Share

Mandi Bersama

Di tempat lain, Prisil duduk di sebuah kafe untuk bertemu dengan para kandidat calon istri kontrak untuk suaminya.

"Selamat siang, Bu," sapa seorang wanita bertubuh tinggi, putih, berpakaian seksi dengan rambut sebahu.

Jika dilihat dari penampilannya sepertinya wanita ini masuk dalam kriteria suaminya.

Prisil sangat tahu seperti apa suaminya, Raja adalah pria yang setia, baik dan bertanggung jawab. Sebelumnya Raja tidak pernah pacaran dengan wanita mana pun, Prisil adalah wanita pertama yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pernikahan Raja dan Prisil hasil dari perjodohan yang Kakek Danuarta pilihkan. Karena Raja yang tak kunjung membawa seorang wanita atau mengenalkan calonnya pada keluarga besar, akhirnya membuat kakek Danuarta gemas sendiri dan segera mencarikan calon cucu mantu untuk cucu kesayangannya.

Untunglah saat pertemuan pertama keduanya langsung klik dan jatuh cinta. Sampailah mereka menikah hingga sekarang menjalani 4 tahun pernikahan hubungan Raja dan Prisil selalu harmonis. Keduanya tidak pernah terlibat pertengkaran.

Kembali ke suasana di kafe.

"Siang," balas Prisil ramah seraya mengulurkan tangannya.

"Saya Prisilia, kamu bisa panggil saya Prisil."

Wanita bermata sipit itu pun tersenyum hangat menyambut uluran tangan Prisil.

"Jenice," ucapnya.

"Silahkan duduk." Prisil mengarahkan wanita yang bernama Jenice itu agar duduk di kursi depan tepat di hadapannya.

"Mau pesan apa?" tawar Prisil.

"Nanti saja, Bu."

Prisil mengangguk, wanita itu memberikan penilaian tambahan pada Jenice yang bersikap ramah.

'Bicaranya sangat lembut dan santun,' batin Prisil.

Prisil tersenyum ramah, lalu menjelaskan maksud dan tujuannya.

"Jadi begitu, Jenice. Kami akan menanggung seluruh biaya hidup kamu selama kamu hamil sampai anak itu lahir. Setelah itu kamu bebas dan kami akan memberikan sejumlah uang untukmu, bagaimana?" jelas Prisil.

"Boleh saya pesan makanan dan minuman lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Ibu." Bukannya menjawab Jenice malah meminta pesan makanan.

Prisil menurutinya, ia pun memanggil waiters untuk memesan makanan.

Saat waiters tiba, Jenice yang langsung mengambil alih menyebutkan semua makanan dan minuman yang ingin ia makan.

Awalnya Prisil sempat kaget melihat banyaknya makanan dan minuman yang dipesan, bukan karena tak mampu membayarnya hanya menurut Prisil itu terlalu berlebihan jika hanya dimakan seorang diri.

Tanpa rasa malu Jenice segera melahap makanan dan minuman yang terletak di meja. Wanita itu makan seperti orang kesurupan yang tidak pernah bertemu makanan. Perilaku Jenice berubah dari yang sebelumnya terlihat anggun dan feminim kini terlihat berantakan dan bar-bar.

"Jenice, pelan-pelan nanti kamu bisa tersedak," ucap Prisil memperingati wanita itu yang makan dengan rakus.

"Ah, bacot!" bentaknya.

Mata Prisil membola sempurna, ia sangat terkejut dengan kata-kata wanita itu. Padahal beberapa menit yang lalu sebelum Prisil menceritakan maksud dan tujuannya wanita tersebut bersikap anggun dan santun.

"Oh ya, gimana tadi? Jadi kamu nyuruh saya hamil anak suami kamu? Dan jadi istri kontrak," ujar Jenice seraya melahap rakus makanannya.

Prisil mengangguk ragu, sepertinya Prisil jadi berpikir kembali untuk berbagi suami dengan wanita yang tak tahu sopan santun di depannya.

"Saya bisa memberikan anak untuk suami kamu, tapi.." Jenice menggantung ucapannya.

"Tapi apa?"

"Saya mau hanya saya istri satu-satunya dan bukan menjadi istri kontrak."

"Maksud kamu?"

"Ya.. saya bisa memberikan anak untuk suamimu, asalkan kamu bercerai darinya."

Degh!

"Mana bisa seperti itu, saya dan suami saya saling mencintai dan kami tidak mungkin berpisah."

