Sepasang mata manusia sedang mengintai bagai elang yang ingin memangsa mangsanya. Jack pria berbadan tegap itu sedang berdiri tepat di depan rumah Brian, bersama ke tiga anak buahnya.
''Bos, apa yang harus kita lakukan?'' tanya salah satu pria yang berdiri di belakang Jack.
''Tanggu saja, kita awasi saja dahulu. Kalau suasananya sudah sepi, baru kita bergerak,'' jawab Jack yang di balas anggukan pelan oleh ketiga anak buahnya.''Baik,Bos!''
Sampai kemudian, Brian pria yang sedang mereka incar keluar dari rumahnya dan pergi menggunakan sepeda motor.
''Ikuti dia. Jangan sampai lolos!''
Jack dan ketiga anak buahnya segera bergegas masuk ke mobil, kemudian mengejar Brian yang sudah berlalu pergi menggunakan sepeda motornya.
''Tadi kemana jalanannya, Bos!'' tanya salah satu orang yang membawa mobil saat matanya tidak melihat keberadaan Brian.
''Dasar payah!Lihat itu, dekat mobil taksi yang berwarna biru,'' kata Jack, sembari menunjuka
Rintik hujan pagi itu, menambah kesenduan yang sedang Adinara rasakan. Gadis cantik dengan rambut terurai itu beberapa kali menghela napasnya, mencoba mengurai rasa sesak yang sedang ia rasakan.Pedasnya tamparan sang Ayah yang tadi malam Adinara rasakan, masih terasa sampai sekarang. Tamparan itu bukan hanya menyakiti kulit wajahnya, tapi sampai ke lubuk hatinya yang paling dalam.Tiin ... tiiin ... tiiin!!!Tidak terasa, lamunannya pagi itu sampai membuat Adinara lupa, kalau sekarang dia sedang berada di dalam mobil di tengah-tengah padatnya jalanan ibu kota. Bahkan gadis itu sampai tidak menyadari, kalau kendaraan yang tadi sempat padat karena lampu merah, sekarang sudah mengurai secara perlahan.Adainara mencoba menerobos padatnya jalanan pagi itu, tapi kemudian perhatiannya teralihkan ke mobil yang ada di hadapannya. Adinara mengenali mobil itu, mobil mewah milik Pak Simon.''Om Simon!'' sekejap Adinara sempat terdiam, terlintas di benaknya so
Simon tersenyum miring di dalam mobilnya, setelah berhasil mengelabui Darren. Darren tidak tahu kalau Simon bersembunyi di sebuah gang kecil, saat mobil taksi yang di tumpangi oleh Darren lewat di hadapannya, Simon baru beranjak pergi.''Darren .... saya lebih berpengalaman dari pada kamu. Kamu tidak bisa dengan mudah menjebak saya,'' ucap Simon, sembari menatap tajam mobil Darren yang melintas di hadapannya.Simon kembali meneruskan perjalanannya, sekarang ia harus berhati-hati agar tidak masuk dalam perangkap Darren. Jika itu terjadi, hancurlah semua yang sudah ia rencanakan selama ini.Langkah cepat Simon lakukan, setelah ia masuk ke halaman rumah dimana Adinara di sekap. Simon mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau Adinara tidak sadarkan diri.''Kenapa dia bisa seperti itu?'' tanya Simon, setelah melihat Adinara pingsan sembari terikat di kursi.''Ti-tidak tahu Bos! Tadi saat saya masuk kesini wanita itu sudah tidak sadarkan diri.'' ja
Empat pasang mata sedang terfokus ke pria yang ada di hadapannya. Mereka benar-benar mengawasi Darren tanpa melewatkan sedetikpun.Sedang Darren, otaknya terus berfikir keras bagaimana caranya supaya bisa lepas dari kedua orang ini, tapi tidak membuat Adinara dalam bahaya.Sementara di kantornya, beberapa pasang mata menatap heran saat Darren masuk ke kantor bersama dua orang yang tidak mereka kenal.''Darren siapa mereka?'' tanya Dirga, sembari berdiri menatap dua orang yang mengekor di belakang Darren.Tapi kemudian dengan sigap salah satu dari mereka langsung menjauhkan Dirga dari Darren. Dirga di dorong oleh salah satu dari mereka, sampai pria berkacamata itu hampir saja terjatuh kebelakang.''Sudah!'' kata Darren mencegah.''Urusan kita lebih penting. Jangan menyakiti karyawan saya,'' pinta Darren, sembari menahan tubuh kekar orang itu dengan tangannya.Tapi ada situasi dimana Darren berhasil memanfaatkan keributan itu. Tanpa sepengetahu
