“ARISSSSAAAAAAA…..”
Suara teriakan yang menggelegar langsung menyentak mereka berdua.
George sedang berlari kea rah mereka sambil melambaikan kedua tangannya ke atas lebar-lebar.
Arissa bangkit berdiri sambil tersenyum. “Ada apa, George?”
Dalam waktu singkat, George sudah sampai di depan mereka. Wajahnya memerah karena habis berlari dan raut wajahnya berseri-seri.
“Ibuku baru saja membuat mengeluarkan pudding pannacotanya dari dalam kulkas dan ia menyuruhmu untuk cepat pulang untuk mencicipinya. Kau pasti suka! Puding pannacota ibuku terkenal sekali di daerah sini…” kata George berapi-api. Tangannya langsung menarik tangan Arissa yang masih terpaku bingung karena cepatnya kalimat George tadi. Tapi, dengan pasrah, Ariss lalu mengikuti langkah kaki George yang langsung mengajaknya ke rumahnya. Sementara Cristan masih terpaku di tempatnya.
“……menyukaimu…”
“Cium aku…”Hanya dua kata!Tapi kata-kata tersebut mampu membuat warna muka Arissa berubah semerah kepiting rebus dan gugup setengah mati. Cristan sangat menikmati pemandangan di hadapannya saat menggoda gadis ini sekarang.“Jadi…?” tanya Cristan lagi dengan posisi tubuh yang sama dengan mata mengerling nakal.Arissa menarik nafas dalam-dalam berkali-kali untuk menenangkan dirinya.“Ok..” katanya pelan.“Tutup matamu..”Cristan menurut dan menutup matanya perlahan. Ketika tiba-tiba kemudian ia merasakan sebuah sentuhan lembut secepat kilat di pipinya dan sebuah langkah panic yang tergopoh-gopoh pergi lalu ia mendengar suara pintu dikunci dari dalam. KLIK!Cristan membuka matanya.Sosok Arissa dan laptopnya sudah menghilang dari sampingnya.Ia masih termangu-mangu bingung sambil memegangi pipinya yang tadi dicium Arissa dan sebuah senyum lebar menghiasi
Kantor utama Fashion BlastArissa sudah berubah wujud sebagai “Snow” ketika Vika dan Jojo sudah memilihkan beberapa pakaian yang harus digunakan oleh Arissa untuk pemotretan hari itu. Tema foto pagi itu adalah Breeze sehingga nuansa baju yang wajib dikenakan Arissa banyak bernuansa tropis dengan kombinasi warna putih, biru dan hijau.Sementara Arissa sedang melakukan pemotretan, Cristan yang merasa bosan, lalu berjalan-jalan di sekitar kantor dan baru akan menuju ke café ketika matanya menangkap seorang sosok pria yang sangat familiar dengannya. Pria itu bertubuh tegap dengan wajah bulat dengan mata berseri-seri sehingga menimbulkan kesan sedikit kekanak-kanakan. Di sebelah tangannya, ia membawa sebuah buket lavender ungu yang cantik sekali. Sementara tangan yang satunya lagi tampak membawa bingkisan berupa kotak berwarna ungu juga.Mata Cristan langsung membesar ketika ia tiba-tiba mengenali sosok tersebut!Itu George!George Sa
Seminggu itu Arissa dan Cristan sibuk sekali. Arissa bahkan sampai sengaja memadatkan jadwalnya di hari Jumat supaya ia bisa memenuhi janjinya untuk mengajak Cristan keluar rumah seharian di hari Sabtu.Bagi Cristan sendiri, semingguan tersebut terasa sangat menyenangkan baginya. Ia bisa lebih dekat dengan Arissa sambil mengamati gadis itu lebih dekat karena posisinya sebagai seorang manajer. Pada jam makan siang, biasanya mereka juga bisa mengobrol bersama dengan Jojo dan Vika. Cristan tidak ingat sudah berapa lama ia tidak tersenyum seperti ini sebelumnya. Arissa juga. Ia terlihat jauh lebih menarik sekarang karena sering tersenyum.Tak lama, hari Sabtu yang mereka berdua nantikan pun tiba.…………………………………………………………………………………………&h
Wanita berkacamata itu akhirnya sampai di sebuah bangunan apartemen tua 2 lantai yang berdiri kokoh di hadapannya. Sambil beberapa melihat pada secarik kertas kecil di tangannya untuk memastikan kalau ia sudah sampai di alamat yang benar, ia lalu meneguhkan hatinya dan menggoyangkan bel tembaga antic yang terpasang di depan pintu masuk.Setelah beberapa saat, seorang pria tua berwajah masam lalu membukakan pintu dan menyuruhnya masuk ke dalam. Dalam sekejab, bayangan mereka berdua pun segera masuk di balik pintu.................Sementara itu, di saat yang bersamaan, di depan sebuah mesin ATM, seorang pemuda tampan sedang mengumpat-ngumpat dengan kasar saat ia mengecek saldo rekeningnya. Ada sejumlah uang yang cukup besar di sana tapi bagi pemuda tersebut, jumlah tersebut hanya senilai uang receh baginya. Lalu, tiba-tiba sebuah notifikasi masuk ke dal
