Setelah jam makan siang Bryan akan meeting dengan klien dari Dubai di restoran China.
Perusahaan yang Bryan kelola bergerak di bidang Textile dan sudah ada beberapa cabang di Indonesia dan di Dubai.Perusahaan yang Bryan pegang itu sebenarnya cabang perusahaan dari perusahaan sang ayah dan pamannya.Bisa dibilang perusahaan turun temurun, kakeknya merintis perusahaan ini benar-benar dari nol sampai bisa sukses seperti sekarang.Sayangnya sang ibu meninggal saat Bryan pertama kali menjalankan cabang perusahaannya.Kembali ke cerita, Bryan sedang berkutat dengan dokumen di tangannya. Tak lama ia berhenti sejenak karena merasakan tubuhnya yang tidak enak.Dia langsung menghubungi Sekretarisnya dan memintanya untuk ke ruangannya, tak lama Sara datang dan saat ini berdiri di depan pemuda tampan itu yang terlihat sedikit pucat. "Bapak baik-baik saja? Wajah Bapak sedikit pucat," sahutnya dengan nada yang khawatir.Bryan hanya diam saja sambil memejamkan matanya karena pusing."Tolong buatkan saya teh madu" sahutnya dingin menghiraukan ocehan gadis itu yang khawatir padanya.Gadis itu hanya mendengus sebal, saat sedang tidak enak badan masih bisa bersikap dingin.Sara hanya mengangguk dan keluar dari sana, sedangkan Bryan memutuskan untuk bangkit dari kursi kebesarannya, menuju ke arah sofa untuk mengistirahatkan tubuhnya.Dia ingin memejamkan matanya sejenak sambil menunggu gadis itu membuatkan teh madu untuknya.****Sara saat ini sedang ada di pantry untuk membuatkan teh madu, saat sedang asik mengaduk teh, dia dikejutkan oleh pekikan seorang gadis .Membuat Sara terkejut dan menoleh ke arah sampingnya, gadis itu sedang melamun karena memikirkan pekerjaannya yang belum selesai dan mengkhawatirkan bos kulkasnya yang terlihat tidak enak badan."Sara kamu pakai madu dan teh yang mana?" tanya Tiara, nama gadis yang memekik tadi. Sara yang mendengar itu mengerutkan keningnya.Dia dengan santai menunjuk madu dan teh yang ada di depannya, Tiara menepuk jidatnya dan menghela nafas panjang.Tiara langsung mengambil gelas itu dan langsung meminumnya, membuat Sara terkejut lalu menepuk sebelah tangan gadis itu."Itu buat Pak Bryan kenapa kamu minum," sahutnya kesal. Tiara dengan santai menghabiskannya dan menaruh gelas kosong di depannya. Tiara bekerja di bagian keuangan dan mereka berteman sejak SMA. "Jangan pake madu dan teh itu, di rak kedua udah ada tulisan nama Pak Bryan dan di dalam sana khusus minuman dan makanan ringan Pak Bryan.Dia punya alergi dan kamu kudu hati-hati, udah buat lagi sana, inget jangan terlalu manis atau kamu akan dimaki sama dia," sahutnya, Sara hanya mengangguk lalu dia mengambil gelas baru sedangkan temannya itu kembali ke ruangannya.Gadis itu mengambil teh dan madu yang ada di rak bernama Bryan itu, Sara kembali membuat teh madu yang tidak terlalu manis untuk bos kulkas berjalan itu.Setelah selesai dia mengembalikan teh dan madu ke dalam rak itu lagi dan membawa teh madu itu ke ruangan bosnya."Jadi penasaran, dia emang punya alergi apa selain serbuk bunga?" monolognya, gadis cantik itu berjalan sedikit cepat karena dia sudah cukup lama hanya membuat teh saja.