Dengan perasaan takut dan gugup, Gendis keluar dari kamarnya dan menemui Karta yang masih berteriak memanggil namanya."M-mas, kamu manggil aku?" tanya Gendis sedikit gemetaran.Karta menatap Gendis cukup lama membuat Gendis merasa semakin bingung dan takut."Ya Allah, apa yang akan mas Karta lakukan padaku. Kenapa dia menatapku seperti itu," batin Gendis yang tak mampu melawan tatapan Karta hingga akhirnya Gendis menundukkan kepalanya."Jadi benar kamu sudah pulang?" tanya Karta."Emmm i-iya, Mas," jawab Gendis lirih.Tiba-tiba Karta menghembuskan napasnya yang sedikit berat. Saat itu juga Ayu yang keluar dari kamar pun dapat melihat keduanya tengah berdiri di ruang tamu."Bagus, Mas Karta audah pulang. Dia pasti akan sangat marah melihat gadis itu. Sebentar lagi mas Karta pasti akan mengusir gadis itu," batin Ayu penuh harap.Ayu masih terus menandangi keduanya dari kejauhan dan berharap ada momen yang membuatnya senang.Namun, melihat Karta yang hanya diam cukup lama tanpa berbuat
Setelah masuk ke dalam kamar, Gendis pun langsung menghubungi Indri dan tak lama keduanya pun mengobrol.Gendis menceritakan keadaannya yang sekarang telah kehilangan bayi di dalam perutnya.Dengan isak tangis dan suara yang tersendat, Gendis mencoba menceritakan semuanya pada Indri."Inalilahi, Mbak. Kenapa kok baru kasih tahu Indri. Kenapa mbak Gendis nggak kabari Indri sama bapak dari kemarin," ucap Indri."Maafkan, Mbak, Ndri. Mbak terpaksa melakukan itu karena nggak mau bikin Indri dan bapak jadi sedih dan kepikiran," jawab Gendis.Hartono yang ternyata mendengar obrolan Gendis dan Indri pun segera ikut menimbrung.Akhirnya Gendis pun menceritakn semuanya pada Hartono. Namun di tengah-tengah cerita yang diucapkan oleh Gendis, ia mendengar beberapa kali suara batuk Hartono."Bapak nggak apa-apa, kan, Pak? Kok bapak batuknya tambah parah?" tanya Gendis khawatir."B-bapak tidak apa-apa, Ndis. Bapak hanya kaget saja mengetahui keadaan kamu yang seperti ini sekarang. Bapak tidak menya
Gendis berlari ke arah jendela untuk melihat Indri tapi sayangnya ia telah pergi dan tak ada lagi di depan rumah Karta."Maafkan, Mbak ya Ndri. Mbak memang anak yang nggak berguna," batin Gendis.Mau tak mau hari itu akhirnya Gendis harus menunggu Indah pulang untuk meminjam ponselnya.***Tanpa terasa waktu terus berlalu dan saatnya makan malam. Karta, Anjarwati dan juga Ayu sudah duduk di meja makan. Gendis pun saat itu hendak datang ke meja makan untuk makan malam."Heh, mau ngapain kamu duduk di situ?" tanya Anjarwati sinis.Gendis yang baru saja hendak mendaratkan pantatnya di kursi pun segera mengurungkan niatnya. Ia bangkit dan berdiri lagi."A-aku mau ikut makan malam, Bu," jawab Gendis."Tidak! Mulai hari ini kamu tidak boleh makan di meja makan ini lagi bersama dengan kami. Kamu harus makan di dapur setelah kami selesai makan," ucap Anjarwati.Gendis pun sangat terkejut dengan ucapan Anjarwati saat itu. Pasalnya hal itu tak pernah terjadi sebelumnya bahkan saat ia baru saja
Sampai pukul setengah lima baru Gendis dapat duduk dengan tenang setelah semalaman Gendis terus menangis.Rasa lelah dan juga sedih di dalam hati Gendis masih belum hilang dari hatinya."Ya Allah, kenapa perasaan ku nggak tenang gini, ya. Apa yang sebenarnya terjadi," batin Gendis terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Gendis merasa aneh pada Yasmine yang terus menangis semalaman hingga membuatnya menjadi gundah dan bingung.Tak biasanya Yasmine menangis hingga semalam suntuk padahal sudah berbagai cara Gendis lakukan untuk menenangkan Yasmine saat itu.Akhirnya Gendis pun memilih untuk menunaikan solat subuh agar hatinya bisa lebih tenang.Setelah selesai solat subuh Gendis tertidur di atas sajadah. Rasa kantuk dan juga lelah yang ia rasakan membuat Gendis saat itu tertidur begitu nyenyak.Hingga akhirnya Karta kembali membuka pintu kamarnya dan Gendis pun saat itu terbangun."Wah bagus sekali kamu, ya. Bisa tidur nyenyak setelah semalam membuat masalah," sindir Karta.Gendis yan
