Mikaila mengernyit saat melihat pemandangan yang nampak begitu akrab, dirinya kini berada di istana kerajaan Valcke. Padahal ia yakin sebelumnya bahwa dirinya tengah tertidur di kamarnya. Namun mengapa tiba-tiba ia berada di istana?
Mikaila melangkahkan kakinya mencoba mencari Pangeran Carlos, sang putra mahkota yang merupakan tunangannya. Akan tetapi ia dibuat heran melihat para penjaga yang seakan tak melihat dirinya, sebenarnya apa yang terjadi saat ini?
Mikaila terus berjalan dilorong Istana nan megah ini, sampai pada akhirnya ia melihat sesuatu yang tidak bisa ia percaya sesuatu yang membuatnya tertegun setengah mati. Ia melihat dirinya, dirinya yang berbeda jauh dengan diri Mikaila yang sekarang. Mikaila yang ia lihat nampak lebih tua 10 tahun, menggenakan gaun dan mahkota khas ratu kerajaan. Hatinya mendadak senang, bukankah itu artinya ia dapat menikah dengan lelaki yang ia cintai? Namun ada yang aneh, mengapa sorot mata dirinya yang lebih tua itu terlihat sangat sedih dan menderita. Bukankah seharusnya ia bahagia karena berhasil menikahi Carlos? Tapi mengapa sosok itu nampak begitu sedih dan rapuh?
Mikaila bingung ia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Sampai pada akhirnya ia melihat dua sejoli yang tengah bermesraan di taman kerajaan, dia adalah Carlos dan Helena dengan versi yang lebih dewasa. Dua orang itu, dua orang yang diam-diam memadu kasih dibelakangnya.
Setetes air mata keluar dari mata indahnya, hatinya begitu ngilu melihat pemandangan ini. Bukankah dirinya versi lebih dewasa sudah menikah dengan Carlos akan tetapi mengapa? Mengapa Carlos masih memiliki hubungan dengan Helena.
Dalam sistem kerajaan ini, seorang raja dilarang memiliki selir kecuali sang ratu tidak bisa mengandung. Mungkinkah, mungkinkah dirinya tidak bisa hamil?
Mikaila mulai kehilangan kesabaran, ia marah-marah dan mendekat dan berhenti tepat didepan dua sejoli yang masih asik bermesraan itu.
"Helena kau sialan, perebut tak tau malu. Dan kau Carlos, bajingan menjijikan yang tidak tau diri," teriaknya tepat di depan dua orang tersebut. Namun semuanya percuma, dua orang itu tidak bisa melihat Mikaila dan bahkan tak mendengar suara teriakan Mikaila.
"Kenapa Carlos? Kenapa? Aku mencintaimu tulus, kenapa kau tega mengkhianati ku?" tanyanya tepat di depan wajah Carlos yang hanya menatap Helena.
Mikaila mulai terisak, ia segera pergi dari taman kerajaan tak sanggup melihat dua orang berbeda jenis itu yang mulai berciuman panas.
Mikaila pergi melihat dirinya lagi, ia melihat dirinya tengah menangis. Dapat dilihat sefrustasi apa dirinya. Dan para pelayan kerajaan yang tidak menghormati dirinya meskipun Mikaila seorang ratu negeri ini.
Mikaila terus menyaksikan dirinya versi lebih dewasa yang setiap harinya menangis, gelar ratu hanya nama saja, raja tidak pernah mencintainya. Para bangsawan dan rakyat tidak menghormatinya. Bahkan semua kehormatan yang seharusnya Mikaila dapatkan semuanya dimiliki oleh Helena.
Helena bagaikan ratu negeri ini, di hormati oleh rakyat di cintai oleh raja, padahal semua tugas-tugas ratu ia yang kerjakan. Helena hanya diam, hanya menitikkan air mata tapi mendapatkan cinta semua orang.
Mikaila melihatnya semakin tak percaya, kenapa semua orang mencintai Helena? Padahal Helena tak pernah melakukan apa-apa, hanya menangis dan dia dapatkan segalanya.
Berbeda dengan dirinya, ia sudah berusaha menjadi Ratu yang sempurna, Istri yang setia bahkan hampir berkali-kali mati untuk pria dan negeri ini. Semuanya sia-sia, dirinya hanya akan menjadi bayang-bayang Helena padahal ia yang berjuang tapi kenapa juga ia yang terbuang?