****Gadis itu sudah sampai di depan ruangan bosnya, dia mengetuk pintu ruangan itu lalu masuk.Sara bisa melihat bosnya yang sedang tidur pulas dengan posisi duduk, gadis itu menutup pintu dengan perlahan lalu menuju ke arah pemuda tampan itu. Ia menaruh nampan dengan perlahan ke atas meja, setelah itu membalikkan badannya.Baru saja akan melangkahkan kakinya, Sara dibuat terkejut dengan suara Bryan."Kenapa bikin teh saja lama sekali? Kamu nyasar?" sahutnya sedikit sarkas, pemuda itu membuka matanya dan menatap gadis itu dengan tatapan dingin. Sara menoleh ke arah Bryan sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Maaf Pak, saya kan masih baru dan tadi saya hampir saja membuat kesalahan. Untung ada teman saya yang memberitahu saya," ryan yang mendengar itu mengerutkan keningnya, "Kesalahan apa yang kamu buat?""Hampir Pak, saya tidak tau kalau Bapak memisahkan makanan dan minuman di rak yang berbeda, memangnya Bapak ada alergi apa selain serbuk bunga?""Saya vegetarian dan tidak bisa memakai produk-produk asal karena tubuh saya terlalu sensitif, nanti kamu akan tau sendiri" sahutnya sambil memijat keningnya yang pusing. Sara hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Bryan."Lain kali kamu gunakan rak yang sudah saya pisahkan, atau kamu sengaja mau bikin saya sakit perut dan masuk ke Rumah Sakit," sahutnya santai sambil meminum teh madu buatan gadis itu.Pemuda itu sempat berekspresi sejenak, karena dia suka dengan teh madu buatan gadis itu.Lalu Bryan kembali memasang wajah datar andalannya dalam persekian detik, gadis itu tidak menyadari karena dia sibuk dengan pikirannya sendiri."Ya sudah terimakasih, kamu bisa kembali bekerja, nanti setelah makan siang jangan sampai telat masuk Kantor karena kita harus meeting," sahut pemuda itu. Sara hanya mengangguk saja dan pamit untuk diri dari sana.Setelah melihat gadis itu keluar dari ruangannya, Bryan kembali memejamkan matanya.Dia akan beristirahat sebentar sampai jam makan siang, pekerjaannya sudah rampung sebagian."Apa karena kemarin?" monolog pemuda itu sambil memejamkan matanya, sejak kemarin emang pola makan dan pola tidurnya berantakan akibat stress karena urusan kantor.Teh madu buatan gadis itu setidaknya membuat tubuhnya sedikit membaik, dia jadi ingat teh madu buatan sang ibu, rasanya sedikit mirip seperti teh buatan mendiang ibunya. "CK, kenapa dia bisa membuat teh madu seperti buatan Ibu. jangan sampai goyah hanya karena itu," sahutnya sambil memejamkan matanya.Tak lama terdengar ponsel miliknya berdering dia langsung mengangkatnya, "Ya halo?"[Bos, saya sudah dapat informasi mengenai Sara, sudah saya kirimkan lewat email]"Baik, terimakasih" sahutnya, setelah itu panggilan terputus.Bryan langsung mengecek email, pemuda itu langsung memijat kepalanya setelah melihat email yang dikirimkan oleh anak buahnya.Pemuda itu menutup email-nya dan menghubungi kembali anak buahnya.Saat ini Sara sedang ada di toilet untuk membenarkan penampilannya. Jujur saja dia sangat gugup hari ini karena dia akan bertemu dengan klien dari luar negri. "Huh, semangat. Jangan sampai keluar, nyari pekerjaan susah apalagi nyari jodoh," sahutnya sambil menghela nafas panjang. Setelah selesai merapihkan penampilannya, Sara keluar dari toilet menuju ke arah tempat bos tampannya berada. Saat sedang berjalan menuju ke arah ruangan tempat Bryan dan cliennya berada, ada seseorang yang menyeretnya menuju ke arah gudang belakang. Seseorang itu memakai topi, masker dan jaket yang tudungnya dia naikkan untuk menutupi topi dan kepalanya. Seseorang itu mencekik Sara cukup kuat, Sara tentu saja memberontak dan berusaha untuk melepaskan cekikan seseorang itu. "Bisa-bisanya kau hidup dengan baik setelah merenggut nyawa Fanya" sahutnya, terlihat rahangnya mengeras karena marah. Sara tidak bisa berkata-kata apa-apa karena dia kesulitan bernafas. tangannya berusaha untuk melepaskan cekikan
