Setelah dari rumah orang tua Ratih, Dirga langsung pulang. Seperti ucapan nya semalam, kalau dia akan membawa Laras ke apartemen miliknya.
Untuk pernikahannya dengan Ratih, mereka sudah sepakat untuk menikah seminggu lagi. Dirga sudah mengambil keputusan! Meski, nantinya akan menyakiti sang ibu, ia yakin lambat laun ibunya pasti akan mengerti dan merestui pernikahanya dengan Ratih."Sudah pulang kamu?" tegur Gandarai pada putranya yang baru saja pulang.Dia benar-benar merasa kesal dengan putranya ini, bisa-bisanya dia meninggalkan istrinya, di hari pertama setelah menikah."Ma." Dirga lebih memilih menyapa dan menghampiri mamanya, lalu mencium punggung tanganya.Gandari hanya menghela nafas pelan, dia mengerti dengan sikap sang anak. Apalagi, pernikahan ini dia yang memaksa.Dan juga, Dirga belum sepenuhnya mengenal Laras dan sama sekali tak ada rasa suka ataupun cinta.Jadi, dia berusaha untuk mengerti hal itu. Tetapi, dia yakin perlahan-lahan anaknya ini pasti akan luluh dengan menantunya itu."Sudah makan kamu?" tanya Gandari sedikit melunak."Belum Ma, makanya aku pulang untuk makan bersama mama dan setelah itu langsung pergi ke apartemen.""Kamu yakin, ingin tinggal di apartemen?" tanya Gandari menatap serius pada sang anak."Iya Ma! bukankah, akan lebih baik jika aku dan Laras tinggal berdua saja, untuk kami bisa lebih saling mengenal?" Dirga mencoba memberi alasan yang logis."Ya, kau benar! tapi, mama hanya berpesan, perlakukan Laras dengan baik! mungkin, sekarang kamu belum bisa menerimanya! namun, lambat laun kamu pasti bisa menerima dan mencintainya! dengar Dirga, mama melakukan ini hanya demi kebaikanmu dan mama yakin kamu pasti akan menerima Laras dengan sepenuh hati!" nasehat Gandari panjang lebar."Ma, boleh aku tahu, kenapa mama kekeh ingin aku menikah dengan Laras?" tanya Dirga yang memang sudah sangat penasaran, alasan itu.Gandari menghembuskan nafas kasar. "Ceritanya sangat panjang dan mama tidak bisa cerita sekarang! lebih baik, kamu fokus dengan Laras!""Baiklah!" Dirga habya bisa pasrah saat mamanya tak ingin memberitahu alasanya."Ma, makan malam sudah siap!" suara lembut menyapa indra pendengar keduanya.Mereka menatap ke asal suara. Gandari tersenyum lembut dan segera menghampiri menantunya itu."Ayo, kita makan! mama juga sudah lapar." Gandari menatap anak laki-lakinya dan memberi isyarat untuk mengikuti mereka ke ruang makan.Dirga yang mengerti, langsung berdiri dan mengikuti istri dan mamanya. Istri? ah, rasanya tak percaya kalau Dirga ini sudah memiliki istri.Sementara Laras hanya melirik saja, tak berniat menyapa suami menyebalkannya ini. Sesampainya di ruang makan, Dirga dapat melihat berbagai menu makanan yang kebanyakan adalah menu kesukaannya."Laras, ambilkan makan untuk suamimu!""I-iya Ma," meski malas, Laras tetap melakukan perintah sang mama mertua."Terima kasih," ucap Dirga saat sepiring nasi lengkap dengan lauknya ada di hadapanya."Sama-sama om," jawabnya dan langsung duduk menikmati makanannya.Dirga meringis, saat mendengar panggilan Laras yang ditujukan untuknya. Rasanya terdengar aneh dan geli di telinganya.Mereka menikmati makanan mereka dengan tenang. Hanya dentingan sendok dan garpu saling beradu."Gimana rasanya enak?" tanya Gandari pada anaknya."Iya Ma, ini enak sekali! masakan mama memang paling enak!" pujinya."Tapi ini bukan mama yang masak!""Lalu siapa?" Dirga mengerutkan kedua alisnya bingung."Tentu saja istrimu!"Ukhuk...Dirga langsung tersedak mendengar ucapan mamanya. Secara tidak langsung dia sudah memuji Laras.Laras dengan cepat menyodorkan segelas air pada sang suami dan Dirga langsung menerimanya lalu meminumnya hingga tandas."Pelan-pelan om! masih banyak, jangan takut kehabisan!" celetuk Laras membuat Dirga mendengus