Share

Taman Bermain

"Dia nurut, kok," ucap Jevran.

Diliriknya bocah di samping yang langsung menghela napas.

"Bagus deh kalau begitu."

"Yaudah, kalau kamu udah datang aku pulang lagi ya."

"Iya. Makasih ya, Jo."

Jevran mengangguk. Ia pergi ke kamar untuk mengambil barangnya ada di sana. Naura juga mengantar Jevran sampai ke luar. Ternyata Jevran ini bisa diandalkan.

"Sekali lagi makasih, ya."

"Sama-sama Naura. Ngomong-ngomong besok weekend, kamu ada acara?"

Naura berpikir sesaat kemudian menggeleng. "Gak ada. Kenapa?"

"Jalan-jalan, yuk."Jevran menatap dirinya di cermin. Celana hitam dengan kemeja panjang putih yang dimasukan ke celana. Ia menyemprotkan parfum di beberapa titik tubuhnya. Senyuman terukir begitu saja. Memang pada dasarnya tampan, mau penampilan seperti apapun pasti tampan. Ah, percaya diri sekali.

Hari ini Jevran akan mengajak Naura pergi ke beberapa tempat. Awalnya hanya ingin membuat pria bernama Arga itu cemburu, tapi entah kenapa sekarang Jevran terlihat excited. Rasanya seperti akan berkencan saja.

"Joko! Lama banget sih!" teriak Naura dari luar sana. Dia yang perempuan saja cepat kenapa orang itu lama sekali? Dandan dulu atau bagaimana?

"Eh, maaf ya lama." Jevran berlari keluar dengan terburu-buru.

"Emang lama banget. Kayak nungguin anak perawan lagi perawatan."

Jevran menggaruk kepalanya mendengar Naura yang kesal. Dia kan harus menggunakan make-up untuk menutupi wajah tampannya. Bisa ketahuan jika saja ada yang kurang.

"Yaudah ayo!" Naura menggandeng tangan Jevran. Sedangkan Jevran menahan untuk tidak tersenyum.

Mereka berencana pergi ke taman bermain untuk naik ke wahana yang ada di sana. Naura juga akan mengajak Jevran berkeliling, menunjukan ibu kota. Lagi pula di rumah sendiri itu tidak seru. Ajun pergi ke rumah temannya untuk belajar kelompok. Daripada bosan, Naura ikut pergi saja dengan Jevran.

"Tuh, ada angkot." Naura naik lebih dulu ke angkot. Di dalamnya itu sudah terisi beberapa orang yang lebih didominasi ibu-ibu.

Jevran duduk di ujung, di samping Naura. Terdengar suara bisik-bisik, dengan tatapan seolah merendahkan lelaki di depannya. Jevran tau apa yang mereka pikirkan.

"Neng, itu pacarnya?" tanya salah satu ibu-ibu tadi pada Naura. Sudah pasti yang dimaksud adalah Jevran.

"Kok mau sih pacaran sama dia? Padahal laki-laki di luar sana banyak yang ganteng. Kamu kan cantik. Jangan-jangan dipelet kali," bisik wanita satunya.

Bukan hanya Naura, Jevran juga terkejut. Bisa-bisanya Jevran dituduh pakai pelet. Tidak perlu hal semacam itu juga dirinya sudah jadi incaran perempuan di luar sana.

"Aduh, ibu-ibu, kita gak pacaran. Cuma temen doang. Lagian gak boleh tau bicara kayak gitu. Gimana kalau temen saya ini jodohnya anak gadis ibu di rumah? Hayo.."

"Ih, amit-amit," ucap Ibu-ibu di depannya cepat.

Mendengar itu, Jevran mendengus pelan. 'siapa juga yang mau menjadi menantunya,' batinnya.

Hanya saja, kekesalan Jevran hilang saat sampai di sebuah taman bermain,

Dia tidak berpikir untuk naik roller coaster, tapi Naura justru sekarang sedang membeli tiket.

Jevran menyesali semuanya.

Seharusnya, Jevran tidak mengajak Naura ke sini.

Suara teriakan orang yang naik wahana juga semakin terdengar jelas di telinga Jevran. Sepertinya ini lebih menyeramkan daripada mendengar suara amukan kakeknya. Dia harus kabur sekarang!

"Eh.. mau ke mana?" Tiba-tiba tangannya ditarik dari belakang. Naura sudah datang dengan dua tiket ditangannya.

"A-aku mau pulang aja. Perut aku tiba-tiba mules."

"Tiketnya udah dibeli, loh. Tahan dulu deh, kita naik dulu."

"Tapi-"

"Udah, cepetan!"

Jevran meneguk ludahnya susah payah. Ia hanya pasrah saat Naura menariknya mendekati wahana tersebut. Duduk di salah satu kursi, dan memakai sabuk pengaman. Penjaga di sana mulai mengintruksikan untuk bersiap.

Sesaat Jevran melirik Naura yang justru berbeda terbalik dengannya. Gadis itu memasang senyum bahagia, bahkan sempat mengambil foto bersama Jevran yang wajahnya pucat.