Keesokan harinya "Kamu ngapain masih di sini? Ini sudah masuk jam Kantor," sahut pemuda itu saat dia melihat Sara sedang kebingungan di pinggir jalan. Sontak gadis itu terkejut dan langsung menoleh ke samping, terlihat bos tampannya dengan wajah dinginnya itu. "Ck, heran itu wajah apa kulkas, dingin banget" lirihnya memalingkan wajahnya sejenak lalu dia menoleh kembali ke arah sang bos dengan kikuk. "Saya ketinggalan Bis Pak Bos, sekarang sedang cari angkutan umum," sahutnya santai sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Bryan sempat terdiam sejenak dan dia memberi isyarat gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. Sara tentu bingung dengan gelagat aneh bosnya itu. Membuat Bryan berdecak sebal. "Masuk, mau sampai kapan kamu di sini? Ingat, saya tidak suka kalau ada karyawan telat masuk Kantor. Untuk kasus kamu hari ini, saya beri keringanan," sahutnya santai tetap dengan tatapan datarnya. Ingin Sara mengumpat tapi dia harus sabar, "Ngomong dong Pak, kan saya ga p
"Itu leher kamu kenapa?" tanya Tiara khawatir. "Kemarin tiba-tiba ada orang aneh yang langsung mencekik aku terus bilang, aku masih bisa hidup baik-baik saja setelah menghilangkan nyawa Fanya, Fanya anaknya siapa aku aja ga tau" sahutnya santai. Tiara yang mendengar itu langsung terdiam, Sara yang melihat Tiara diam saja mengerutkan keningnya. Baru saja dia akan mengeluarkan suara, Sara mendapatkan notifikasi Wa dari atasannya. Bryan tau kalau ada Tiara di sana, dan dia membiarkannya saja karena yang dia lihat gadis itu tetap bekerja dan sepertinya Tiara membantu pekerjaan gadis itu. "Beb, aku ke ruangan Pak Bos dulu ya, kenapa aku takut ya? Apa aku mau diomelin lagi," sahutnya sambil menyimpan file-filenya terlebih dulu. "Tolong liatin dan cek apa sudah disimpan atau belum file-filenya aku takut lupa" sahutnya sebelum membuka pintu. Tiara menganggukkan kepalanya dan gadis itu keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Bryan. "Ada apa ya Pak?" tanya gadis itu setelah menutup
Seorang gadis cantik turun dari taksi, dia sempat merapihkan penampilan sejenak lalu masuk ke dalam lobi perusahaannya. Saat masuk ke dalam lobi dia agak bingung karena ramai sekali orang di sana. Sampai dia melihat temannya yang menuju ke arahnya sambil memainkan ponselnya. Langsung saja Sara menghalangi gadis itu membuat gadis itu terkejut, "Eh Titi, kok rame sih? Ada apa?" "Pak Bryan buka loker buat Sekretaris dan mereka kandidatnya," sahut gadis itu santai, karena dia ada urusan dan dia terburu-buru dia langsung pamit pada gadis itu dan pergi keluar perusahaan. Gadis itu masuk ke dalam, saat dia akan menekan lift ada seseorang yang berdehem padanya membuat gadis itu terkejut. Saat Sara menoleh ke samping dia hanya tersenyum sambil menggaruk kepala bagian belakangnya saja saat melihat pemuda tampan yang sudah melipat tangannya di depan dadanya. "Alasan kali ini apa lagi" sahutnya datar. "Saya ga ada alasan, Bapak sendiri yang meminta saya menemui klien dulu sebelum sampa
Seorang anak remaja dengan baju yang sedikit tercabik dan tubuhnya yang terlihat sangat kurus duduk meringkuk dengan tubuh yang sedikit gemetar. Dia duduk meringkuk dekat bangku taman yang ada di pojok, terlihat banyak anak-anak seusianya dan lebih kecil darinya bermain di sana menghiraukan anak remaja itu. Sampai dia merasakan ada yang mendekat bahkan berdiri di depannya membuat anak laki-laki itu mengangkat kepalanya. Dia menoleh ke atas dengan tatapan kosong dan lelehan air mata di pipinya, ada anak laki-laki tampan yang sepertinya usia anak itu di bawahnya. Anak itu tersenyum manis dan terlihat gigi sampingnya yang ompong.Anak manis itu menyodorkan tangan sebelah kanannya ke arahnya, ia hanya menatap kosong ke arah tangan mungil itu. Karena anak laki-laki itu pegal menyodorkan sebelah tangannya ke arah anak remaja di depannya dan ia tidak menyambut sebelah tangan mungilnya.Anak manis itu berdecak lucu lalu mampoutkan bibirnya kesal, "Tata ga mau bangun? Pegal tau," sahutnya
