Mereka mendadak diam, saling menatap antara satu dengan yang lainnya, deru nafas mereka terdengar saling bersahutan dimana deru jantung mereka juga mulai terdengar tidak beraturan. Entahlah apa yang ada didalam pikiran mereka masing-masing, yang jelas saat ini mereka tidak baik-baik saja, menyimpan berbagai rasa sendiri di dalam hati masing-masing tanpa ingin menjabarkan tentang realita yang ada saat ini.Handphone yang tadi nya menjadi bahan rebutan mendadak tidak lagi di pedulikan, yang di pedulikan adalah tentang rasa yang rumit untuk dijelaskan. Dimana kebisuan terjadi, detak jarum jam seolah-olah menjadi saksi bisu tentang bagaimana mereka saat ini.Di atas kasur kamar hotel di mana yang mereka tempati kedua orang tersebut tampak tidak bergerak dalam posisi mereka masing-masing, mungkin saling menikmati wajah dari pasangan atau mengagumi apa yang dilihat di depan mata sehingga membuat mereka berdua seolah-olah lupa dengan keadaan.Entah bagaimana dan siapa sebenarnya yang memulai
Safna buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, di mana ketika masuk kedalam sana gadis tersebut langsung menutup pintu kamar mandi itu dan menyandarkan tubuhnya dibelakang pintu tersebut dengan cepat. Demi apapun dia merasa ini aneh dan tidak baik-baik saja, jantung nya berdegup kencang seperti suara laju kereta api yang enggan menyelaraskan diri pada lingkungan sekitar nya, terlalu berisik dan nakal tanpa bisa dikendalikan. Salah-salah bisa mengganggu orang-orang yang tinggal di sekitaran rel kereta api karena suara berisik yang memekakkan telinga.Safna berulang kali berusaha menarik nafasnya dalam, dia sungguh tidak sanggup untuk keluar dari dalam kamar mandi saat ini, baginya saat ini dia merasa terlalu malu untuk bertatap wajah dengan calling mengingat atas sampai terjadi tadi antara dirinya dan sang paman Callister.Yah tidak di pungkiri tiba-tiba saja rasa malu menyeruak masuk ke dalam dirinya saat ini, secara perlahan Safna menyentuh lembut ujung bibirnya, sisa manis dan basah ci
Hotel xxxxxxxx,Pagi.Sepasang suami istri tersebut terlihat diam seribu bahasa, sepertinya kejadian semalam masih menyisakan rasa di dalam hati mereka masing-masing. Begitu bangun dari tidur masing-masing dari mereka mencari kegiatan dan membersihkan diri pura-pura begitu HP atau bahkan mengecek isi koper masing-masing hingga pada akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah dan mendapatkan sarapan pagi.Belum ada obrolan sama sekali di antara mereka sejak bangun tidur hingga saat ini hingga pada akhirnya mereka sudah duduk di atas kursi restoran di mana mereka mendapatkan sarapan pagi saling berhadapan antara satu dengan yang lainnya. Callister merasa menjadi pengatur karena tidak mengeluarkan suaranya sama sekali hingga akhirnya laki-laki itu berusaha untuk membuka percakapan di antara mereka."Sudah punya jurnal?," Laki-laki itu bertanya sembari menatap dalam wajah Safna, menunggu gadis tersebut menatap balik wajah nya.Safna yang baru saja mengunyah makanan nya pada akhirnya menoleh
"Siapa?" Callister seolah menyadari ada yang menghubungi Safna, dia bertanya sambil melirik kearah gadis tersebut.Safna buru-buru menggenggam erat handphone nya, di beberapa detik berikutnya dia menoleh kearah Callister dan berkata."Tidak ada," bohong nya, di mencoba mengembangkan senyuman kemudian sedikit memalingkan wajah.Callister terlihat diam dan tidak melanjutkan pertanyaannya gimana dia tetap fokus ke depan karena pada akhirnya mereka tiba ke tujuan. Laki-laki itu mulai menepikan mobil, bergerak ke sisi kanan menuju ke area parkiran. Begitu mobil terparkir kan, secara perlahan Safna hendak turun dari mobilnya namun Callister berkata."Tunggu sebentar, biar aku yang membantu membuka pintu nya." Ucap laki-laki tersebut cepat, bergegas turun dari mobilnya dan bergerak mendekati pintu mobil Safna, dengan cara yang sopan dan manis laki-laki tersebut bergerak membuka pintu bagian di mana Safna berada.Percayalah tindakan sederhana itu membuat sang gadis tersebut diam, Safna menat