"Kita gak akan jatuh, kan?" tanya Jevran polos.

"Tenang aja. Ini seru banget."

Naura menahan tawa melihat lelaki di sampingnya yang terlihat tegang. Memegang sabuk pengaman dengan erat. Ah, lucu sekali.

Pemandu wahana mulai memberi instruksi jika wahana akan segera dimulai. Sebuah hitungan mundur. Tiga, dua, satu, dan......

Wushhhh

"Aaaaa!" Jevran berteriak saat roller coaster itu melaju dengan kecepatan yang bisa dibilang cepat.

Sebetulnya bukan hanya Jevran, ada beberapa orang yang juga berteriak. Tapi, suara Jevran lebih menggelegar. Tentu karena dia laki-laki, dan memiliki suara yang dalam.

"Berhenti! Woy!"

Naura tertawa lebar melihat Jevran yang memejamkan matanya erat. Disaat Jevran ketakutan, Naura justru bahagia bisa tertawa selepas ini. Tangannya diangkat ke atas, menikmati tiupan angin yang menerpa rambutnya.

"Seru banget!"

*****

"Hoek.."

Naura meringis melihat Jevran yang berlari dan memuntahkan isi perutnya. Apa separah itu? Dengan cepat Naura pergi untuk membeli minum, sementara Jevran masih memegangi kepalanya yang pusing.

"Nih, minum dulu."

Sebotol air mineral itu disodorkan. Jefran segara mengambilnya dan menuguknya setengah. Terbayang saat wahana itu melaju cepat membuatnya bergidik ngeri.

"Udah mendingan?"

Jevran mengangguk dan membenarkan kacamatanya. "Sudah."

"Ya ampun, maaf ya. Aku pikir kamu gak separah itu sampai muntah."

"Iya gak papa."

"Gimana kalau kita cari makanan aja?" usul Naura.

Belum sempat Jevran menjawab, gadis itu lebih dulu menariknya. Eh, hampir saja Jevran terjatuh karena Naura menariknya tiba-tiba. Gadis itu membawanya ke tempat penjual yang berjajar di jalanan.

"Mau es krim gak?"

"Boleh." Jevran mengangguk.

"Pak, es krimnya dua. Satu rasa cokelat, satunya rasa..."

"Strawberry," kata Jevran cepat.

"Nah, satunya rasa strawberry." Naura menoleh menatap Jevran. "Kamu suka strawberry? Aku pikir cowok gak suka itu."

"Kenapa?"

"Gak tau."

Jevran membuang nafas pelan. Mereka kembali berjalan-jalan setelah ice cream yang dipesan telah siap. Berkeliling mencicipi setiap makanan murah yang enak. Sebelumnya Jevran tidak pernah berkeliling seperti ini. Dia biasa menghabiskan waktu bersama para perempuan di mall, club malam, atau cafe. Tapi ternyata, ini lebih menyenangkan.

Entah kenapa, Jevran selalu senang melihat Naura yang tertawa. Gadis sederhana itu ternyata menyukai hal sederhana juga, seperti selera humornya.

"Nau, liat deh. Itu bagus banget."

"Hah? Pft... "

Jevran bingung dengan Naura yang justru menahan tawa. Ada apa? Dia hanya menunjuk sebuah rangkaian bunga yang berada di sebrang jalan. Saat Jevran melihat kemana jarinya menunjuk, ck! Masalah besar ini. Jevran malah menunjuk seorang lelaki botak. Parah ya lagi, lelaki itu menyadarinya.

"Hey! Kurang ajar kamu! Awas, ya!" teriaknya.

"Eh, enggak." Jevran segera menarik tangan Naura untuk berlari. Orang itu benar-benar mengejarnya.

Sudah cukup jauh, Naura menepuk punggung Jevran untuk menghentikan larinya. Kakinya pegal. Lagipula orang itu sudah tidak mengejarnya.

Gadis itu bersandar di tembok dengan mengatur nafasnya. Seketika dia tertawa pelan hingga membuat Jevran menoleh. Tapi ini seru menurut Naura ini menyenangkan. Seperti menguji adrenalin. Haha...

"Kira-kira kalau orang botak ngabisin sampo berapa, ya?" Pertanyaan itu keluar spontan dari mulut Naura.

"Ngaco kamu!"

Lagi-lagi Naura terkekeh. Ia terdiam saat melihat Jevran yang melepas kacamatanya untuk mengusap keringat. Naura tidak mengelak jika Jevran terlihat berbeda tanpa kacamata itu.

Sebetulnya Jevran tidak terlalu buruk dalam segi penampilan. Coba saja pakainya lebih diubah, lalu rambut dan kacamata itu juga. Mungkin bisa dikatakan..

"Kamu sebenarnya ganteng tau."

"Hah?" Jevran terbengong mendengar apa yang dikatakan Naura.

Gadis itu mengatakan dirinya tampan? Astaga. Kenapa wajahnya terasa panas sekarang?

"Eh, mukamu kok merah?" panik Naura tiba-tiba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status