Scene berganti, Mikaila melihat dirinya versi lebih terduduk dibawah dihadapan semua bangsawan. Matanya menatap Carlos yang kini duduk dengan gagahnya di kursi kerajaan, sementara Helena duduk dipangkuan sang Raja.
"Mikaila Arundell atas kejahatan mu mencoba meracuni selir kerajaan Helena, kamu akan dihukum atas semua kejahatan mu, mulai saat ini aku Carlos Aldrick de Valcke menceraikan kamu, dan gelar ratu mu saat ini aku cabut. Juga kamu harus meminun racun sesuai dengan jenis racun yang kamu coba untuk membunuh Helena," ujar Carlos dengan tegas dan penuh aura kebencian.
Mikaila melihat dirinya versi dewasa, dia tidak mengatakan apa-apa tidak membantah maupun mengelak. Mikaila versi dewasa nampak menyedihkan wajahnya kuyu, lingkaran hitam nampak jelas dibawah matanya. Tidak ada lagi gaun indah dengan bordiran rumit khas ratu kerajaan. Saat ini ia menggunakan gaun putih polos dengan kedua tangannya diikat rantai.
Mikaila yang melihat semuanya tak terima, jelas-jelas ia melihat dirinya versi dewasa hanya menangis di kamar sambil mengerjakan tugas-tugas ratu yang menumpuk. Dirinya tidak pernah sedikitpun melihat Mikaila versi dewasa berniat meracuni Helena. Dia difitnah, dia dijebak.
Mikaila mulai berteriak, "Tidak dia tidak pernah melakukan itu. Dia setiap harinya hanya menangis penuh penderitaan, dia tidak pernah memiliki niat untuk membunuh Helena."
Mikaila terus berteriak untuk membuktikan dirinya versi dewasa tidak bersalah. Namun itu semua percuma, semua orang tidak bisa melihat dan mendengarnya.
Mikaila menatap keluarganya, berharap keluarganya mau membantu dirinya versi lebih dewasa membuktikan tidak bersalah. Namun harapan hanyalah harapan, ia melihat bahwa Ayah dan ketiga kakak lelaki yang dicintainya hanya memandang datar kearah Mikaila yang tengah berlutut. Tidak ada jejak kekhawatiran diwajah mereka, seolah yang mereka saksikan bukanlah bagian dari keluarga mereka.
Mikaila tertawa begitu keras sampai air matanya mengucur deras seakan tak percaya atas apa yang ia lihat saat ini. Huh Mikaila benar-benar bodoh, tidak ada mencintai dan mempercayai dirinya.
"Mikaila Arundell ada kata-kata terakhir sebelum menjemput kematianmu?" tanya sang Raja yang duduk dengan angkuh di kursi kebesarannya.
"Jika ada kehidupan lainnya, saya Mikaila Arundell bersumpah tidak akan pernah mencintai anda lagi yang mulia, tidak akan lagi mempertaruhkan nyawa saya untuk anda yang mulia. Dan jika ada kehidupan lainnnya saya mengutuk anda, anda lah yang mencintai saya dan mengejar saya lebih daripada saya mengejar anda sebelumnya. Itulah sumpah saya sebagai orang yang tidak bersalah," teriak Mikaila versi dewasa lantang.
Terlihat para bangsawan dan Raja sekalipun terkejut, mendengar kata-kata terakhir Mikaila, mereka jijik mendengar perkataan Mikaila yang tidak tau malu, padahal hari ini adalah hari eksekusinya.
"Lancang! Pengawal cepat suruh manusia rendahan itu meminum racunnya!" teriak Carlos marah.
Para pengawal segera menghampiri Mikaila versi dewasa, namun sebelum para pengawal itu memaksa Mikaila versi dewasa meminum racunnya. Mikaila versi dewasa sudah lebih dulu meminum racun itu di depan para bangsawan dan raja.
Mikaila dapat melihat senyum remeh tercetak jelas di wajah cantik Helena kearah Mikaila versi dewasa.
Setelah meminum racun itu sampai habis, Mikaila versi dewasa langsung mati.
Dan Mikaila di sana, Mikaila melihat dirinya sendiri mati. Mikaila bersumpah apabila ia kembali, ia akan membalas rasa sakit ini.
Lantas tak lama setelah kematian Mikaila versi dewasa, sebuah cahaya putih begitu menyilaukan semua orang muncul dari tubuh Mikaila versi dewasa.
