"Selamat pagi, Nyonya dan Tuan Abraham.“ sapa Ayunda yang sudah berdiri di meja makan keluarga Abraham.
Ayunda menarikkan satu kursi untuk Alson,
“Terimakasih, Ma!“ ucap Alson tersenyum.
Ayunda mengangguk tersenyum dan membelai lembut rambut putranya.
“Selamat pagi, Ayunda, bergabunglah sarapan bersama kami.“ ajak ibu Sisilia.
Ayunda terdiam.
“Duduklah, Nak. Bergabunglah bersama kami untuk sarapan.“ sambung papa Haris.
Ayunda tersenyum canggung, ia tak berani mengiyakan permintaan Tuan, dan Nyonya Abraham ini.
“Duduklah, kita sarapan bersama.” suara bariton Nathan terdengar, ia baru saja turun dari lantai 2.
Ayunda yang awalnya ragu untuk sarapan bersama keluarga Abraham pun setuju untuk sarapan bersama, ia memang tak berani mengiyakan sebelum Nathan memberi izin. Ayunda duduk disamping Sisilia, dan Alson. Alson sangat senang melihat Ayunda yang ikut bergabung untuk s
Jam sudah menunjukan pukul 1 siang, didalam ruangan Nathan masih fokus dengan beberapa dokumen yang harus ia kerjakan. Diluar ruangan pun sama Ayunda tengah sibuk dengan komputer didepannya. Ponsel Ayunda berdering nyaring, hingga mau tak mau Ayunda harus mengangkatnya. Ayunda langsung mengangkat begitu saja tanpa melihat siapa yang tengah menghubunginya.“Hallo, selamat siang. “ ucap Ayunda sopan, ponselnya ia loadspeaker agar ia bisa menelpon sembari bekerja.“Hallo, Yun, ini saya. Saya sudah dikantor, saya tunggu kamu dibasemant ya. Saya malas naik keatas.” ucap Sisilia.Ayunda membulatkan matanya, ia langsung melihat kontak nama panggilan yang tengah menelponnya.“Oh, Tuhan. Hampir saja lupa!” batin Ayunda terkejut.“Iya, Nyonya, saya akan segera turun kebawah. Maaf lama menunggu, Nyonya.“ ucap Ayunda sopan, ia merasa tak enak hati kepada Sisilia.“Tak apa,
Setelah mendapatkan obat maag milik Nathan didalam tasnya, Ayunda segera berlari menuju ruangan Nathan dan segera membuka ruang rahasia yang berada dibalik tembok meja kerja Nathan. Tembok besar itu bisa berputar jika didorong dan akan terlihat kamar pribadi Nathan, yang sering Nathan tiduri jika ia lelah dan lembur.“Pak Nathan!” pekik Ayunda dengan wajah khawatirnya ketika melihat Nathan yang terbaring seraya meringis memegangi perutnya.Ayunda segera mendekati Nathan,“Dimana sakit, Pak?“ tanya Ayunda dengan kecemasan dihatinya.“Perut saya sangat perih, Yun. “ ringis Nathan seraya memegang perutnya.Ayunda segera duduk di tempat tidur king size itu dan membawa kepala Nathan untuk berbaring dipaha Ayunda,“Apa kau tidak makan siang, Pak?” tanya Ayunda khawatir sembari mengelus perut Nathan dengan lembut.“Kau yang meninggalkan saya.” ucap Nathan meringis namun dibalik itu
Dentingan piano yang indah terdengar nyaring, meski sesekali masih ada kesalahan dimainkan oleh Alson Ksatria Abraham. Ayunda dan Alson tengah belajar bermain piano, Alson mencoba kunci lagu yang diberikan Ayunda. Ditonton oleh Tuan Haris, Nyonya Sisilia dan tentunya Nathan yang menyaksikan kedekatan Ayunda dan Alson yang selalu membuat mereka bahagia.“Aku masih belum bisa, Mah, maaf membuatmu kecewa.“ ucap Alson bersedih. Alson menghentikan gerakan tangannya diatas piano. Menyadari dirinya terus-terusan salah menekan kunci piano membuat Alson kecewa pada dirinya sendiri.Ayunda tersenyum dan membelai lembut rambut Alson,“Kau sudah sangat hebat, Son. Alson kan baru saja belajar 3 kali tapi ini sudah luar biasa sekali. Kamu harus berusaha lebih giat lagi, Mama, benar-benar ingin berduet denganmu.“Alson tersenyum dan mengangguk senang mendengar ucapan Ayunda yang selalu memberinya semangat,“Tentu,
Mobil Nathan berhenti tepat di Apartement Ayunda, Ayunda melepas seatbelt mobilnya.“Terimakasih, Pak Nathan, jangan lupa untuk bangun pagi besok.“ ucap Ayunda mengingatkan Nathan.“Sudah tenang saja, kau cepatlah masuk kedalam dan beristirahat.” saut Nathan seraya mendorong pelan tubuh Ayunda agar segera keluar dari dalam mobil.“Baiklah, saya pergi.” ucap Ayunda lalu segera membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobilnya.Nathan segera memutar mobilnya dan dengan kencang mobilnya keluar dari komplek Apartement Ayunda. Ayunda memincingkan matanya melihat Nathan yang tidak seperti biasanya, malam ini Nathan terlihat tergesa-gesa apalagi tidakada dokumen atau kerjaan apapun lagi. Jarak antara komplek apartement Ayunda dengan jalan raya hanya beberapa meter saja hingga Ayunda mampu melihat aktivitas di jalan raya.Ayunda terbahak-bahak ketika melihat dari depan Apartement nya mobil yang di kendarai Nathan berhen