Safna jelas saja gelisah membaca pesan dari Roger, apalagi saat laki-laki tersebut kini sudah berdiri di ujung sana menatap dirinya sambil melambaikan tangannya. Hal tersebut membuat gadis itu semakin gelisah, dia berdiri mematung untuk beberapa waktu, berusaha untuk mencerna keadaan yang terjadi saat ini."Kecura'ngan Callister, dia mencurangi Roger untuk mendapatkan diri ku?." Pertanyaan tersebut menggantung di atas kepala nya saat ini."Aku terjebak dalam situasi rumit yang telah disusun dengan apik." Dan itu barisan salah satu pesan yang diberikan oleh Roger pada dirinya.Apa maksud nya?.Safna terus mengerutkan keningnya di mana tatapannya kini tertuju lurus ke arah, pertanyaan demi pertanyaan berhatap dirinya ditegak perasaannya yang tiba-tiba menjadi serba salah dan galau, kaki terasa hendak melangkah ke arah depan mendekati laki-laki di ujung sana tapi tidak tahu kenapa hati mencoba untuk melarangnya, seolah-olah berkata."Hey Safna kau adalah istri seseorang, lupakah kamu soa
Kafe kecil pasar ate,Bukit tinggi,Sejengkal menatap jam gadang.Mereka duduk di sebuah tempat makan di pasar ate (pasar atas) Bukittinggi bersebelahan dengan jam gadang, memesan menu sederhana untuk di nikmati bersama dengan secangkir kopi untuk Callister dan es jeruk untuk Safna. Keheningan terjadi sejenak di antara mereka, dimana Safna masih berusaha untuk menikmati menu makanan apapun yang ada di depan mata nya, padahal sebenarnya dia cukup kenyang saat ini.Callister menyesap kopi milik nya secara perlahan, memperhatikan mimik wajah istrinya untuk beberapa waktu. Dia tahu mimik wajah itu menampilkan sesuatu yang mengatakan keingin tahuan akan sesuatu, sorot mata Safna yang menangkap dirinya sesekali seolah-olah berkata berhenti membohongi aku dan tolong jujurlah pada ku secepatnya jika ingin hubungan ini baik-baik saja dan tidak memanas. Pada akhirnya laki-laki tersebut sadar sejauh inilah mereka pada akhirnya melangkah dan dia tahu lambat laut ini semua akan terjadi, Safna pas
Kembali ke masa lalu,Beberapa tahun silam.Kediaman utama keluarga Callister.Kamar mendominasi berwarna putih tersebut terlihat begitu tenang, sang penghuni nya tampak masih terlelap di atas kasur berukuran size jumbo tersebut. Suara burung terdengar dari balik jendela diiringi cahaya matahari yang mulai menyeruak masuk kedalam ruangan tersebut. Suara jarum jam menambah irama indah didalam kamar tersebut, meskipun begitu sang pemilik kamar masih tidak beringsut sedikit pun sejak tadi. Masih terlalu larut dalam lelap seolah enggan di ganggu oleh siapapun.Cukup lama suasana tersebut bertahan hingga pada akhirnya seseorang masuk kedalam kamar tersebut dengan sedikit tergesa-gesa. Laki-laki tampan dengan tubuh atletis nya.Laki-laki itu menggelengkan kepalanya saat dia menyadari sangat punya kamar belum juga terjaga sejak tadi meskipun sebenarnya beberapa pelayan sudah mencoba untuk membangunkan laki-laki tersebut mengingat ini ada di hari kerja yang normal. Hingga pada akhirnya satu
Masih kembali ke masa lalu,Mansion utama keluarga Callister,Taman belakang.Saat menunggu matahari sore perlahan terbenam, Callister memilih memberikan makan pada ikan-ikan yang ada di kolam belakang rumah, pandangan mata laki-laki tersebut cukup fokus kearah depan sana dan tidak beralih kemanapun dimana bisa dilihat secara perlahan lampu-lampu sudah mulai dihidupkan oleh para pelayan bahkan beberapa jendela yang terbuka juga gorden yang terbuka telah ditutup dengan sempurna. Laki-laki tersebut asik pada ikan dan makanan yang dia berikan, mengabaikan siapapun yang ada di sekitarnya. Dia terlalu asik dengan kesendirian hingga akhirnya dari arah belakang nya muncul seseorang yang bergerak perlahan mendekati dirinya."Paman di sini rupanya," Satu suara memecah keadaan."Aku mencari paman sejak tadi." lanjut suara itu lagi.Callister yang mendengar suara tersebut sana sekali tidak menoleh, dia masih sibuk memberikan makan pada barisan ikan kesayangan nya."Seperti biasa, kamu mengabaika