Share

Terjebak Cinta Satu Malam dengan Pewaris Kaya Raya
Terjebak Cinta Satu Malam dengan Pewaris Kaya Raya
Penulis: Shine

01. Hati yang Patah

Di malam yang dingin hawa panas melingkupi sepasang pria dan wanita yang tengah bergelut di atas ranjang besar itu. Kesadaran dan kewarasan telah dirampas dari keduanya, hanya ada satu hal yang mereka tuju, kepuasan.

"Hahhh …." Wanita itu mendongak, memberi akses para pria di atasnya untuk mengecupi leher serta rahangnya sebelum kemudian kembali menyatukan bibir mereka menuju sebuah ciuman yang hangat.

Tangan pria itu tak hanya diam, ia bergerak aktif mengelus paha si wanita kemudian naik perlahan, menyelinap ke dalam baju yang masih melekat sempurna di tubuh ramping itu.

Sebuah sensasi merinding dapat wanita itu rasakan, lantas kesadaran sedikitnya mulai menguasai diri. Tidak, apa yang mereka lakukan saat ini adalah hal yang salah. Ditepisnya lengan si pria yang ada di dalam pakaiannya, tapi dia malah mencekal pergelangan tangannya.

"There's no turning back," ucapnya dengan nada rendah tepat di telinga wanita itu. Ia sudah tak tahan sebab rasa panas terus menjalar ke seluruh tubuhnya. Entah apa yang terjadi padanya.

Wanita itu menggeleng sambil mencoba melepaskan lengannya. "Gak, lepas …."

"Ssttt … percaya, oke? It will be fine, kamu bakal suka ini."

Sepasang netra arang itu menghipnotisnya. Entah apa yang terjadi, tapi wanita itu merasa gelap mata dan tenggelam saat menatapnya. Tanpa sadar ia pun mengangguk.

"Good girl." Pria itu tersenyum. Wajah keduanya kurang dari tiga sentimeter sehingga napas mereka saling bersahutan meraup oksigen, bau alkohol pun tercium dengan sangat khas. Sepersekian detik kemudian kedua belah bibir mereka pun kembali menyatu. Kali ini lebih kasar dan berantakan sebab hawa nafsu kembali mengambil alih.

Suara kecipak memenuhi ruangan. Di malam yang dingin ini keduanya saling berbagi kehangatan, bersama mereka menuju kenikmatan surga dunia. Bagi mereka tak ada penyesalan untuk malam ini, yang ada hanya kepuasan untuk diri mereka sendiri.

Ia meraba rahang tegas pria itu dan mengelusnya dengan pelan. "Make it slowly, pleasehh …."

"Gak janji."

* * * * *

"Ughh …." Wanita itu mengerang saat rasa pusing mendera kepalanya begitu ia terbangun, seluruh tubuhnya pun terasa sakit. Tangannya lalu terangkat untuk memijat pelipis guna mengurangi rasa pening. Rasanya ia tidak mengingat apapun. Yang jelas saat ini ia sedang terbaring di atas ranjang yang empuk.

Kedua matanya pun terbuka sempurna. Ia menatap kosong ke arah depan sambil mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Elina maaf, kita harus putus."

Wanita itu, Elina, mengumpat dalam hati saat sekelebat ingatan muncul, yaitu momen di mana kekasih tercintanya tiba-tiba memutuskan hubungan mereka begitu saja, padahal mereka baik-baik saja selama ini. Rupanya diam-diam dia memiliki wanita lain di belakangnya.

Setelah itu ingatan yang lain mulai muncul. Sebab merasa sakit hati diselingkuhi, Elina memutuskan pergi ke tempat orang elit bersenang-senang, yaitu kelab. Untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di tempat penuh dosa ini dengan niat untuk minum sampai mabuk hanya demi melupakan masalah mantan kekasihnya.

