"Saya terima nikah dan kawinnya Isabelle Artharwa Al Rasyid binti Al Rasyid dengan mas kawin 222 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Arkan dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas.
"Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu.
"Sahhh!!!" Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang.
"Alhamdullilah."
Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Ibell keluar dan duduk di samping suaminya. Ibell kemudian mencium punggung tangan Arkan, yang kini telah sah menjadi suaminya. Acara dilanjutkan dengan acara sungkeman. Usai sungkeman diadakan dengan sesi photo keluarga. Setelah acara yang paling ditunggu-tunggu, yaitu acara hiburan pun dimulai.
"Mbok mohon dengan sangat Den Raven, tolong bawa Bu Celine ke rumah sakit. Ibu sedang sakit keras, Den. Sudah seminggu ini badannya panas seperti terbakar api. Hidungnya juga mimisan. Mbok rasa penyakit Bu Celine ini bukan penyakit biasa. Ibu perlu di opname di rumah sakit sepertinya, Den," mohon Mbok Darmi pada mantan majikannya. Saat ini ia berada di rumah Raven Atharwa Al Rasyid. Mantan majikan laki-lakinya. Setelah Celine Brata Kesuma bercerai dengan Raven, ia tetap ikut dengan Celine. Karena sedari bayi merah pun, ia telah mengasuh Celine. Dan hari ini ia khusus ke rumah Raven, karena Celine jatuh sakit. Ia ingin meminta bantuan Raven. Ia tidak tau lagi harus mencari bantuan ke mana. Karena keluarga besar Brata Kesuma telah memutuskan hubungan keluarga dengan Celine."Maaf ya, Mbok. Saya sudah capek selama dua tahun ini terus saja dibohongi oleh Celine. Mbok ingat tahun lalu, sewaktu dia bilang Ibell sakit keras dan butuh dana seratu
Sembari meringis, Ibell mengelus-elus keningnya. Karena terburu-buru, sepertinya ia telah menabrak bahu seseorang. Ibell berinisiatif meminta maaf. Ia memang teledor. Berlarian di kampus tanpa melihat ke arah depan. Raut wajah Ibell berubah kecut saat menatap seraut wajah muram menatapnya dalam. Pria seram inilah yang telah ditabraknya. Ibell melirik sekilas namun menyeluruh. Penampilan pria ini rapi sekaligus mahal dengan setelan kemeja berompinya. Namub tampak kontras dengan sejumlah tatoo yang mengintip lengannya. Kemejanya memang digulung hingga sebatas siku."Maaf, Pak. Saya tidak sengaja menabrak Bapak. Saya terburu-buru karena ingin ke aula. Bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa baru lainnya. Sekali lagi saya minta maaf."Ibell membungkukkan sedikit tubuhnya dan kembali menunduk. Gesture seperti ini memang sudah terbentuk sejak bertahun-tahun lalu. Tepatnya saat dia memutuskan untuk tidak lagi menjadi bagia
Galaksimenghentikan mobilnya sesuai dengan aba-aba yang diberikan oleh Ibell. Mbok Darmi telah berdiri di teras. Menunggu kepulangan Ibell. Wajah tuanya penuh dengan kecemasan akan nasib mereka ke depannya."Neng, kita sebaiknya mulai nyari kontrakan baru. Mbok takut besok-besok mereka bakalan ngerusuhin si Eneng lagi. Mbok khawatir Eneng nanti diapa-apain sama mereka. Eneng sekarang udah besar. Bahaya kalau dekat-dekat mereka." Dalam kecemasan Mbok Darmi mengajak Ibell duduk di kursi plastik teras. Kebingungan harus berbuat apa. Mbok Darmi bahkan melupakan kehadiran teman Ibell. Ia sangat cemas.Dalam kebingungan yang sama, Ibell menatap Mbok Darmi dengan pandangan penuh kengerian. Satu-persatu ingatan tentang masa lalu, berdesakan keluar. Mereka yang diseret keluar dari rumah, dibentak-bentak sepanjang jalan agar melunasi hutang-hutang ibunya kembali memasuki benaknya. Ibell ketakutan dan mulai gemetaran tidak terkendali.
