Mobil yang dikendarai oleh Sekretaris Diana mulai memisahkan diri dari rombongan pengiring mobil pengantin.
Beberapa orang yang melihat kejadian ini sedikit mengernyitkan dahi mereka karena merasa heran.
'Kenapa Tuan Awan malah pergi ke arah lain?' batin mereka semua bertanya-tanya.
'Ah, mungkin ada kepentingan yang mendadak.' pikir mereka yang memilih untuk tidak ambil pusing dengan kejadian ini.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai oleh Sekretaris Diana mulai memasuki gerbang sebuah Motel yang lumayan dekat dengan rute yang mereka lalui saat ini.
Halaman parkir di Motel ini cukup luas, namun masih lengang tidak seramai saat malam minggu atau pun malam tahun baru.
"Di, sana kamu pesan kamar dulu! Nanti kalau sudah pesan kamar, baru aku nyusulin kamu." ucap Awan.
"Nggak mau ah." tolak Sekretaris Diana sambil menyidekapkan kedua tangan di dadanya.
"Ayolah, Di!" bujuk Awan.
"Aku maunya Tuan Awan ikut masuk juga bareng aku ke dalam Motel dan pesan kamar bareng-bareng." tandas Sekretaris Diana.
"Ya udah, ya udah, oke, oke, ayo kita masuk bareng. Tapi kamu halangin pandangan orang-orang dari aku ya!" pinta Awan. "Aku nggak mau diketawain mereka pas lihat keadaanku."
"Oke, sayangku." ucap Sekretaris Diana sambil mencubit kedua pipi Awan dan terakhir melirik ke arah bawah dan "Hahaha," dia tergelak terpingkal-pingkal.
Mereka berdua mulai turun dari dalam mobil mewah itu dan mulai masuk ke dalam bangunan Motel.
Orang-orang tidak terlalu memperhatikan Awan karena laki-laki itu berjalan tepat di belakang tubuh Sekretarisnya.
"Selamat datang di Penginapan Mawar. Ada yang bisa kami bantu, Tuan, Nyonya?" tanya Resepsionis di penginapan ini.
"Saya mau pesan satu buah kamar dengan fasilitas terbaik."
"Baik, Nyonya. Tunggu sebentar! Kami akan mengecek terlebih dahulu kamar yang masih tersedia."
Setelah menunggu beberapa saat, petugas Resepsionis itu memberikan sebuah kunci kamar kepada Sekretaris Diana.
"Terimakasih, Mbak." ucap Sekretaris Diana. "Ayo, Sayang!" ajak wanita itu kepada Awan yang saat ini masih setia di belakang tubuhnya.
Tidak butuh waktu lama, mereka berdua sudah masuk ke dalam kamar yang mereka sewa.
Awan yang sudah tidak tahan langsung menyerang Sekretarisnya.
"Tuan, jangan begini! Nanti baju kita kusut." protes wanita itu yang langsung menghentikan semua serangan laki-laki di dekatnya.
"Itu masalah sepele. Nanti kita bisa pakai pakaian baru." jawab Awan santai dan dia mulai menyerang kembali, namun dihentikan kembali oleh kekasih gelapnya.
"Lalu semua orang akan curiga, termasuk Istrimu, saat mendapati kita memakai pakaian yang berbeda dengan yang sebelumnya. Begitu maksud Tuan?" tanya Sekretaris Diana. "Aku nggak mau ya, kalau hubungan kita diketahui oleh semua orang. Aku masih waras, Tuan. Jika kamu ingin menjadikanku wanita simpananmu, maka sembunyikan aku dengan sebaik-baiknya dari mereka semua." pinta wanita itu. "Tuan tahu sendiri-kan, jika sewaktu-waktu Anda bosan denganku, maka aku harus mencari laki-laki lain untuk jadi pasanganku. Kalau sampai aku terkena skandal dengan Tuan Awan yang statusnya suami orang. Bisa-bisa di masa depan aku akan kesulitan untuk mendapatkan laki-laki dari kalangan atas."
"Ya sudah, cepet katakan apa maumu? Aku sudah tidak bisa menahannya lagi." keluh Awan.
"Lepaskan pakaian kita sendiri-sendiri dengan cara yang baik agar tidak kusut, Tuan."
"Baiklah." sahut Awan kesal.