"Mikaila anakku, kembalilah nak. Inilah gambaran masa depanmu apabila kau tidak mengubah kehidupanmu. Kembalilah anakku, ubahlah kehidupamu yang menyedihkan."
Sebuah suara terdengar begitu merdu ditelinga Mikaila, lantas tak lama tubuh Mikaila terseret dalam cahaya yang begitu menyilaukan.
Mikaila membuka matanya, ia perlahan bangkit dari tidurnya, tatapan matanya nampak kosong. Mimpi itu, mimpi itu nampak terasa nyata. Ia melihat semuanya, melihat dirinya sendiri berakhir mati menyedihkan. Pria yang dicintainya selama ini menyuruhnya untuk meminum racun. Sungguh menggelikan.Mikaila memegang dadanya yang terasa begitu sesak, ia perlahan mulai menangis. Mimpi itu seakan benar-benar nyata. Mikaila dapat merasakan bagaimana semenderita apa dirinya versi dewasa saat menjadi ratu di kerajaan ini.Tak pernah sedikitpun Mikaila mengincar posisi ratu, sungguh tidak pernah. Dia murni mencintai Carlos, bahkan jika Carlos hanya seorang rakyat biasapun ia akan terus mencintai Carlos. Tapi apa? Perjuangannya adalah sebuah kesia-siaan. Pria itu malah menyuruhnya untuk bunuh diri."Kenapa? Kenapa rasanya sakit sekali?" gumamnya pelan sembari memukul dadanya berharap rasa sesak itu sirna, na
Mikaila meringis saat menatap gaun-gaun yang ada di lemarinya, semua gaun di dalam lemarinya sebagian besar tidak ada yang benar, pakaian yang begitu cerah dan dengan model yang norak membuat Mikaila bergidik ngeri, setelah di pikir-pikir pantas saja ia selalu di hina di pergaulan sosial kelas atas, toh dirinya memiliki selera gaun yang mengerikan."Astaga tidak aku sangka aku benar-benar memiliki selera yang menjijikan," monolognya sembari menatap gaun-gaun itu jijik.Lama Mikaila memilih, pilihannya jatuh pada gaun berwarna pastel dengan desain halus dan elegan, gaun ini lebih baik dibanding gaun-gaun lainnya.Mikaila segera memakai gaun itu dengan dibantu Marry dan beberapa pelayan lainnya. Dan benar saja, gaun itu nampak sangat cocok dipakai oleh Mikaila."Astaga nona, anda benar-benar cantik. Sungguh saya tak menyangka apabila ini nona," decak Marry dengan penuh kekaguman.Mikaila tak
Sedari tadi Mikaila sudah berguling-guling di kasur empuknya, bukan karena dia gila, bukan. Dia sudah terlalu bosan seharian ini tidak melakukan aktivitas apapun, biasanya hari-hari yang ia lakukan adalah mengejar Carlos, tapi kali ini tidak lagi, tidak sudi."Astaga aku bisa mati kebosanan apabila terus seperti ini," monolognya sedikit berteriak kesal.Mikaila menghembuskan nafasnya lelah, ia mulai menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal dan lanjut berguling diatas kasur empuknya.Lama melakukan hal yang unfaedah seperti itu, dirinya mulai berhenti karena pusing.Setelah lama berpikir kemana ia saat ini, lebih baik ia mengunjungi perpustakaan membaca banyak buku untuk menambah pengetahuan."Marry bantu aku untuk bersiap, aku ingin pergi ke perpustakaan."Marry segera menghadap sang nona, dirinya dibuat kaget mendengar Mikaila ingin pergi ke perpustakaan. Apakah mun
Pagi ini, Mikaila sudah bersiap-siap. Ia akan pergi ke menara sihir. Ia sudah bertekad untuk berlatih sihir.Kali ini, ia sudah tidak ingin lagi mengejar cinta orang yang tidak pernah memperdulikannya, sudah cukup untuk semua rasa sakit yang ia terima.Ia kini hanya ingin menjadi kuat, lebih kuat, hingga bisa membalaskan dendamnya.Ia akan sungguh-sungguh belajar sihir kali ini, ia tidak akan lagi menjadi bodoh dan mendapatkan hinaan dari masyarakat.Semua orang yang pernah menghinanya dan menjatuhkannya akan mendapatkan balasan yang jauh lebih menyakitkan."Marry siapkan kereta, aku akan pergi ke menera sihir hari ini," perintah Mikaila pada Marry yang kini berdiri dibelakangnya."Baik nona," jawab Marry yang langsung menyelesaikan perintah sang nona.Mikaila menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, sedetik kemudian ia tersenyum iblis ketika mengingat
