Share

TAKDIR YANG ANEH

***

Mentari pagi menusuk masuk ke jendela kamar Arumi. Pagi ini Arumi tidak memiliki jadwal apapun, jadi dia memutuskan untuk bangun lebih siang dari biasanya. Dia ingin menikmati pagi hari yang tenang, sebelum akhirnya Arumi akan mencari pekerjaan untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik.

Dia kembali menghidupkan ponselnya yang semalaman dia matikan karena tidak ingin menerima panggilan dari Bima. Dia bisa melihat beberapa pesan di aplikasi berwarna hijau yang saat ini sangat ramai di gandrungi banyak orang untuk saling bertukar pesan.

Arumi membaca beberapa pesan yang salah satunya dari nomor yang tidak dia kenal. Dia melihat isi pesan tersebut yang ternyata berasal dari Bima.

“Arumi maafkan aku. Maaf aku tidak mengerti tentang perasaanmu. Ini adalah pengalaman pertama untukku. Aku harap kau bisa selalu mengingatkanku jika aku melakukan kesalahan atau mungkin menyakiti perasaanmu.”

“Arumi, apa kau sudah bangun? Pagi ini aku ada meeting dengan klien. Aku akan menghubungimu lagi nanti.”

“Arumi…”

“Arumi, bisakah kita menjadi lebih dekat? Aku benar-benar ingin tahu tentang dirimu.”

Arumi membaca 4 pesan yang di tulis oleh Bima untuknya. Arumi bisa mengerti mengapa Bima tampak dingin padanya. Meskipun Arumi juga baru pertama kali merasakan yang namanya kasmaran, tapi karena hatinya yang lembut dan peka menjadikannya lebih paham tentang hubungan percintaan.

Arumi menyimpan ponselnya di nakas samping ranjangnya. Dia hanya membaca pesan dari Bima tanpa menjawab satupun pesan yang ditulis Bima untuknya.

Arumi bangun dari tidurnya dan duduk di samping ranjangnya. Dia merenung dan melihat ke sekeliling ruangan yang saat ini sedang dia tempati. Sebuah ruangan sederhana yang didalamnya terdapat ranjang kecil yang hanya cukup untuk satu orang, ditambah dengan lemari kecil yang dia tata di dekat jendela. Sebuah meja belajar yang menjadi tempat Arumi belajar dengan sangat giat agar beasiswanya tidak dicabut juga dia tata dengan menghadap langsung ke luar jendela.

“Aku harus maju! Aku tidak bisa bersantai seperti ini. Orang-orang lemah sepertiku harus terus berjuang untuk tetap kuat. Aku harus bisa membuat diriku sendiri maju dan tidak di remehkan oleh orang lain,” gumam Arumi dengan yakin.

Arumi langsung bangun dari duduknya dan mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Dia meyakinkan dirinya sendiri untuk terus maju dan mengembangkan dirinya sendiri. Arumi hanya memiliki dirinya sendiri untuk menunjang kehidupannya. Tidak ada tempat mengadu untuknya bahkan sahabatnya sendiripun belum tentu akan membantunya ketika dia kesulitan. Arumi harus bisa mandiri dan terus membiasakan dirinya sendiri agar tidak terus bergantung pada orang lain.

Dengan semangat barunya, Arumi langsung membersihkan dirinya dan sarapan dengan sereal yang selalu ia makan setiap pagi.

Arumi duduk di kursi meja belajarnya dan membuka laptop miliknya. Dia mencari website tentang perusahaan besar yang sedang membuka lowongan pekerjaan untuk mahasiswa yang baru lulus seperti Arumi. Meskipun Arumi baru menyelesaikan tugas akhirnya, dia mencoba untuk mengirimkan surat lamaran pekerjaan pada beberapa perusahaan yang menurutnya terlihat menjanjikan untuknya.

“Cakra Group? Apa mereka akan menerima surat lamaran pekerjaan dariku? Perusahaan ini cukup besar dan sepertinya hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke perusahaan itu,” gumam Arumi, kemudian menyuapkan sereal ke mulutnya.

Cakra Group yang di maksud Arumi adalah sebuah perusahaan besar yang menaungi beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang furniture, elektronik, dan industri tekstil yang terkenal dengan tas-tas lokal mereka yang cukup diakui di kancah internasional.

Arumi yang sudah menyiapkan beberapa surat lamaran kerja, langsung mengirimkan surat lamaran tersebut ke email yang tertera di website milik Cakra Group. Arumi juga mengirimkan beberapa surat lamaran ke beberapa perusahaan lainnya dengan harapan semua surat lamaran yang ia kirimkan akan bisa diterima.