Door!!Jack tersungkur kelantai di detik terakhir, saat jari telunjuknya hampir saja menarik platuk pistol itu. Jack tergeletak tidak berdaya dengan darah mengalir di pinggang sebelah kiri setelah polisi menembaknya.''Angkat tangan!''''Jangan bergerak. Kalian semua sudah terkepung!''Itulah suara-suara teriakan di luar sana, suasana gaduh pihak kepolisian yang berhasil menyergap anak buahnya Simon.''Kalian tidak apa-apa?'' tanya salah satu polisi yang sedang membuka ikatan Nathan dan kemudian Adinara.Nathan segera menggenggam tangan Adinara, dan membawanya keluar dari tempat ini.''Nara!''Darren!!Lambayan tangan Laras dan Dirga di luar sana, membuat Adinara merasa lega karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertemu mereka lagi.''Laras!!''Adinara langsung memeluk Laras saat mereka sudah saling berhadapan, kemudian di ikuti oleh Dirga dan Nathan yang melakukan hal yang sama.''Terima
Langkah bahagia terdengar di kediaman konglomerat Tirta Adiyasa, canda tawa mereka lakukan saat memasuki mobil Alhprad berwarna putih, yang sudah terparkir di halaman rumah.'' Aku mau duduk di tengah!'''' Aku dipinggir sebelah kanan!''Teriakan dari kedua putri Tirta Adiyasa, Syafa dan Salwa terdengar sangat bahagia saat itu.'' Om Andre, Om Andre mau ikut kita liburan ke Villa?'' tanya Syafa anak sulung Tirta Adiyasa,saat melihat sang paman tiba-tiba muncul di rumah mereka.'' Tidak! Om Tidak ikut, masih banyak kerjaan.'''' Kamu jadi ke Singapura?'' tanya Tirta Adiyasa ke Andreas.'' Iya Mas, rencananya hari ini aku berangkat.'''' Ya sudah, kita tinggal yah.'''' Iya Mas, hati-hati ... dah syafa dah Salwa.'''' Dah Om Andre.''Lambayan tangan mengiringi kepergian mereka. Andreas Adiyasa adalah adik dari Tirta Adiyasa yang membantu menjalankan Bisnis Tirta Adiyasa.10.30 WIB'' Mereka dalam
Terdengar suara seseorang yang tidak ingin Adinara lihat saat ini. Darren, pria yang saat ini paling di benci oleh Adinara tiba-tiba muncul dan sekarang berada didalam lift, hanya berdua.Sepersekian detik Darren dan Adinara saling diam seperti tidak saling mengenal.'' Sepertinya kamu harus berlajar lagi. Jadi kalau nanti kita menangani kasus yang sama, kamu jangan sampai kalah lagi,'' kata Darren mengawali pembicaraan.'' Hanya kebetulan.'''' Kebetulan?'' Darren tersenyum miring.''Kamu memang tipe orang yang tidak mau mengakui kekalahan yah?'' '' Maksud kamu?''Adinara mengangkat wajahnya dan menatap lurus ke wajah Darren.'' Kalu kalah akui kalah,'' bisik Darren.'' Kenapa aku harus mengaku kalah. Kenapa-''Adinara dan Darren tiba-tiba terdiam saat pintu lift terbuka dan ada seorang perempuan masuk.'' Akui saja kalau kamu kalah,'' bisik Darren kemudian melangkah keluar saat pintu lift terbuka, sedang Adinara memba
Darran berdiri kemudian melihat jam di tangannya.'' Aku ada sidang, titip kantor yah selama Papa tidak ada,'' ucap Darren kemudian masuk ke ruangannya, beberapa detik kemudian Darren keluar ruangan itu dengan tas di tangan.Di dalam Lift, Darren kembali bertemu dengan Adinara. Mereka saling diam, tapi sekali lagi kejahilan Darren membuat suasan di dalam Lift itu kembali memanas.'' Kenapa tadi tidak jadi makan di rumah makan, bu Mar?'' tanya Darren sambil melirik Adinara yang berdiri di sampingnya. '' Oh saya tau, kamu cemburu yah saat kamu melihat saya jalan sama Dokter Clara? Adinara- Adinara, kamu kalau cemburu jangan terlalu di perlihatkan.''Adinara terdiam, menarik napas, Adinara lebih memilih mendengarkan musik lewat handphonenya, dari pada mendengarkan ocehan Darren yang di anggapnya tidak berguna.'' Dan soal sidang kali ini,'' Darren kembali menatap Adinara.'' Maaf, kalau saya mengatakan kamu akan kalah lagi. Karena saya memiliki bukti y
Buk!Darren berhasil memukul pria itu, dan membuat Pria itu tersungkur kelantai. Sedang Adinara yang sudah bangkit kembali, terlihat ketakutan bersembunyi di belakang Darren.'' Jangan ikut campur!!'' teriak Pria itu.'' Wanita itu yang sudah menjebloskan ayah saya kepenjara. Kamu tau akibatnya?'' tanya Pria itu dengan nada tinggi.'' Ibu saya meninggal, saya dan kedua adik saya sekarang hidup sebatang kara. Saya akan menghabisi kamu sekarang juga.''Buk!Akh!Darren kembali bisa memukul pria itu hingga terjatuh, pria itu berdiri kemudian kabur dengan motornya.Darren meilhat Adinara sangat ketakutan, kaki dan tangannya gemetar, sementara pandangannya terlihat kosong. Adinara berusaha menenangkan diri dengan duduk di kursi depan mobilnya.'' Ini, minumlah.''Darren menyodorkan sebotol minuman ke Adinara, sedang Adinara terlihat pandangannya sendu saat menatap Darren.'' Terima kasih,'' ucap Adinara setelah minum. Adinara men