Mereka berdua pun mulai melepaskan pakaian mereka sendiri-sendiri agar tidak kusut.
Awan dan Sekretarisnya pun mulai melakukan sebuah perbuatan dosa yang seharusnya tidak mereka lakukan karena mereka bukan pasangan suami istri yang sah.
***
Di Gedung B, Viola saat ini sedang didandani oleh seorang make up artist yang handal dan akan membuat gadis cantik itu semakin bertambah cantik di pernikahannya hari ini.
"Aduh cantik, kenapa yey cemberut begindong? Senyum dong biar kecantikan yey terpancar sempurna ke seluruh penjuru dunia." ucap make up artist itu.
"Diam kau!" bentak Viola.
"Ayam, ayam, ayam, ayam," make up artist itu terlonjak kaget saat dibentak oleh gadis di depannya.
Viola saat ini tengah pusing mencari cara agar dia terhindar dari pernikahan ini.
Dia adalah gadis yang sangat cantik dan juga berpendidikan. Selain itu karirnya juga pasti akan sangat cemerlang setelah dia wisuda nanti dan kemungkinan bisa mendapatkan laki-laki yang mapan dan normal tidak seperti Sagara yang cacat.
Siapa yang tidak tahu bahwa Sagara sang CEO dari Samudra Group telah mengalami kelumpuhan kaki permanen setelah mengalami kecelakaan mobil dua bulan yang lalu.
Meskipun Sagara adalah seorang CEO dari Samudra Group, namun beberapa bulan lagi dia pasti akan segera tergantikan oleh Kakak kandungnya sendiri yaitu Awan Bhumi Saputra saat rapat direksi selanjutnya dilaksanakan.
'Aku harus kabur dari pernikahan ini.' tekad Viola dalam hati. "Ogah banget aku punya suami cacat kayak Sagara.'
Setelah ruangan pengantin wanita di Gedung ini kosong, Viola segera berganti pakaian dengan pakaian biasa dan gadis itu menyelinap pergi.
Untunglah penjagaan tidak begitu ketat sehingga memudahkannya untuk kabur dari Gedung B ini.
Dari jauh, orang-orang yang ditugaskan oleh Awan untuk menculik Viola segera bergegas meringkus Viola saat gadis itu sudah keluar dari gedung pernikahannya lewat pintu belakang.
"Siapa kalian?" tanya Viola saat dirinya sudah dimasukkan ke dalam sebuah mobil van hitam.
"Diam kau!" bentak salah satu dari laki-laki yang ada di mobil ini.
Mobil van itu mulai meluncur meninggalkan area Gedung B ini dan Viola mulai mereka tutup kedua matanya dan mulutnya agar tidak memancing perhatian kepada pengguna jalan yang lain.
Tidak lama kemudian rombongan mobil dari pengantin pria telah tiba di area Gedung B ini.
Satu persatu mobil rombongan Sagara mulai memasuki parkiran Gedung B ini.
Kini mereka semua yang telah turun dari mobil mereka masing-masing mulai berbaris rapi di belakang Sagara yang saat ini sedang di dorong oleh Sekretaris pribadinya.
"Ken," panggil Sagara sedikit berbisik.
"Iya, Tuan." jawab Sekretaris Ken.
"Awan di mana? Kenapa dia tidak kelihatan?"
"Katanya ada urusan mendadak yang sangat penting dengan salah satu klien yang akan bekerjasama dengan Samudra Group, Tuan."
"Urusan apa?"
"Saya juga kurang tahu. Nanti saat mereka telah kembali, saya akan menyelidikinya."
"Baiklah, aku tunggu laporan selengkapnya."
"Baik, Tuan."
***
Di Penginapan, Awan dan Sekretarisnya sedang terbaring di atas ranjang dengan tubuh polos mereka yang sudah kelelahan setelah bergulat beberapa menit yang lalu.
"Di, makasih ya. Aku puas banget." bisik Awan yang kini mulai merengkuh tubuh Sekretarisnya.
"Sama-sama, Tuan." sahut wanita itu yang mulai melingkarkan salah satu tangannya di pinggang lelaki tampan itu.