“Baiklah, hari ini cukup 10 lamaran dulu, besok aku akan kirimkan lebih banyak. Meskipun surat tanda kelulusanku belum keluar, aku yakin dengan beberapa sertifikat yang aku cantumkan, bisa menjadi pertimbangan untuk mereka dalam memutuskan apakah aku diterima atau tidak,” gumam Arumi dengan penuh percaya diri.

Saat Arumi menutup laptopnya, sebuah pesan datang ke ponselnya. Arumi melihat sekilas layar ponselnya dan dia cukup terkejut saat melihat sebuah pesan yang ternyata dikirimkan oleh Bima.

Arumi dengan cepat membuka pesan tersebut dan membacanya dengan perasaan gugup. Entah kenapa Arumi selalu merasa gugup ketika memikirkan Bima, padahal baru saja 2 hari dia mengenal Bima, itupun lewat ponsel dan panggilan telepon yang cukup singkat.

“Arumi kau sedang apa? Aku baru saja selesai meeting dengan klienku. Aku baru merintis bisnisku disini. Kemungkinan aku akan tinggal disini selama 6 bulan, aku harap kita bisa berhubungan baik meskipun hanya lewat ponsel.”

Bisnis? Disini? 6 Bulan? Pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di pikiran Arumi. Dia tidak mengerti dengan apa yang dituliskan oleh Bima.

“Apa maksudmu? Apa kau sedang tidak ada di Indonesia?” balas Arumi. Meskipun dia merasa sedikit gengsi untuk membalas pesan dari Bima, tapi dia cukup penasaran dengan bisnis dan pekerjaan yang Bima lakukan. Perasaan marah dan kesal yang ia rasakan malam tadi seketika hilang tertutup oleh rasa penasaran.

Cukup lama Arumi menerima balasan dari Bima, setelah akhirnya dia mendapatkan balasan dari Bima setelah menunggu sekitar 2 menit.

“Iya, aku tidak bisa menjelaskan banyak tentang pekerjaanku. Aku akan menceritakan semua padamu ketika kita bertemu nanti. Bisakah kau menungguku selama 6 bulan?”

Meskipun hanya lewat pesan, Arumi bisa merasakan kalau Bima cukup serius dengan ucapannya. Dia hanya bisa tersenyum saat membaca pesan dari Bima.

“Baiklah, aku akan mencoba untuk menunggumu. Jika lebih dari itu, aku akan mencari laki-laki lain.”

Arumi terkekeh pelan setelah mengirimkan pesan pada Bima. Belum sampai 1 menit, Arumi sudah mendapatkan balasan dari pesannya.

“TIDAK! KAU TIDAK BOLEH BERHUBUNGAN DENGAN LAKI-LAKI LAIN!!”

Arumi sontak tertawa melihat balasan dari Bima. Dia benar-benar bahagia meskipun hanya bisa bertukar pesan dengan Bima. Baginya, ini adalah pengalaman pertama yang tidak akan pernah ia lupakan. Bima adalah laki-laki pertama yang membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari normalnya.

Arumi dan Bima terus bertukar pesan. Banyak sekali pembahasan yang mereka bahas mulai dari makanan favorit, tempat yang ingin dikunjungi, sampai kriteria pasangan masing-masing.

Bahkan setelah 1 bulan lamanya mereka bertukar pesan, mereka sudah tampak akrab dan seperti sudah pernah bertemu satu sama lain.

Tapi bersamaan dengan itu, Arumi yang saat itu sedang bertukar pesan dengan Bima di rumahnya tiba-tiba mendapatkan email dari salah satu perusahaan yang ia kirimi surat lamaran kerja.

“Wah!! Email balasan dari Cakra Group,” teriak Arumi.

Arumi melompat-lompat kegirangan. Dia kembali menenangkan dirinya dan membaca dengan teliti balasan surat lamaran tersebut yang menyatakan kalau Arumi diminta untuk melakukan interview.

Arumi disadarkan dengan pesan yang muncul di ponselnya. Dia langsung membuka pesan tersebut yang ternyata datang dari Bima.

“Arumi, kenapa kau tidak membalas pesanku? Kau sedang apa?”

Arumi hanya tersenyum ketika melihat pesan yang dia dapatkan dari Bima. Arumi dengan cepat langsung membalas pesannya.

“Maaf, aku baru saja mendapatkan email dari sebuah perusahaan kalau aku diminta untuk interview di perusahaan mereka. Aku senang sekali, Kak Bima.”

