Share

Taruhan Dengan Ceo Muda
Taruhan Dengan Ceo Muda
Penulis: Yuri

Bab 1

"Apa? Menikah? Tidak! Aku tidak–membutuhkan–itu, Ayah!" balas Verlyn tegas setelah mendengar rencana soal perjodohannya dengan CEO perusahaan Vyntie milik keluarga Konglomerat ternama di Amerika.

"Sudah ke berapa kali Ayah membahas soal perjodohan ini, aku tidak mau melakukan itu!" lanjut Verlyn kesal.

Alih-alih marah, pria berambut coklat dengan bola mata berwarna hijau army itu hanya menghembuskan nafasnya sabar. "Ini tidak buruk untukmu, Verlyn. Pikirkanlah baik-baik," ujar Kaze tenang.

Verlyn menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan menatap Kaze dengan tajam. "Kehidupanku sudah sempurna, Ayah. Aku tidak membutuhkan pria yang berkewajiban memenuhi kebutuhan hidupku kelak di masa depan nanti, karena aku bisa menghidupi diriku sendiri!"

Kaze mengangguk mendengarkan perkataan Verlyn dan duduk di kasur di sebelah Verlyn. "Tapi kau belum pernah bertemu dengannya, kan? Bagaiman kalau kau membuat janji dengan Kayn untuk bertemu?" tawar Kaze.

Verlyn lagi-lagi menggelengkan kepalanya. "Tidak ada jaminan jika aku sudah bertemu dengannya maka aku akan menerima perjodohan ini."

"Baiklah, kalau itu maumu, Ayah tidak mau memaksamu lagi, tapi..." Kaze bangkit dan melangkah perlahan keluar dari kamar Verlyn.

"Tapi apa, Ayah?" tanya Verlyn penasaran.

Sebelum menutup pintu, Kaze menoleh ke arahnya dan tersenyum. "Ayah akan memindahkan ahli waris perusahaan Kizen kepada Ace jika kau tidak mau menerima perjodohan ini."

"Apa!? Maksud, Ayah ap–"

"Tidak ada alasan juga bagi Ayah untuk mempertahankan posisimu ini, bukan?" potong Kaze cepat.

Pintu kamar perlahan tertutup dan Verlyn tidak bisa berkutik lagi setelah mendengar perkataan Kaze. Verlyn mengacak-acak rambutnya dan menjatuhkan dirinya ke kasur. 'Apa yang harus aku lakukan sekarang?'

"Keinginanku untuk menjadi ahli waris hanya ini, tapi–kenapa, akh!" Verlyn meraih ponselnya dan melihat jam yang menunjukkan pukul 08.00 PM. Dia menghembuskan nafasnya dan bangkit sembari membawa ponselnya, hendak menemui Kaze untuk membicarakan soal perjodohan tadi.

Setelah sampai di depan ruangan kerja Kaze, Verlyn pun mengetuk dan membuka pintu tersebut perlahan. Terlihat Kaze sedang memperhatikan layar laptop dan menoleh ke arah Verlyn yang sedang mengintip melalui celah pintu.

Verlyn yang menyadari Kaze sudah melihatnya, melangkah masuk ke dalam lalu kembali menutup pintu ruangan tersebut. "Apa Ayah sedang sibuk?" tanya Verlyn.

Kaze melirik sebentar ke arah layar laptopnya lalu bangkit dan menggeleng. "Tidak. Ada apa, Verlyn?"

Verlyn menarik nafas dalam-dalam dan memberanikan diri menatap Kaze di depannya. "Soal rencana perjodohan tadi, aku–"

"Ayah tahu," potong Kaze cepat.

Verlyn menatap bingung dan Kaze dengan santai mengambil berkas-berkas yang ada di meja kerjanya dan memberikannya kepada Verlyn. Dia menerimanya dan sambil Verlyn mengecek berkas tersebut, Kaze menjelaskan mengenai isi berkas-berkas itu.

"Berkas-berkas ini berisi tentang perpindahan ahli waris perusahaan dan Ayah sedang membicarakannya dengan para–"

"Aku datang kesini untuk bilang bahwa aku bersedia menerima perjodohan ini, Ayah!" potong Verlyn sebelum Kaze menyelesaikan perkataannya.

"Ayah tidak mengajarimu memotong pembicaraan orang tua, Verlyn," ujar Kaze tegas.

Verlyn mengepalkan tangannya dan menunduk. "Maaf, Ayah."

Kaze menghembuskan nafasnya dan melanjutkan perkataannya. "Para manajer dan staf tinggi di perusahaan menuai pro dan kontra setelah Ayah mendiskusikan soal perpindahan ahli waris ini," jelas Kaze sambil menatap tajam ke arah Verlyn.

