak Gunawan?" Sebuah tangan menepuk pundak HanaHana berbalik "benar pak, bapak siapa ya?" Hana bergidik ngeri melihat laki-laki ini . Tampangnya sangar dengan kacamata hitam dan jaket kulit mengkilatnya, bukan hanya satu tetapi ada lima orang lelaki berpenampilan serupaTanpa menjawab pertanyaan Hana , laki-laki itu langsung membuka paksa pagar rumah Hana diikuti gerombolan dibelakangnyaKejadiannya berlangsung cepat ,gerombolan lelaki itu memasuki rumah Hana dan keluar mengangkuti barang-barang perabotan dari dalam rumah"Jangan pak, jangan ambil baran
"ketuklah pintunya, bos ada di dalam" wanita itu menyuruh HanaHana tampak gugup, meski begitu tangannya akhirnya berani mengetuk pintuTok tok tok tok , terdengar pelan"Lakukan lagi, ketukanmu tak terdengar di telinga bos kami, kau tahu bahkan dokter mengambil sebagian daun telinga kanannya" ucap wanita itu penuh senyumHana menelan ludahnya,Tok tok tok tok , hana mengulanginya kali ini ketukan tangannya lebih bertenaga"Siapa?" Teriak seseorang dari dalam"Ada tamu bos, seorang gadis memakai seragam SMA , mau bertemu bos katanya " jawab wanita itu masih dengan tersenyumEntah kenapa bagi Hana , senyuman wanita itu justru terlihat menakutkan"Gimana bos, boleh masuk sekarang?" Tanya wanita itu lagi"Baiklah,bawa gadis itu masuk kemari"Pintu pun dibuka pelan-pelan , wanita bergincu yang entah siapa namanya itu masuk duluan, di ikuti Hana dibela