Mikaila turun dari kereta kudanya, ia menatap menara sihir dihadapannya.Sesaat, terbesit keraguan dalam pikirannya, bukan tanpa alasan, menara sihir bukanlah tempat yang bisa dikunjungi oleh sembarang orang, bahkan Raja pun tidak bisa sesuka hati untuk pergi ke menara sihir.Jika saja bukan karena si penyihir agung satu-satunya orang yang bisa membantunya, Mikaila terlalu malas untuk datang ke tempat seperti ini.Kedatangan Mikaila disambut dengan penjaga menara sihir, buru-buru Mikaila mengeluarkan token sebagai tanda persetujuan masuk.Para penjaga yang melihat token Mikaila, langsung membiarkan Mikaila masuk.Dengan langkah anggun, Mikaila berjalan memasuki menara sihir, dapat Mikaila lihat bangunan yang begitu indah dan megah, bahkan lebih megah dari istana.Mikaila melangkahkan kakinya menuju ruang khusus penyihir agung.Kemarin Mikaila sudah mengiri
"Aku ingin berkerjsama denganmu, untuk menghancurkan seseorang," ujarnya dengan senyum mengerikan di wajah cantiknya.Anhard menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya-tanya orang sial mana yang menjadi musuh Lady gila yang ada dihadapannya ini."Seseorang? Siapa?" tanya Anhard yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya."Intinya orang itu adalah orang yang paling ku benci sampai mati," jawab Mikaila dengan tatapan mata penuh dendam dan kebencian."Kalau aku tidak mau?"Mikaila tersenyum miring ketika mendengar jawaban Anhard, "Jika kau tidak mau yasudah, padahal awalnya aku ingin mengajak kau berkerjasama untuk menghancurkan orang yang sudah membantai keluargamu 15 tahun lalu,"Anhard menatap Mikaila seakan terkejut, fikirannya bertanya-tanya. Darimana gadis ini tau orang yang sudah membantai keluarganya 15 taun lalu? Dia saja yang sudah mencari dalam 15 tahun terakhir aka tetapi tidak bisa menemukan orang itu.15 taun la
Mikaila menatap malas pada tumpukan gaun yang sudah Marry siapkan.Hari ini adalah jadwal rutin kunjungan dirinya yang menjabat sebagai Putri mahkota ke istana kerajaan.Sebagai Putri Mahkota kerajaan ini, Mikaila diwajibkan mengunjungimu istana setiap seminggu sekali, dan hari ini adalah harinya.Jika itu Mikaila yang dulu, mungkin saat ini ia sudah berjingkrak-jingkrak kesenangan karena akan bertemu Carlos di istana, ya ... meskipun berakhir dengan Carlos yang memilih bersama Helena dibanding bersama dengannya.Namun kali ini tidak lagi, melihat wajah Carlos saja ia benar-benar tidak bisa menahan hasrat ingin membunuh bajingan menjijikan itu, apalagi hari ini ia harus bersama Carlos seharian?Mikaila hanya berharap, semoga hari ini berjalan lancar tanpa ada gangguan.Jika bisa saja memilih, ia tidak ingin datang ke istana, akan tetapi mau bagaimana lagi? Peraturan tetapl
Selepas meninggalkan istana, Mikaila langsung menuju menara sihir, ia ingin menanyakan perihal rencananya dengan Anhard, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia tidak sabar untuk membalas semua rasa sakit yang ia terima."Lady Mikaila anda datang lagi rupanya hari ini," ujar Anhard seraya tersenyum manis."Bagaimana rencananya?" tanya Mikaila to the point.Anhard tertawa pelan ketika mendengar Mikaila yang langsung ke inti, "Seperti yang diharapkan, Lady Mikaila memang bukan orang yang suka berbasa-basi.""Aku sudah memantau orang-orang itu, akan tetapi mereka belum melakukan pergerakan yang mencurigakan," lanjutnya lagi."Terus pantau orang-orang itu, mereka bermain terlalu licik dan berhati-hati bahkan pihak kuil dan kerajaan pun tidak menaruh rasa curiga pada mereka," kata Mikaila dengan datar seperti biasanya."Tenang saja Lady, aku sudah memantau mereka d