kesal."Siapa yang mau dengan masakan rasa garam ini?" ketusnya."Rasa garam, tapi nambah berkali-kali!" cibir Laras.Gandari hanya tersenyum melihat interaksi anak dan menantunya ini. Sangat menggemaskan."Sudah-sudah, jangan berantem! ayo lanjut makan lagi."Mereka berdua langsung menghentikan perdebatan mereka dan lanjut makan lagi. Bebera menit kemudian, mereka sudah menyelesaikan makannya dan kembali ke kamar mereka masing-masing."Kau sudah mengemasi barang-barangmu?" tanya Dirga saat sudah sampai di dalam kamar mereka."Sudah!""Kalau begitu, kita langsung berangkat!"Laras hanya mengangguk, ia segera mengambil tas kecil yang cukup untuk beberapa pakaiannya.Laras memang tak membawa baju terlalu banyak, lagi pula dia juga tak memiliki stok banyak baju."Ma, aku pamit ya! mama jangan lupa meminum obat dan selalu jaga kesehatan." Laras berpamitan pada Gandari."Tentu mama akan jaga kesehatan mama! mama kan ingin melihat kamu hamil dan masih ingin menggendong cucu mama!" jawab Gandari dengan antusias.Dirga dan Laras saling berpandangan, lalu tersenyum kaku menatap Gandarai yang tersenyum dengan lebar, menatap keduanya secara bergantian."Mama harap, kalian tak menundanya.""I-iya Ma," jawab keduanya dengan ragu."Dirga, jaga menantu mama dengan baik! sering-sering main ke rumah mama!""Tentu saja Ma, kami akan sering main kesini!" Dirga menjawab dengan yakin.Setelah berpamitan, mereka langsung pergi menuju apartemen Dirga. Selama perjalanan tak ada yang membuka suara, hanya keheningan yang menyapa.Hingga tak terasa, mobil yang ditumpangi mereka sampai tujuan. Dirga turun dari mobilnya, mendahuli Laras dan tak berniat untuk membantu istrinya untuk membawakan barang-barang milik Laras.Dirga memencet tombol angka, sandi apartemennya, tak lupa ia mengatakan pada Laras untuk mencatat dan menyimpannya baik-baik.Meski mereka menikah karena paksaan, mereka tetap tinggal bersama. Jadi, mau tidak mau Dirga harus memberitahu kata sandinya pada Laras.Dia hanya tidak ingin direpotkan dengan masalah kecil seperti ini. Laras hanya mengangguk dan mencatat di ponsel miliknya."Di sini kamarmu dan di sana adalah kamarmu! ingat, sesuai perjanjian, kau tak boleh mencampuri urusan pribadiku! jadi, jangan pernah mencoba untuk masuk ke kamarku!" peringat Dirga dan Laras hanya diam saja."Ini kartu atm dan uang cash untukmu! aku rasa itu cukup untuk kebutuhan dapur dab kebutuhanmu selama sebulan. Setiap tanggal satu, aku akan mengisi kartu itu!" Dirga menyerahkan beberapa uang lembar merah.Karena dia yakin, kalau Laras tidak memegang uang sama sekali. Setelah menjelaskan semuanya pada Laras, Dirga kembali ke kamarnya untuk meng-istitarahatkan tubuh lelahnya.Laras menatap punggung Dirga yang perlahan menghilang dari balik pintu. Ia lalu menghembuskan nafas kasar, setelah kepergian suaminya.Suami? apa pantas, Dirga disebut sebagai suaminya? sementara, lelaki itu sama sekali tak bisa menerimanya sebagai istri.Memang dirga memberikan nafkah lahir, tapi bukankah pernikahan tak cukup dengan uang saja?"Ah, sudahlah! lebih baik, aku fokus kuliah saja! perlahan, aku akan mendekati om Dirga pasti lambat laun dia akan menerimaku," gumamnya.Laras lebih memilih merebahkan tubuh lelahnya dan segera menjemput mimpi malam ini.Dirga terpaksa membuka matanya, saat mencium aroma wangi masakan yang menembus Indra penciumannya.Cacing-cacing di perutnya meronta minta diisi. Padahal, semalam dia sudah makan banyak! tetapi, seakan tak puas, pagi ini perutnya meminta diisi setelah mencium aroma yang sangat menggugah seleranya."Masak apa?" tanya Dirga dengan muka bantalnya, saat sudah berada di dapur apartemen rumahnya.Laras berjingkat, karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. "Astaga, Om ngagetin aja! untung gak tumpah!" kesal Laras, dengan mengelus dadanya.Dirga hanya berdecak dan duduk di kursi, menunggu Laras menuangkan nasi goreng pada piringnya."Om, mau sarapan sekarang?" tanya Laras sedikit heran."Gak, besok! ya sekaranglah, Laras! aku sudah sangat lapar!" Laras hanya mengangguk dan menuangkan nasi goreng, pada piring milik Dirga. Lalu setelah itu, dia menuangkan ke piring miliknya.Laras tersenyum samar, saat melihat bagaimana Dirga dengan begitu lahap makan masakannya. Setidaknya, dia
