Share

Seenaknya Saja

Untungnya, dia dapat menormalkan ekspresi.

Tak lama, Jevran dan Naura memutuskan untuk pergi ke rumah makan karena lelah berlarian.

Kali ini Naura yang memilih menu makanannya. Sayur asem, ikan asin, sambal, tempe, tahu, dan itu semua tidak familiar di lidah Jevran.

"Ayo makan." Naura melirik Jevran yang hanya menatapnya tanpa berniat ikut makan.

"I-iya."

Jevran mengambil satu tempe. Dengan ragu ia menatap sambal berwarna merah yang membuatnya menggigit bibir. Naura tau keraguan Jevran mungkin takut karena sambalnya pedas. Tapi, bukankah itu memang makanan orang kampung? Bukan mengatakan Jevran kampungan, tapi Jevran memang dari kampung.

"Sambalnya gak pedes, kok. Atau kamu emang gak suka makanan ini?"

"Suka kok, suka."

Mau tak mau Jevran mulai memakannya. Tidak terlalu buruk.

"Oh iya, gimana kerjaan baru kamu? Lancar, kan?" tanya Naura.

"Lancar. Mereka juga baik sama aku."

"Bagus, deh. Kalau ada yang berani sama kamu selama di Jakarta, jangan diem aja. Coba deh penampilan kamu dir
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status