Malamnya, setelah acara tahlilan dan pemakaman Hartono selesai, Karta mencoba menghampiri Gendis yang ada di dalam kamarnya.Saat itu semua tatangga sudah pulang kecuali Rehan yang masih duduk di ruang tamu ditemani Indri.Saat itu Gendis tengah duduk sembari menggendong Yasmine. Air matanya masih terus jatuh membasahi pipinya."Ndis, ayo kita pulang," ajak Gendis.Gendis pun menoleh ke arah Karta saat mendengar suaranya. "A-apa, Mas? Pulang? Tapi kan bapak baru saja dimakamkan, Mas. Apa tidak sebaiknya kalau kita menginap dulu di sini," ucap Gendis dengan sedikit sesenggukan.Sementara itu di ruang tamu, Indri tengah menemani Rehan yang saat itu masih belum pulang setelah mengikuti acara tahlilan."Tidak! Kita tetap harus pulang," tegas Karta."T-tapi, Mas. Aku masih mau di sini." Mendengar ucapan Gendis membuat Karta sedikit kesal. Seketika kedua mata Karta pun membulat sempurna menahan amarah."Sekali aku bilang pukang, ya pulang!" bentak Karta cukup kuat.Hal itu membuat Indri da
Keesokan harinya, Gendis meminta izin pada Karta untuk pulang ke rumahnya tapi sayangnya Karta tak mengizinkannya.Karta justru mengunci Gendis di dalam kamarnya. Setelah itu ia dan Anjarwati pun pergi bekerja.Gendis hanya bisa terus menggedor pintu sembari menangis meminta agar pintu kamarnya dibuka.Tanpa sepengetahuan siapapun, diam-diam Indah memperhatikan suasana saat itu.Setelah agak siang, Indah pun memberanikan diri untuk mendatangi kamar Gendis.Beberapa kali Indah sempat menoleh untuk memastikan keadaan saat itu. Setelah memastikan bahwa Ayu tengah berada di dalam kamarnya, dengan cepat Indah pun membuka pintu kamar Gendis.Dengan mudah Indah dapat menerobos masuk ke dalam kamar Gendis karena Karta membiarkan kunci pintu tetap tergantung pada tempatnya."Mbak, Indah." Gendis yang tengah menangis di pinggiran ranjang pun langsung bangkit dan menyeka air matanya."Mbak Indah kok bisa masuk ke sini?" tanya Gendis."Sttttt." Indah menempelkan satu jari telunjuknya pada ujung b
Semenjak kepergian Hartono, Karta menjadi semakin sering melakukan hubungan suami istri dengan Gendis untuk mendapatkan anak lagi darinya.Akhirnya setelah dua bulan berlalu, Gendis kembali hamil dan itu membuat Karta sangat senang.Hari ini Karta dan Gendis sedang periksa ke rumah sakit demi memastikan keadaan Gendis."Apa, Dok? Istri saya hamil lagi?" tanya Karta.Raut wajah terlihat sngat berbunga-bunga. Senyumnya yang sadari tadi menghiasi bibirnya pun belum usai."Benar, Pak. Kehamilan istri bapak sudah menginjak 3 minggu," ucap sang dokter."Akhirnya kamu hamil lagi, Ndis. Aku senang sekali karena kamu hamil lagi," ucap Karta sembari menatap bahagia ke arah Gendis.Sementara Gendis masih terdiam. Dalam hatinya masih merasakan trauma yang begitu besar setelah kehilangan anak keduanya.Setelah memeriksakan kandungan Gendis di rumah sakit, Karta dan Gendis pun akhi pulang lagi ke rumah.Sesampainya di rumah, Anjarwati tampak menyambut kedatangan keduanya."Bagaimana hasilnya?" tany
Keesokan paginya, Karta benar-benar menepati ucapannya. Ia mengajak Gendis untuk ke rumah sakit.Keduanya pun berangkat setelah selesai sarapan pagi. Seperti biasa, Gendis menitipkan Yasmine pada Indah.***Sesampainya di rumah sakit Gendis pun langsung di periksa oleh dokter yang biasa menanganinya.Karta yang masih setia menemani Gendis, berdiri di ranjang tempat Gendis berbaring sembari mendengarkan ucapan sang dokter yang menjelaskan bayinya."Dok, langsung saja lihat jenis kelaminnya," ucap Karta.Akhirnya sang dokter pun memeriksa jenis kelamin anak Gendis saat itu.Seketika wajah Gendis pun menjadi pucat pasi. Rasanya ia masih trauma dengan respon dan perbedaan sikap Karta saat mengetahui jenis kelamin anak yang ia kandung."Kalau dilihat di sini, sepertinya bayi ibu Gendis berjenis kelamin perempuan, Pak," ucap sang dokter.Karta pun segera menautkan kedua alisnya. Bibirnya mengatup dengan cukup erat dan tatapannya masih tajam menatap alat USG sembari sesekali melirik kepada G