Jenice tersenyum remeh, "Buat apa dia punya dua istri? Sedangkan istri yang satunya tidak bisa memberikan keturunan untuknya."

Jantung Prisil berdebar hebat, sebelumnya ia tidak pernah membayangkan jika akan dihina seperti ini. Padahal niat dia baik bahkan ia sudah berusaha merelakan cinta dan suaminya dibagi untuk wanita lain.

"Cukup! Dan maaf sepertinya kamu tidak cocok untuk suami saya. Permisi!" Prisil berdiri dari tempat duduknya dan hendak pergi.

"Lho, Bu! Tunggu! Ini makanan saya bagaimana? Siapa yang akan bayar?"

"Tenang saja, semua tagihannya sudah saya bayar."

Prisil berjalan cepat menuju mobilnya, berusaha keras menahan air mata yang ingin meluncur. Sesampainya di dalam mobil, ia merasa sesak di dada dan tak mampu lagi menahan emosinya. Air mata tak terbendung pun mengalir di pipinya.

Pertanyaan yang selalu menghantuinya muncul kembali, apakah salahnya bahwa ia tidak bisa hamil dan memberikan keturunan untuk suami dan keluarganya? Beban itu terasa begitu berat di pundaknya.

Ia merasa bersalah, merasa bahwa dia adalah penyebab dari ketidaksuburan yang dialami, yang membuatnya tidak bisa memberikan keturunan kepada suami dan keluarganya yang selalu menginginkan momongan.

~~~~~ooOOoo~~~~~

Kini Prisil sudah sampai di rumah. Ia telah membersihkan diri dan tampil rapi, siap untuk menyambut kepulangan suaminya. Seperti setiap hari, wanita ini selalu bersiap-siap untuk menyambut suaminya yang pulang dari kerja dengan senyuman hangat.

Tak lama setelah itu, mobil Raja tiba dan memasuki pelataran istana Harrison. Raja segera menuju kamarnya, di mana ia disambut dengan hangat oleh sang istri yang telah menunggu dengan penuh kasih sayang.

"Hai, sayang." Raja memeluk Prisil dan mencium kening wanita itu.

"Capek yah," ucap Prisil seraya mengusap punggung suaminya.

"Ya, tapi setelah melihatmu rasa capek itu langsung hilang."

"Huh, gombal banget kamu, Mas."

"Benar, sayang. Mana ada aku gombal sama kamu."

"Sudah, mandi dulu sana. Setelah itu kita makan malam." Prisil melepaskan pelukan suaminya dan membantunya membuka jas.

"Apa kamu tidak mau menemaniku mandi, sayang?" goda Raja dengan nakalnya.

"Aku sudah mandi, Mas. Kamu mandi saja sendiri yah," ucap Prisil lembut seraya mengusap pipi Raja.

"Tapi aku ingin mandi berdua, sayang," bisik Raja manja memeluk Prisil lagi dari belakang karena wanita itu hendak mengambilkan handuk untuk suaminya.

"Mas! Jangan nakal, ah." Raja menyesap leher Prisil hingga membuat wanita itu meremang.

"Ayolah, sayang. Kamu tidak kasihan dengan dia," ucap Raja dengan suara serak lantas mengarahkan tangan Prisil pada Mr. Junior nya.

Prisil berbalik badan menghadap suaminya.

"Kamu nakal yah, Mas."

Raja hanya tersenyum menanggapinya, sejurus kemudian ia langsung menyambar bibir istrinya dengan rakus. Kedua tangan Raja memeluk pinggang Prisil erat membuat dada Prisil menempel pada dada bidang Raja.

Decapan mereka semakin hebat, Prisil pun membalas kecupan suaminya. Lidah mereka bermain satu sama lain. Raja tidak akan bisa berciuman dengan istrinya tanpa tangannya yang menjalar. Tangan Raja mulai turun dan sudah meremas bokong montok istrinya. Lalu kecupan itu sudah mulai turun ke leher Prisil.

Napas mereka pun semakin besar karena mulai terangsang. Prisil mendongak membiarkan Raja mengecup leher sampai bagian dadanya. Sesekali Raja memberikan gigitan termasuk di daun telinga istrinya.

Raja berhenti, ia menatap Prisil dengan tatapan yang dalam dan menyiratkan keinginan bercinta.

"Sayang, ayo mandi bareng!" ajak Raja dengan parau.

~~~~~ooOOoo~~~~~

~~~~~ooOOoo~~~~~~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status