Ia tak punya pengetahuan apapun tentang dunia malam, karena itu dia hanya mengikuti kata hatinya saja. Kini ia sudah duduk di kursi bar seorang diri, memesan minuman yang ia pun tak tahu apa itu.

Elina terlihat ragu untuk meminum minuman tersebut karena ini pengalaman pertamanya. Tapi setelah memantapkan hati ia pun langsung meraih gelas kecil itu dan langsung meminumnya dalam sekali teguk.

Keningnya mengerut kala rasa aneh yang baru pertama kali ia rasakan itu menyentuh indera perasanya. Ada sensasi pahit dan panas pads kerongkongannya. Tidak enak, sebenarnya apa yang disukai orang-orang dari minuman seperti ini?

Namun, karena ia sudah bertekad untuk mabuk malam ini, maka ia pun kembali mengisi gelasnya yang kosong.

"Halo, sendiri aja?" Seorang pria tiba-tiba datang dan menyapanya. Elina mendongak, sejenak ia terpaku akan visual pria tersebut. Tubuh tinggi dengan yang dilapisi kemeja cokelat serta celana bahan hitam, rambut hitam legam dengan poni yang menutupi dahinya. Terlebih sebuah tahi lalat kecil di antara hidung dan mata kirinya benar-benar menarik perhatian. Elina yakin semua orang yang melihat pria ini pasti langsung tertuju pada tahi lalatnya.

"Boleh gabung?" Pria itu tersenyum tipis, memperlihatkan kedua taring kecil yang mengintip di balik bibirnya.

Elina mengalihkan pandangannya dan mengangguk pelan. "Ahh ... iya," jawabnya. Pria itu pun duduk di kursi tepat sebelahnya.

Elina lalu kembali fokus pada minumannya. Sebenarnya ia tak tahu bagaimana ketahanan dirinya sendiri terhadap alkohol, tapi ia rasa toleransinya cukup rendah karena ia mulai merasa pening sesaat setelah menegak gelas ketiga. Ia menunduk dalam sambil memegangi kepalanya.

Ia kembali memaksakan diri mengisi gelasnya yang keempat kali, setelah itu penglihatannya pun mulai mengabur. Sesaat sebelum kesadarannya benar-benar terenggut, ia mendengar suara pria di sebelah.

"Hei, are you okay?"

Setelah itu gelap. Entahlah, Elina tak tahu lagi apa yang terjadi. Yang jelas saat ini ia sudah ada di kamar ini, terbaring dengan seluruh tubuh yang sakit.

Ia tersenyum pelan sambil mendengus, ternyata seperti ini rasanya mabuk, benar-benar bisa membuatnya lupa sejenak permasalahannya. Tapi efek setelahnya sama sekali tidak menyenangkan, kepalanya pening bukan main.

Elina terdiam dengan alis mengerut, lalu di detik berikutnya ia pun tersadar jika ada yang tidak beres padanya. Ruangan ini polos dengan nuansa monokrom, tempat yang begitu asing. Seharusnya ia sadar sejak awal, siapa yang membawanya kemari?

Elina beranjak bangun disusul dengan selimut yang ikut merosot, matanya langsung membelalak saat melihat jika ternyata dirinya tak memakai apapun. Semua pakaiannya telah tanggal dan berserakan di lantai.

'What the hell, apa-apaan ini?' Ia panik bukan main.

"Siapa ...?" Sebuah suara asing tiba-tiba masuk ke pendengarannya, Elina menoleh ke samping dan menemukan seorang pria duduk di ranjang yang sama dengannya, menatap dengan penuh bingung dengan keadaan yang tak jauh berbeda dengannya.

"YAAAAKKK??!!" jeritnya dengan mata terbelalak. Tangannya bergerak aktif mencoba menutupi tubuh telanjangnya rapat-rapat dengan selimut.

Rasanya jantung Elina hampir meledak. Apa yang sebenarnya terjadi padanya malam tadi?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status