Verlyn hanya terdiam di tempat dan terus mendengarkan penjelasan Kaze dengan seksama. Kaze melangkah mendekat ke arah Verlyn dan menepuk pelan pundaknya.

"Dalam diskusi itu, para manajer dan staf tinggi lebih memilihmu sebagai ahli waris untuk meneruskan Ayah," lanjut Kaze tenang.

Verlyn terkejut dan mengangkat kepalanya. "B–bagaimana bisa, Ayah?! Aku tidak mengerti mengapa mereka bisa mempercayaiku untuk menjadi penerus Ayah."

Kaze tersenyum. "Itu karena..."

Pintu ruangan kerja Kaze tiba-tiba terbuka oleh seseorang. "Karena aku tidak mau menerima tawaran itu, Verlyn!" ujar seorang pria di belakang Verlyn.

Verlyn membalikkan badannya dan terkejut melihat sosok pria dengan seragam pilot dan celana hitam, juga rambut yang berwarna merah dan bola mata berwarna hijau army, sama seperti bola mata miliknya berada di depannya sekarang.

Mata Verlyn perlahan tergenang air mata dan langsung lari ke arah pria itu dan memeluknya dengan erat.

"Kak Ace! Kangen–banget, huhu..." ungkap Verlyn sembari menangis. Dia tidak bisa menahan air matanya itu karena sudah terlalu lama tidak bertemu dengan Ace, Kakak laki-laki satu-satunya itu.

Ace tersenyum dan mengelus pelan rambut adiknya yang panjang terurai berwarna krem. "Sudah jangan nangis lagi, nanti seragam Kakak basah–loh," ujar Ace menenangkan Verlyn sembari bercanda.

Verlyn mengangguk dan melepas pelukannya dari Ace. Dia mengusap air mata yang masih membasahi pipinya dan mengatur kembali nafasnya.

"Kakak kapan–datang? Kok aku ga tahu?" tanya Verlyn dengan nada kesal.

"Kakak ambil cuti libur seminggu untuk istirahat, tadi baru saja sampai disini," jawab Ace santai.

"Terus Delcina dima–" Verlyn yang sedang bertanya, di potong oleh Kaze.

"Verlyn, Ayah ingin berbicara empat mata dulu dengan Ace. Bisa tinggalkan kami dulu untuk sementara?"

Verlyn terdiam dan mengangguk. Dia berbalik dan melangkah perlahan keluar lalu menutup kembali pintu ruangan tersebut. Verlyn merasa sedikit pusing dan memutuskan untuk turun ke lantai pertama dan meminum teh hijau agar pikirannya kembali tenang.

Setelah menuruni tangga, pandangannya teralihkan kepada seorang wanita dengan rambut panjang bergelombang berwarna kuning yang sedang mengobrol dengan beberapa pelayan.

"Kaka Velyn!" panggil seorang gadis kecil yang membuat pandangan Verlyn menoleh ke sumber suara.

Gadis kecil dengan rambut berwarna merah yang di ikat dua dan bola mata berwarna hijau army sedang melambaikan tangan ke arahnya, Verlyn sangat mengenalinya dan langsung menghampirinya cepat.

"Delcina lagi main sendirian aja, nih?" tanya Verlyn sembari duduk di sebelah Delcina.

Delcina mengangguk dan memberi Verlyn sebuah 'cupcake' yang di lumuri oleh krim stoberi, membuat Verlyn terharu dan menerimanya dengan senang hati.

"Terimakasih! Delcina tahu kakak suka rasa stoberi dari mana?" tanya Verlyn senang.

"Dari Ibunya–lah, siapa lagi?" jawab seorang wanita di belakang Verlyn.

Verlyn menoleh. "Kak Selvania!"

Verlyn dan Selvania berpelukan sebelum saling bertanya kabar dan kehidupan mereka masing-masing. Wanita yang sekarang duduk di sebelahnya adalah Istri dari kakaknya, Ace dan menjadi teman curhat yang sangat Verlyn percaya dan sudah Verlyn anggap sebagai kakak kandungnya sendiri.

Di tengah pembicaraan yang hangat, Selvania membuka topik baru. "Verlyn, apa kau sanggup menerima perjodohan ini?"

*

"Apa Ayah sudah mempertimbangkan perjodohan ini dan mendiskusikannya dengan Verlyn?" Ace memulai pembicaraan.

Kaze mengangguk. "Ini yang terbaik untuknya."

Ace terdiam sesaat. "Tanpa didasari dengan cinta yang tulus, bukannya sebuah hubungan tidak akan bertahan lama? Ayah sendiri yang mengatakan itu kepadaku."

Kaze kembali mengangguk dan tersenyum yang tidak bisa di mengerti oleh Ace. "Karena itulah a

Ayah menjodohkannya."

Pintu ruangan terbuka perlahan. "Apa yang tidak akan bertahan lama, Kak?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status