Ken menatap nanar pemandangan yang ada di depannya itu. Ini hari terakhir dia berada di ruangan ini. Setelah deretan pemeriksaan psikologis yang harus dia lalui, akhirnya ia lulus juga keluar dari klinik ini.
Gilbert menepati janjinya. Membantu Ken sembuh sebagai permohonan maaf atas apa yang dulu dia dan Jessica lakukan. Sebuah tindakan yang lantas membuat Ken harus bertubi-tubi mengalami hal-hal tidak mengenakkan yang membuat Ken hampir kehilangan kewarasannya.
Ken menghela nafas panjang, bunyi ponsel beruntun itu membuat dia sontak menoleh dan meraih benda itu. Senyum Ken merekah begitu tahu siapa yang mengirimkan dia pesan.
Mama Bella
Itu nama yang Ken berikan untuk nomor itu. Nomor yang tak lain dan tak bukan adalah nomor milik Elsa.
Tidak salah kan, Ken memberinya nama itu? Elsa memang ibu dari anaknya, anak yang harus lahir karena kegilaan Ken di masa lalu.
Ken segera membuka kunci layar ponselnya, senyumnya ma
Elsa berlari terburu-buru setelah memarkirkan motornya di halaman parkir rumah sakit. Hari ini hari pertama dia koasisten, dan ia hampir terlambat. Kau tahu apa itu koasisten? Koasisten adalah pendidikan klinik atau kepaniteraan klinik sebutannya, yang wajib dilakukan oleh para sarjana kedokteran guna kemudian bisa mendapatkan gelar dokternya. Koasisten biasanya satu setengah tahun atau sampai dua tahun lamanya, tergantung individu masing-masing. Dan sekarang, selepas mendapatkan gelar sarjana kedokterannya sebulan yang lalu, kini Elsa tengah menjalani pendidikan kepaniteraan klinik di sebuah RSUD paling besar di kota kelahirannya itu. Menjadi dokter adalah cita-cita Elsa sejak kecil. Meskipun kondisi ekonomi keluarganya pas-pasan, tetapi Elsa bisa sukses masuk fakultas kedokteran universitas negeri di kota Solo dan bisa tetap lanjut berkuliah dengan modal beasiswa karena kecerdasannya. Dan inilah dia sekarang, menjadi dokter muda, calon dokter seperti cita-citanya.
Ken menyeringai lebar ketika gadis itu keluar dari ruang residen, ia duduk bersandar di kursi, setelah ini ia akan punya asisten pribadi gratisan. Asyik bukan? Lagipula ngeselin banget sih gadis itu? Baru jadi koas sudah bertingkah, pakai cari gara-gara dengannya lagi, sungguh berani sekali! Ken menghela nafas panjang, ia kembali mencoba memproyeksikan sosok itu yang sudah terekam dalam benaknya. Gadis itu tidak terlalu tinggi, paling tingginya cuma 155-an doang. Rambut sebahunya tampak hitam berkilau, matanya sipit dan kulitnya seputih susu. Cantik, Ken akui gadis itu cantik, kalau saja ia tidak membuat masalah dengan Ken, rasanya Ken malah hendak berusaha mendekati gadis itu, ya meskipun hanya buat mainan, nggak diseriusin, namun Elsa masuk kategori gadis yang harus bisa untuk dibidik. "Cari gara-gara sama aku? Jangan salahkan aku kalau kemudian aku hendak mengerjaimu habis-habisan, Elsa Belvania!" *** "Kamu ada masalah apaan sih sama resid
Elsa sudah siap dengan segala macam atribut dari mulai gown, surgical mask dan handscoon. Pertama kalinya ia masuk OK bukan sebagai obyek bedah, pertama kalinya di hari pertama dia koas, dia langsung terjun ikut para dokter senior melakukan tindakan, dan ini semua karena laki-laki satu itu! Siapa lagi kalau bukan dokter William Kendra Wijaya! Elsa menghela nafas panjang, agaknya setelah ini semua masa-masa berat dia di kepaniteraan kliniknya akan semakin menjadi-jadi, dan manusia yang juga sudah dengan kelengkapan atributnya itulah yang menjadi alasan. "Heh, ngapain di situ?" salak Ken galak ketika Elsa hanya mematung di sudut ruangan. "Oh ... jadi saya harus ada di mana, Dok?" tanya Elsa polos yang langsung mampu membuat Ken melotot gemas. "Sini naik meja operasi, biar ku bedah itu perut kau!" Ken benar-benar heran, anak satu ini apa memang tipe orang suka cari gara-gara? Bikin hipertensi saja! Elsa mendelik kesal,
"Ah ... Dokter ini benar-benar diktator ya," Elsa menyusut air matanya, menghela nafas panjang lalu menoleh dan menatap Ken dengan seksama. "Hey, suka-suka saya dong! Kamu lupa kalau kamu sedang dalam masa hukuman?" Ken mendengus kesal, apaan diktator katanya. "Ah ... Dimana-mana pun keset rumah sakit memang nggak ada benarnya ya," Elsa kembali menyusut air matanya, apakah perlu menceritakan pada dokter residen itu perihal hubungan dia dengan pasien yang tadi mendapat tindakan sectio caesarea itu? "Yuk ikut ke apartemen saya, ngepel sama bersihin kamar mandi apartemen saya!" Ken hendak bangkit ketika kemudian Elsa menarik tangan residen itu untuk kembali duduk di sisinya. "Jangan dong, Dok! Saya kan kesini mau jadi dokter, kenapa hukumannya ngepel sama ngosek kamar mandi sih?" Protes Elsa sambil memanyunkan bibirnya. "Makanya cerita dong, kenapa coba sampai nangis kayak gini? Baru juga sekali asistensi. Ntar di stase bedah ti