Setelah Agnes dan pemuda asing itu mencapai kata sepakat, berikutnya adalah pembuatan surat perjanjian kesepakatan antara pemilik apartemen yaitu Pak Evan dan mereka berdua. Selain kesepakatan seputar harga sewa dengan jumlah yang tetap selama 1 tahun, Agnes juga menambahkan pasal lain dimana pemilik apartemen diwajibkan untuk merahasiakan status penyewa kepada penduduk sekitar. Jika salah satu dari kedua pasal ini dilanggar oleh pihak pemilik apartemen, maka semua uang sewa yang sudah dibayarkan oleh pihak penyewa akan dikembalikan secara utuh. Hal yang sama berlaku juga dengan pihak penyewa.Setelah mereka bertiga mencapai kata sepakat, maka Agnes segera mentransfer sebagian uang sewa apartemen sesuai dengan surat perjanjian yang sudah mereka tanda tangani. Sementara untuk sisa pembayaran uang sewa akan dilunasi oleh pemuda asing tersebut pada keesokkan harinya.Selepas Pak Evan pulang dengan wajah puas sambil menyerahkan kunci apartemen kepada mereka berdua, kini hanya
Mereka duduk berhadapan di atas sofa dengan wajah serius. Dua lembar kertas putih, satu bolpen dan sebuah kunci cadangan sudah berjejer rapi di atas coffee table."Siapa duluan?" tanya Tristan. Raut wajahnya datar tanpa ada perubahan sedikitpun."Aku…."Agnes segera menyambar kertas dan bolpen di hadapannya dan langsung menulis beberapa pasal dengan cepat. Tidak sampai 5 menit kemudian, kertas itu sudah terisi beberapa kalimat yang tertulis dengan rapi layaknya ditik di atas mesin tik.Tristan mengambil kertas tersebut dan tersenyum nakal sambil bersiul kecil."Wow… tulisanmu rapi sekali. Pekerjaanmu apa sih? Apakah kau seorang guru?"Ia bertanya sambil matanya menelusuri setiap baris kalimat dengan hati-hati. Lalu matanya berhenti di pasal 3 dan 4."Apa maksudnya…. Penyewa kedua berhak untuk memperoleh tempat untuk bersantai di dekat jendela favoritnya di pasal ke 3?"Tanpa banyak bicara, Agnes menunjuk sebuah sudut di de
Agnes bangun pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit dan memulai rutinitas lari paginya. Baginya, ia saat-saat terbaik untuk memulai hari sambil melatih kebugaran fisiknya. Sambil mendengarkan lagu favoritnya melalui earphone, Agnes berlari ringan menyusuri lingkungan sekitar apartemennya dan menyapa penduduk lokal dengan ramah. Ada toko roti homemade di pojok jalan yang selalu memanggang roti-rotinya sebelum pukul 6 pagi. Bau harum roti semerbak yang seketika merangsang bunyi gemuruh di perut Agnes saat ia berlari melewati toko tersebut. Ada juga toko bunga yang sibuk menyiapkan dan memajang bunga-bunga segar saat Agnes sekelebat melewatinya. Agnes juga melihat pasar tradisional, mini market serta pelelangan ikan yang berada agak jauh di area pelabuhan.Dengan nafas terengah-engah, Agnes beristirahat sebentar di pelabuhan sambil mengamati perahu-perahu layar yang berjejer rapi di dermaga. Bau angina laut dan bunyi burung camar membuat tubuhnya rileks dan segar. Perlahan, ia m
Agnes tertegun saat melihat reaksi wanita tersebut. Alis matanya berkerut ketika senyum wanita itu menjadi semakin cerah saat melihat sosok dirinya."Oia, Vika. Kenalin… ini temanku….""Foto model super keren yang bakal jadi bintang tamu di acara pemotretan cover bulan depan kaannn?!!! Aku tahu koq…" potong wanita itu dengan cepat sementara raut wajahnya berbinar-binar saat mengamati Agnes lebih dekat. Ia lalu mengelilingi Agnes beberapa kali sambil berdecak kagum."Ya ampunnnnn… ya ampunnn… baru aku melihat seorang model dengan struktur tulang sebagus ini. Tubuhmu tidak hanya tinggi tapi juga sangat simetris. Belum lagi raut wajahmu yang cantik dan unik. Aura seorang supermodel memang beda yaa…"Agnes gelagapan saat ia disangka sebagai seorang model terkenal. Matanya bolak balik memandang ke arah Jojo dengan tatapan tak berdaya untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut tapi Jojo malah tertawa terpingkal-pingkal saat melih