Keesokan harinya Sara datang tepat waktu sampai di kantor dan dia langsung ke ruangannya, gadis itu ingin tidur sebentar karena dia sangat mengantuk. Tubuhnya juga sedang tidak begitu fit karena sedang datang bulan, Erham ada di sana mereka saling menyapa dan gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Erham yang melihat itu mengerutkan keningnya, "Kamu sakit?" tanya pemuda itu, dia sedang membereskan barang-barangnya. Mulai hari ini dia akan kembali ke ruangannya dan gadis itu akan dibantu oleh sekretaris baru. Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, saya sedang datang bulan Kak jadi kayak gini," sahutnya agak lesu. "Kalau sakit seharusnya jangan masuk," Gadis itu hanya tersenyum mendengar ucapan pemuda itu, "Pengennya libur tapi kerjaan lagi banyak,""Tiap hari juga banyak pekerjaan kamu banyak" "Betul juga ya" sahutnya sambil cekikikan. Erham hanya menggelengkan kepalanya lalu dia pamit undur diri, pemuda itu bilang pada Sara kalau sekretaris yang baru a
Saat ini Sara sedang mempelajari materinya, begitupula dengan Fitri. Tapi gadis itu terlihat kesulitan. Sara sempat melihat itu tapi dia menghiraukannya, dia heran dengan gadis itu yang memiliki gengsi tinggi. Tak lama Bryan mengetuk pintu ruangan mereka dan mereka langsung bersiap, setelah makan siang mereka akan pergi ke perusahaan lain untuk bertemu dengan klien lain. Mereka naik mobil Bryan menuju ke arah restoran Jepang, sepanjang jalan mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak memakan waktu satu jam, mereka sampai di restoran Jepang. Mereka turun dari mobil dan berjalan ke dalam. Sara dan Erham turun duluan karena mereka yang mereservasi tempatnya, Fitri ada di samping Bryan. Gadis itu berusaha untuk caper pada Bryan tapi pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali, membuat Fitri mendengus. Mereka duduk di ruangan dan Sara sibuk melihat-lihat materi lagi, gadis itu terlihat sangat gugup. Ia memutuskan untuk melihat materinya kembali sambil menunggu.Tak lama pintu d
Fitri sudah pulang duluan, sedangkan gadis itu belum pulang. Dia harus lembur karena laporannya yang hilang. Sara tentu saja dimarahi oleh Bryan, meski pemuda itu tidak menaikkan suaranya, gadis itu sukses ketakutan. Selain Sara masih ada Bryan di kantor, saat dia keluar dari ruangannya. Bryan melihat lampu ruangan gadis itu yang masih menyala, langsung ia menuju ke arah ruangan gadis itu. Dia mengetuk pintu ruangan gadis itu lalu masuk ke dalam, terlihat Sara yang sedang duduk depan laptop dengan wajah sembab habis menangis. "Pulang, saya tidak menyuruh kamu lembur" sahutnya dingin sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Sara hanya mengangguk saja dan Bryan mengantar gadis itu pulang.****Keesokan harinyaSebelum ke ruangannya, Bryan menuju ke ruangan Sara terlebih dulu. Dia menaruh minuman di atas meja gadis itu dan sedikit menutupinya dengan dokumen-dokumen yang ada di sana. Tak lupa dia menempelkan note pada layar komputer gadis itu, setelah itu dia kembali ke ruanga