Laras yang baru saja di wawancarai, langsung menghampiri Dirga saat melihat lelaki itu masih di sana!Tetapi, bedanya Dirga sendirian sekarang! wanita yang bersama suaminya sudah tidak ada. Mungkin, sedang ada di toilet. Entahlah, Laras tak peduli hal itu! "Om ngapain disini?" Dirga langsung mendongak, menatap siapa yang sudah menyapanya. Seketika mata Dirga melotot, saat mendapati Laras berada tepat di depanya."Laras, apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan suara pelan penuh penekanan."Ck, saya tanya om! kenapa balik tanya?" jawab Laras dengan kesal.Dirga menghembuskan nafas kasar dan menatap Laras dengan datar. Ia berdiri dan sedikit membungkuk untuk berbisik pada wanita yang sudah ia nikahi kemarin ini."Ingat perjanjian kita, untuk tidak ikut campur urusan pribadiku!" tekannya."Sekarang pergilah! aku tak mau bertengkar dengan kekasihku, hanya karena pengganggu seperti mu!" Deg...Laras mematung mendengar kalimat pedas yang Dirga lontarkan. Seharusnya, dia sudah tah
"Maaf Ma, untuk dua hari atau dua Minggu ke depan aku tak bisa! lagi pula, untuk apa bulan madu, jika di apartemen pun bisa." Dirga langsung menolak permintaan Gandari.Laras hanya diam saja dan melihat bagaimana Dirga menolak. Ia hanya tak ingin terlibat di dalamnya! meski, hal ini pasti akan melibatkannya.Tetapi, jika dia ikut bicara dan dia salah berucap, bisa-bisa suaminya itu akan menyalahkannya. Atau lebih parahnya, lelaki itu menuduh dirinya yang meminta pada mama mertuanya untuk membawanya bulan madu."Apa alasanmu tak bisa membawa Laras berbulan madu? bukankah, jika kalian pergi bulan madu, bisa membuat kalian mengenal lebih dekat? lagi pula, mama juga sudah sangat ingin menggendong cucu!" Dirga menghembuskan nafas pelan dan menatap intens sang mama. "Ma, mama tahu kalau aku baru saja membuka cabang hotel baru dan aku tak bisa lepas tangan seenaknya! nanti, setelah pekerjaan ku selesai aku janji akan membawa Laras untuk berbulan madu! ah, atau mama memang ingin segera puny
"Maksud Mama apa?" tanya Laras.Sebenarnya dia mengerti dengan apa yang dimaksud oleh mertuanya. Hanya saja, dia ingin meyakinkan diri kalau mertuanya ini tidak bicara serius."Mama hanya ingin, kamu fokus pada Dirga. Ratih hatinya, jangan sampai dia berpaling dan mengejar wanita lain," Gandari menjeda kalimatnya dan menatap lekat pada menantunya yang juga tengah menatapnya."Laras, Mama tahu, tak mudah bagi kalian untuk menjalani pernikahan tanpa cinta ini. Mama juga, tahu kalian terpaksa untuk menikah! tetapi, tidak ada salahnya kan, kalian mencoba dan membuka pintu hati kalian? Mama juga tahu, kalau mengambil hati Dirga itu sangat sulit, apalagi Dirga memiliki wanita lain dihatinya. Hanya saja, jika kamu hamil anak Dirga, Mama yakin, Dirga mau menerima mu dan menyayangi anak kalian. Perlahan, pasti Dirga bisa mengusir wanita lain dihatinya dan menggantikannya dengan namamu demi anak kalian nanti! kamu tahu maksud Mama kan Laras?" Gandari menatap penuh harap pada menantunya ini.Lar