Kak Bima adalah panggilan baru dari Arumi untuk Bima. Meskipun Bima menutupi pekerjaan dan sebagian identitasnya, tapi dia tidak berbohong soal umurnya yang berbeda 6 tahun dari Arumi.

“Benarkah? Perusahaan apa itu?”

“Cakra Group, mereka adalah sebuah perusahaan yang sangat besar. Aku benar-benar berharap bisa diterima di perusahaan tersebut.”

Arumi membalas dengan wajah berbinar. Tapi balasan dari Bima cukup lama. Dia sangat penasaran karena Bima tak kunjung membalasnya.

“Benarkah? Aku yakin kau akan diterima Arumi.”

Hanya balasan tersebut yang didapatkan oleh Arumi. Dia tidak memikirkan apapun dan langsung membalas pesan dari Bima.

“Aku harus bersiap-siap untuk bekerja di kafe. Setelah selesai bekerja aku akan mengabarimu lagi nanti.”

Arumi langsung menyimpan ponselnya dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

Sedangkan di sisi lain, Bima tersenyum cukup lebar. Dia merasa sebentar lagi gadis yang selama ini dia idamkan memang akan menjadi miliknya.

“Aku yakin Arumi akan menjadi milikku,” gumam Bima yang saat itu sedang duduk di restoran bersama dengan Gyan yang hendak makan malam bersama.

“Kau masih berhubungan dengan gadis virtual itu?” tanya Gyan sambil menikmati sushi yang dihidangkan di mejanya.

“Setelah urusanku di Jepang sudah selesai, aku akan segera mengenalkannya pada keluargaku dan segera menikahinya,” jawab Bima sambil menyimpan ponselnya ke dalam saku jasnya.

“Tapi kau hanya mengenalnya lewat ponsel. Apa kau tidak takut tertipu? Bagaimana kalau dia tidak secantik yang kau bayangkan?” tanya Gyan dengan santai.

“Entah mengapa, tapi aku merasa Arumi lebih cantik dari yang ada di foto,” ucap Bima dengan senyum miringnya.

“Kau harus selalu bersiap-siap untuk sesuatu hal yang buruk Bim,” ucap Gyan dengan santai sambil menyantap makan malamnya.

Bima hanya tersenyum menanggapi ucapan Gyan. Dia tahu kalau sekertaris sekaligus sahabatnya itu sangat mengkhawatirkannya.

“Oh iya, hubungi pihak HRD perusahaan untuk menerima Arumi sebagai pegawai di perusahaan,” titahnya pada Gyan.

Gyan hanya menghela nafas pasrah. Meskipun dia berani mengatakan hal-hal buruk pada Bima, tapi dia tetap tidak bisa melawan perintah dari Bima. Gyan langsung merogoh ponselnya dan menghubungi pihak HRD perusahaannya.

“Halo, ini aku Gyan. Bos Bima meminta untuk menerima seorang pegawai baru bernama Arumi Saira Valerie. Lakukan prosedur seperti biasa, jangan sampai dia curiga kalau sebenarnya bos lah yang mengizinkannya untuk bekerja di perusahaan,” ucap Gyan dengan tegas.

“Baik, Pak Gyan!” jawab seorang pegawai yang dihubungi oleh Gyan.

Gyan langsung menutup panggilannya. Dia memasukan kembali ponselnya dan kembali melanjutkan makan malamnya.

“Aku tidak sabar untuk bertemu dengan calon istriku,” gumam Bima, lalu tersenyum tipis.

“Kau bahkan belum bertemu dengannya, tapi sudah menandai wanita itu sebagai calon istrimu. Kau memang tidak tau malu,” ucap Gyan, lalu menggeleng-gelengkan kepala.

Bima hanya tersenyum. Dia tidak peduli dengan omongan orang lain. Ardana Bima Cakra, seorang laki-laki yang sebentar lagi akan menjabat sebagai seorang presiden di Cakra Group. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang ia miliki, ia tidak takut dengan siapapun. Bahkan jika nantinya Arumi menolak untuk menikah dengannya, dia tidak akan segan-segan menggunakan kekuasaannya untuk membuat Arumi bertekuk lutut dan tidak bisa menolak permintaannya untuk menikah dengannya.

Bima cukup heran dengan takdir yang datang padanya. Meskipun baru satu bulan berhubungan dengan Arumi, tapi dia merasa sudah sangat mengenal Arumi melebihi siapapun. Bima tidak tahu takdir aneh yang menimpa dirinya akan berujung menguntungkannya atau malah menjatuhkannya, tapi yang pasti dia hanya ingin bertemu dengan Arumi secepatnya dan menjalin hubungan serius layaknya pasangan kekasih pada umumnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status