"Gue bener-bener minta maaf sama lo semua ya? Gegara gue ketiduran jadi kalian pada ikutan kena hukum. Maaf ya?" Ibell meminta maaf pada Reno."Ya udah deh Bell, namanya juga musabah eh musibah. Gue mah kagak ngapa-ngapa. Asal ada Neng Lea yang nemenin Akang Reno berjuang menghadap bendera di mari." Reno yang sepertinya naksir si imut Lea mulai modus-modus busuk omongannya."Ish, najis gue deket-deket gembel buluk kayak lo," cibir Lea. Dan Reno pun menanggapinya dengan tawa berderai saja mendengar omelan kesal Lea. Emang ya, kalau udah cinta, diomelin pun berasa di dipuji-puji aja perasaannya."Gue juga sebenernya nggak keberatan sih dihukum. Secara 'kan harusnya kita ngerjainnya rame-rame. Tapi kami malah nyuruh lo sendiri yang ngerjain," aku Armita pasrah. "Masalahnya sekarang, gue semalem baru derma med muka imut gue ini.Tapi
Arkan memandangi ratusan MABA yang tengah berbaris rapi di urutan kelompoknya masing-masing. Wajah-wajah gembira dan semangat muda memancar dari segala gerak gerik penuh spontanitas mereka. Ia dulu juga pernah seperti mereka. Energik dengan bersemangat berapi-api demi untuk menggapai cita-cita, dan selalu optimis dalam segala hal. Ia bahkan sempat menjadi ketua BEM. Jabatan yang cukup bergengsi di masa itu.Ya, itu terjadi ketika ia masih muda, naif, dan bahagia. Keharmonisan keluarganya selalu menjadi rule mode bagi rekan-rekan sesama mahasiswa yang lain. Potret keluarga yang harmonis dan bahagia. Dan itu semua terjadi sebelum ada satu kejadian yang menjungkir balikkan semuanya. Pemikiran naif dan jiwa idealiasnya meradang saat ia mengetahui fakta yang sebenarnya. Bahwa sesungguhnya semua itu hanyalah kamuflase belaka. Dari luar keluarganya terlihat sempurna. Namun di dalam, fondasinya bobrok bahkan nyaris ambruk.
"Lepas—hmmpttt!!!—kan saya dosen gi—ehemmptt!!! Ibell gelagapan saat Arkan melumat ganas bibirnya. Menghisap semua rasa manis di rongga-rongga mulutnya. Mata Ibell membelalak ngeri saat merasakan lidah Arkan membelit lidahnya dan mulai mencuri nafasnya. Ibell sesak napas dan nyaris muntah.Setelah Arkan merasa Ibell mulai kehabisan oksigen dengan memukul-mukul panik punggungnya, barulah Arkan melepaskan tautan bibirnya. Mata Ibell menatap Arkan horror. Seumur hidup Ibell belum pernah dicium orang secara seksual. Pipinya hanya pernah dicium oleh kedua orang tuanya. Itu pun saat ia masih kecil. Dan hari ini ciuman pertamanya direbut paksa oleh Arkan dengan cara yang begitu brutal. Ibell shock."Sudah, jangan memasang mimik wajah seperti itu. Sekarang, apabila ada pria lain yang bertanya apakah kamu sudah pernah dicium, kamu sudah bisa menjawabnya bukan, Sayang?"
Ibell tiba di kontrakannya tepat pukul sembilan lebih sepuluh menit. Ia muncul di depan pintu dalam keadaan basah kuyub, ketakutan dan kehujanan. Galaksi yang tengah duduk sembari bermain game online, langsung berdiri menyambut kedatangannya."Kamu ini dari mana saja sih, jam segini baru pulang? Kamu tidak tahu betapa khawatirnya Kak—Mbok Darmi? Si Mbok tidak bisa duduk tenang dari tadi karena mencemaskan kamu!"Lega campur kesal karena melihat kedatangan Ibell, menjadikan emosi Galaksi sedikit tidak terkendali. Demi Tuhan, ia ketakutan! Ia takut kalau Ibell terkena masalah macam-macam. Sedari tadi benaknya penuh dengan adegan pemerkosaan, pembunuhan, kecelakaan lalu lintas dan semua tindak kejahatan di luar sana. Semua rasa ketakutan itu terus saja berseliweran di kepalanya. Makanya ia memutuskan untuk menunggu hingga Ibell pulang, barulah ia pulang juga."I—Ibell ada keperluan mendadak tadi, Kak. Permisi, Ibe
Galaksi berlari kencang menuju ruang kesehatan. Dia tadi sedang memberi penjelasan tentang acara perpisahan besok dan jurit malam, saat melihat Arjuna dengan setengah berlari membopong Ibell menuju ruang kesehatan. Dia khawatir sekali, karena semalam sore Ibell pulang kerumah dalam keadaan basah kuyub. Dan benar saja dugaan nya, Ibell sakit dan pingsan dibarisan."Lo mau ngapain?" Galaksi langsung menepis tangan Juna yang terlihat ingin melepaskan ikat pinggang Ibell. Kurang ajar!!"Gua mau melepaskan ikat pinggang Ibell lah. Apa lo nggak tahu kalo pertolongan pertama buat orang yang pingsan itu adalah melonggarkan semua ikatan di tubuhnya, dan menaikkan kakinya 30 cm lebih tinggi dari jantung agar aliran darahnya kembali ke otak?" Juna menatap Galaksi seolah-olah dia adalah orang paling bodoh sedunia.