Pagi ini, seperti rencana Gandari semalam! Dirga dan Laras berangkat menuju ke kota Bali. Sekitar pukul 8 mereka sampai di hotel dan langsung beristirahat.Berbeda dengan Dirga. Lelaki itu, lebih memilih keluar hotel dan bertemu dengan kawan lamanya.Selain itu, dia juga ingin memenuhi janjinya pada Ratih untuk tetap jaga jarak dengan Laras. Ya, setelah perdebatan panjang, akhirnya Dirga mampu meyakinkan Ratih kalau dirinya tidak akan menyentuh Laras.Dirga juga berjanji, jika dia pulang nanti, dia akan langsung menikahi Ratih."Dirga," panggil seseorang yang sedari tadi sudah menunggunya."Sorry nunggu lama," ucap Dirga dan bertos ria ala lelaki pada sahabat lamanya ini."Gak masalah, aku mengerti! lagi pula, kau baru saja datang! apa kamu gak capek?" tanya Tomas sahabat lama Dirga itu."Tidak masalah! aku justru berterima kasih, karena kamu mau menemaniku selama aku ada di sini!" Tom hanya terkekeh dan menggeleng, ia menepuk pelan pundak sang sahabat, "Aku heran sama kamu! kesini u
"Om, nasi gorengnya enak loh! coba deh," Laras mengarahkan sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Dirga.Dirga yang tengah fokus dengan ponselnya, tanpa sadar, membuka mulutnya dan menerima suapan Laras."Gimana, enakkan?" tanya Laras dan diangguki oleh Dirga."Ya udah, aku pesenin ya!" tawar Laras sekali lagi.Pasalnya, suaminya ini tak memesan apapun dan hanya dirinya sendiri yang makan. Tadi saja, kalau Laras tak menanyakan hal yang aneh-aneh, Dirga mana mungkin mengajak Laras keluar untuk makan bersama."Tidak usah Laras, aku sudah kenyang!" jawab Dirga tak berniat mengalihkan perhatiannya dari ponsel miliknya."Tadi katanya enak, aku pesenin ya!" rayu Laras sekali lagi.Dirga mendengus dan menatap tajam pada Laras, rasanya sangat jengah mendengar ocehan gadis yang sudah menjadi istrinya ini."Cepat habiskan makananmu, atau aku tinggal!" tegas Dirga."Galak amat, kalau gak mau ya udah!" gumam Laras dengan kesal dan kembali melanjutkan makannya.Bukan Laras tak tahu, kalau suaminy
Ratih membuang tas selempang yang ia kenakan ke sembarang arah. Ia begitu kesal, marah, jengkel! Ratih ingin sekali, mencakar wajah wanita yang beberapa menit yang lalu ia temui itu.Jika tidak mengingat, kalau wanita itu adalah ibu dari sang kekasih, maka sudah dipastikan mulut wanita tua itu ia robek.Bagaimana tidak? wanita itu dengan entengnya menyuruhnya untuk menjauhi dan meninggalkan Dirga dan mengatakan kalau dirinya tidak akan pernah merestui hubungan mereka.Wanita itu juga bilang, kalau sebentar lagi Dirga akan memiliki anak dan memiliki keluarga kecil yang bahagia.Jadi, cepat atau lambat kekasihnya itu akan menendangnya dari kehidupan Dirga untuk selama-lamanya.Tentu saja Ratih menyangkal hal itu, karena dia tahu bagaimana Dirga begitu mencintainya. Tetapi, wanita itu justru bilang kalau anaknya sebentar lagi akan memberikannya cucu setelah pulang dari bulan madunya.Jika tidak, mana mungkin kekasihnya mau membawa Laras pergi bulan madu. Ratih mulai terpengaruh dengan ap
Laras terkejut dengan perlakuan Dirga, sontak ia menoleh dan menatap Dirga dengan penuh tanya."Kenapa Om?" tanyanya heran.Dirga yang sadar dengan kelakuannya, langsung menarik tanganya dan memasukkan kedua tanganya ke dalam saku celananya, lalu menatap lurus pada matahari yang sudah mulai muncul."Tidak ada, aku hanya membuang kotoran di rambutmu!" Dirga beralasan.Laras hanya mengangguk mengerti dan kembali melihat matahari yang terlihat indah di pagi hari ini."Om, boleh aku tanya sesuatu?" "Hmm, mau tanya apa?" Laras menghadapkan tubuhnya pada lelaki yang menyandang sebagai suaminya ini. Merasa di perhatikan, Dirga pun melakukan hal yang sama.Kini mereka saling berhadapan dan saling menatap, "boleh aku tahu siapa nama pacar Om?" tanyanya membuat Dirga mengerutkan dahinya."Ada apa, kenapa tiba-tiba bertanya?" tanya Dirga sembari melipat kedua tangan di depan dadanya."Tidak ada, aku hanya penasaran! jika tak mau, memberitahu ya sudah!" jawab Laras acuh dan kembali menatap luru