***
"Tuan," panggil Sekretaris Diana kepada Bosnya yang saat ini sedang memejamkan kedua matanya."Hm," respon Awan."Jangan tidur! Ayo kita cepat bangun dan mandi!""Nanti saja.""Jangan gila kamu, Tuan. Kita harus segera kembali ke gedung resepsi pernikahan Tuan Muda Saga." ucap Sekretaris Diana mengingatkan."Tenang saja! Acara pernikahan Sagara akan diundur beberapa jam lagi sebab mempelai wanitanya telah diculik oleh anak buahku.""Hah!" Diana kaget mendengar penuturan Awan."Kenapa kamu kaget seperti itu?""Kalau mempelai wanitanya diculik oleh Tuan. Lalu nasib pernikahan Tuan Muda Saga bagaimana? Bukankah Tuan sengaja menjodohkan Tuan Muda Saga dengan Viola agar dia tidak mempunyai dukungan yang kuat di Samudra Group?""Pernikahan Sagara akan tetap berlangsung. Namun calon mempelai wanitanya akan digantikan oleh Viona adik dari Viola. Sebenarnya sejak awal aku memang menargetkan Viona untuk menjadi Istrinya Saga. Tapi aku haru
Di Penginapan Mawar.Awan dan Sekretaris Diana telah selesai mandi dan saat ini mereka berdua sedang mengenakan pakaian mereka masing-masing."Tuan, tolong seletingkan ret sleting gaunku!" pinta Sekretaris Diana yang saat ini sedang kesulitan untuk menarik ret sleting gaunnya."Sini!" Awan membalikkan tubuh wanita itu agar membelakanginya.Tangan Awan mulai menaikkan ret sleting gaun Sekretaris Diana."Sudah, selesai." ucap lelaki itu memberi tahu."Makasih,""Hm," angguk Awan.Beberapa saat kemudian, kedua anak manusia itu telah rapi berpakaian."Ayo, Tuan! Kita harus bergegas menyusul yang lainnya ke Gedung B. Aku sudah tidak sabar melihat tampangnya Tuan Muda Saga yang pucat pasi karena mendapatkan seorang istri yang jelek dan bodoh seperti Viona." cetus Sekretaris Diana."Ayo!" Awan mengangkat lengan sebelah kanannya ke arah wanita itu, dan Sekretaris Diana melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu.Mereka
Meski pada kenyataannya kedua kaki Sagara tidak lumpuh, namun tetap saja ada rasa kesal saat mendengar semua cemoohan dan gunjingan dari mulut lemes mereka semua.Sekretaris Ken saat ini mulai berjalan menuju ke meja berkumpulnya makanan karena Tuan Mudanya menginginkan yang segar-segar untuk merefresh otaknya agar tidak butek di saat-saat seperti ini.Pilihan pemuda tampan itu jatuh kepada salad buah yang sudah dikemas dalam sebuah kotak plastik khusus yang terlihat sangat menarik dan juga terlihat berkelas sebab kotak plastik yang digunakan bukan kotak plastik biasa."Eh," ucap seorang gadis di sebelah Sekretaris Ken saat mendapati kotak incarannya juga diincar oleh pemuda tampan itu.Saat ini tangan Sekretaris Ken memegang tangan seorang gadis itu yang sama-sama sedang memegangi kotak salad buah yang sama dengan dirinya.Gadis itu menoleh ke arah Sekretaris Ken dan di pandangan lelaki tampan itu tiba-tiba ada kelopak-kelopak bunga mawar yang tengah b
Awan tersenyum puas karena rencananya berhasil. Begitu pun dengan Sekretaris Diana yang saat ini tengah girang setengah mati melihat raut wajah kusutnya Sagara.Sagara kini mulai menyuarakan pendapatnya yang menentang keras pernikahan ini. "Aku tidak mau menikah dengan Viona." ucap pemuda tampan itu lantang.'Bagus, bagus, bagus," batin Sekretaris Ken mendukung penuh keputusan Tuan Mudanya."Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Viona? Apa karena dia tidak secantik dan tidak sepintar Viola, hm?" cecar Awan pada Adiknya."Bukan begitu," sergah Sagara. "Aku hanya tidak mau merusak masa depan Viona saja. Dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas, bukan? Tidak mungkin baginya untuk menikah denganku saat ini.""Bukankah Viona sebentar lagi akan lulus sekolah? Jadi tidak masalah jika dia menikah saat ini.""Tapi ...,""Kalau kamu ingin tetap membatalkan pernikahan ini. Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi, Ga." Awan memilih menyerah.