5 menit Ojol mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, tiba-tiba saja motor milik Ojol tersebut mendadak tersendat-sendat dan mati.“Pak, ini motornya kenapa?” tanya Ayudia panik , pasalnya rumah Nathan masih sangat jauh dari tempat mereka berhenti saat ini.“Aduh maaf, Neng, motor saya sepertinya mogok.” ucap ojol tersebut dengan penuh rasa sesal.Ojol tersebut segera menepi dan menghentikan motornya. Ayunda segera turun dari motor tersebut.“Maaf ya, Neng, saya jadi tidak enak hati.” ucap ojol itu sedih.Ayunda menarik nafas panjangnya, ada rasa sesal di hatinya namun harus bagaimana lagi? Semua telah terjadi tidak sesuai kehendaknya.“Tidak apa, Pak, ini ongkos saya. Dan ini uang untuk bapak service motor ya, Pak. “ ucap Ayunda memberikan 3 lembar uang sejumlah 300.000.“Waduh, Neng, tidak usah saya belum antar, Neng, ketempat tujuan.” tolak Ojol itu yang merasa tak ena
Mobil yang dikendarai Nathan telah sampai di Perusahaan miliknya, beberapa pengawal memberikan hormat dan membukakan pintu mobil Nathan. Ayunda lebih dulu membuka pintu mobilnya, dan segera berjalan mendekati Nathanyang pintu mobilnya baru saja dibukakan oleh salah satu pengawal perusahaan.“Silahkan, Pak.“ ucap Ayunda dengan sangat profesional meminta Nathan berjalan didepannya.Nathan berjalan mendahului Ayunda, Nathan mengkancing beberapa kancing jas yang menempel pada tubuhnya. Nathan berjalan penuh dengan wibawa, tegap dengan gerakan kaki yang lurus kedepan. Para Karyawan Abraham’grup menundukan badannya hormat seraya menyapa Nathan dan Ayunda yang melewati mereka. Ayunda tersenyum dan menganggukan kepalanya membalas sapaan mereka, sedangkan Nathan acuh tidak membalas sapaan karyawannya.TINGLift khusus petinggi terbuka lebar, Ayunda dan Nathan masuk kedalam lift tersebut untuk membawa mereka ke lantai atas yang me
Sepeninggalan Ayunda, Nathan sedikit terhuyung ketika ia sadar permintaan Ayunda kali ini membuat hatinya tersayat. Nathan memegang dadanya yang seketika terasa sakit.Nathan segera manarik satu kursi di sampingnya dan terduduk lemas. Nathan melonggarkan dasinya dan memijit keningnya yang terasa pening. Nathan terlalu naif, ia tak pernah berpikir jika Ayunda akan mengucapkan kalimat keramat yang tak pernah Nathan pikirkan.Nathan menghela nafas kasarnya,“Apa gajih yang aku berikan padanya sedikit? Apa dia di berikan jabatan lebih tinggi dan gajih lebih besar oleh perusahaan lain?” gumam Nathan berspekulasi.“Aku harus bertanya lebih rinci padanya.” Sambung Nathan.Nathan segera mendorong kursi duduknya dan segera keluar dari ruang meeting untuk menyusul Ayunda. Ayunda yang sudah kembali dari toilet telah terduduk dengan segarnya di kursi miliknya. Mata sebab dan kesedihannya tertutup dengan baik oleh makeup yang ia poles ke
Sepeninggalan Ayunda diruangan Nathan, Nathan kembali terduduk di kursi kebesarannya. Ia memikirkan ucapan Ayunda yang menjadi boomerang tersendiri untuknya, Nathan tak mau menjadi munafik. Di hatinya benar-benar ada Ayunda, namun bibirnya seolah kelu. Bayang-bayang mendiang Anggun selalu menghantui dirinya. Rasa bersalah atas kematian Anggun selalu menghantui dirinya. Kematian 9 tahun lalu, tepat saat dirinya merayakan Wedding Anniversary pernikahan mereka yang ke 2 tahun. Anggun mendadak meninggal dunia akibat serangan jantung. Saat itu Nathan benar-benar terpukul dan menyalahkan dirinya atas kematian Anggun. Nathan merasa jika dirinya tak mampu menjadi pria yang baik, Nathan menganggap dirinya gagal menjadi suami yang perhatian. Nathan menyadari, saat itu dirinya memang kurang memperhatikan Anggun ditambah Anggun yang tak pernah mau terbuka padanya. Anggun Rinjani, adalah wanita yang Nathan nikahi atas perjodohan kedua orang tua mereka. Meski pern