"Ma-maksud Dokter?" Ken menghela nafas panjang, ia masih begitu serius menatap jalanan yang ada di depannya itu. Wajahnya berubah sendu, membuat Elsa terpaku diam di tempatnya duduk, tidak berani banyak berkata-kata lagi. Hingga kemudian, Ken kembali buka suara. "Saya juga ngalami kok, Sa. Ditinggal selingkuh sampai hamil," Ken tersenyum getir, tatapannya masih lurus ke depan, sementara Elsa tercekat luar biasa. Ken masuk kategori laki-laki tampan dengan postur tinggi tegap dan kulit putih bersih macam artis Korea. Kalau dia pas pakai snelli-nya ia mirip pemain The Hospital Playlist yang sering Elsa tonton, hanya saja sikapnya cenderung angkuh, menyebalkan dan rese. Tapi jika berhadapan dengan orang yang dia cintai, tentu dia tidak akan seperti ini bukan? Pasti dia berubah manis dan romantis. Lalu kenapa dia sampai diselingkuhin pacarnya? Sampai hamil dengan laki-laki lain lagi, gila! "Nggak mungkin, Dok!" Elsa menggelengkan kepalanya tidak p
"Loh kok berhenti di sini, Dok?" Elsa terkejut ketika Ken membawanya pergi ke sebuah butik kenamaan."Saya ada tugas buat kamu, dan kamu perlu kostum buat menyelesaikan tugas saya besok malam," guman Ken santai sambil memarkirkan mobilnya di depan butik itu.Tugas?Besok malam?Kostum?Elsa bertanya-tanya, ia menatap Ken yang sudah melepas seat belt-nya itu sambil mengerutkan keningnya. Apa yang hendak Ken perintahkan kepadanya? Kenapa pakai beli kostum segala? Memang kostum apa yang harus Elsa pakai? Astaga, pikiran Elsa traveling sampai kemana-mana, jangan bilang kalau ...."Hei, kamu kenapa pucat begitu sih? Ayo turun!" Ken mengibaskan tangannya di depan wajah Elsa yang tampak tertegun itu, kenapa sih gadis satu ini? Kok aneh begitu?"Dok ... Saya memangnya mau disuruh ngapain Dok?" tanya Elsa dengan wajah memucat, di pikirannya, bayangan tidak senonoh itu sudah menari-nari di dalam otak Elsa.Ken menghela nafas panjang, ia menjewer
Elsa tertegun ketika Ken Jongkok di hadapannya sambil menyodorkan sepatu high heels lima belas centimeter itu. Ia masih memakai gaun warna peach model strapless dengan bawah mekar yang Ken sendiri juga yang memilih."Sa, mana kakimu, ini dicoba dulu!" Ken langsung mencubit betis Elsa dengan gemas, membuat Elsa tergagap dan tersentak dari lamunannya."Nggak usah pakai cubit kenapa sih, Dok? Main tangan aja dari tadi, heran saya!" gerutu Elsa yang langsung mengusap-usap betisnya yang memerah akibat cubitan Ken itu."Kamu sih, melamun apa memang? Sini kaki kamu, cobain dulu sepatunya!" Ken menarik kaki kiri Elsa, memasangkan sepatu itu di kaki Elsa, membuat Elsa tertegun. Residen soplak itu jongkok di hadapannya dan memakaikan sepatu itu di kaki Elsa? Bukan main!"Kan saya bis-""Kamu kelamaan tahu nggak!" potong Ken cepat, membuat Elsa langsung manyun.Tanpa banyak berkata-kata lagi, Ken memasangkan sepatu satunya di kaki Elsa, lalu bangkit da
"Sampai saya dapat pacar betulan."Kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga Elsa. Sampai kemudian Ken dapat pacar betulan? Gila! Berapa lama itu nanti? Yang benar saja! Bukankah dia bilang tadi dia trauma pacaran, trauma menjalin hubungan semanjak diselingi? Lantas kapan residen itu bakal dapat pacar kalau dia sendiri bilang sudah trauma? Edan benar!"Dok, boleh tanya?" Elsa menoleh, menatap Ken yang sudah serius di balik kemudinya itu."Tanyalah, mau tanya apa lagi sih?" Ken menoleh, menatap Elsa yang tampak begitu penasaran itu."Dokter lagi dekat sama cewek?""Oh, itu? Tentulah, saya memang lagi deket sama cewek," jawab Ken yang sontak membuat Elsa lega.Eh ... Tapi tunggu!Kalau sekarang posisi Ken sedang dekat dengan cewek, kenapa malah meminta Elsa jadi pacar sewaan Ken? Kenapa tidak membawa cewek itu saja ke ulang tahun anak mantannya itu? Kenapa malah Elsa yang dia bawa?"Kalau boleh tau siapa, Dok?" tanya Elsa takut-takut