Setelah hening beberapa saat, Sagara mulai membuka suaranya kembali."Ken, bagaimana keadaan Tante Amanda? Apakah dia baik-baik saja?""Bunda Amanda keadaannya masih sama seperti dulu. Masih sering menangis jika teringat dengan insiden hilangnya Arabella." sahut Sekretaris Ken sendu. "Mungkin jika Adikku bisa ditemukan kembali, Bundaku sepertinya bisa normal kembali kejiwaannya.""Bagaimana perkembangan dari hasil penyelidikan Detektif yang kamu sewa? Apakah sudah menemukan titik terang?""Belum, Tuan. Keberadaan Adikku seolah-olah terhalangi oleh kabut hitam yang sangat pekat. Sampai-sampai secuil informasi tentangnya pun belum berhasil ditemukan oleh Detektif yang aku sewa.""Semoga Adikmu segera ditemukan ya." harap Sagara."Aamiin, mudah-mudahan, Tuan." angguk Sekretaris Ken."Ngomong-ngomong, Adikmu tahun ini kira-kira sudah sebesar apa ya? Em, maksudku usianya.""Harusnya dia sudah kuliah semester pertama.""Woah, ternyata
Pembawa acara pernikahan Sagara dan Viona di Gedung B ini mulai mengumumkan bahwa prosesi akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan segera dimulai."Akhirnya acara akad nikahnya dimulai juga." seru pada tamu undangan yang bersorak senang karena setelah ini mereka bisa cepat-cepat pulang ke rumah masing-masing."Berarti Viola sudah ditemukan ya?" bisik mereka bertanya-tanya."Nggak tahu juga tuh. Tapi tadi aku sempet denger katanya Tuan Muda Saga mau dinikahkan dengan Viona.""What! Hahaha," kikik mereka semua yang merasa bahwa fenomena ini sangat lucu."Kalau Tuan Muda Saga yang lumpuh itu nikah sama Viona si gadis jelek dan bodoh itu, sungguh cocok sekali. Aku setuju sih kalau ini beneran terjadi." kikik mereka."Iya, Jeng. Aku juga setuju banget."***"Ma
"Ayo Vio antar!" Viona bersikeras."Ken, Ken!" Sagara segera memanggil Sekretaris-nya agar segera mendekat. "Aku sama Ken aja." tolak Sagara kepada Viona."Yah," ucap Viona kecewa."Sudah, kamu di sini aja temenin para tamu!" perintah Sagara kepada Viona. "Ayo, Ken!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya itu."Baik, Tuan." jawab Sekretaris Ken.Sekretaris Ken mulai memindahkan Sagara ke atas kursi rodanya dan segera mendorong kursi roda itu ke arah ruang kamar mandi di gedung ini."Permisi, Nona." pamit Sekretaris Ken kepada Viona.Viona hanya bisa mengangguk saja.***Di sepanjang perjalanan Sagara mual-mual parah. Dengan sekuat tenaga pemuda itu menahan dirinya agar mulutnya tetap tertutup rapat."Tahan, Tuan!" ucap Sekretaris Ken.Saat ini Sagara dan Sekretaris Ken sudah berada di dalam kamar mandi dan mereka mulai masuk ke dalam salah satu bilik yang lumayan luas.Sagara langsung bangkit dari duduknya dan la
Di gedung B, kedua orang tuanya Viola sedang panik setelah mendapatkan telepon dari penculik itu. Meski hati mereka merasa lega karena tahu keberadaan Viola, namun dengan keadaannya saat ini malah semakin membuat waswas kedua hati orang tua itu."Gimana ini, Pah?" tanya Nyonya Nadira panik."Tenang, Ma! Kita pasti bisa nyelametin anak kita, Ma.""Itu Viola sampai nangis-nangis gitu, Pah. Ayo cepetan kita selametin dia dan bawa uang seratus juta buat tebusannya." guncang Nyonya Nadira yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya lagi."Tidak bisa sekarang, Ma. Kita hanya bisa bertemu sesuai jadwal yang diatur oleh para penculik itu. Salah, salah, malah nanti Viola yang akan jadi korban karena kita dikira berniat memberontak."Sagara dan Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari toilet mendengar percakapan antara Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira yang tengah panik karena Viola diculik."Hah, diculik!" ucap Sagara yang volume suaranya bisa diden