“Orang yang tak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tak pernah mencoba sesuatu yang baru." — Albert Einstein.
*****
Chapter 9
Delina kembali ke ruangan milik Abi seraya membawa dua puluh copy-an map presentasi hari itu.
"Ini, Bos, laporan yang Anda inginkan," ucap Delina.
"Hmmm... ikut aku! Bawa semua map itu!"
Abi melangkah ke luar ruangan menuju ruang rapat di lantai 25. Delina buru-buru melangkah cepat mengikuti langkah pria itu. Ia benar-benar kesulitan membawa map-map tersebut.
Pintu lift terbuka, Kevin melihat Delina yang kesusahan membawa map tersebut.
"Aku bantu, Lin," ucap Kevin.
"Terima kasih, ya," sahut Delina menyerahkan sebagian map.
"Eh, siapa yang suruh kamu bantu dia? Biarkan dua bawa semua map itu sendiri!" seru Abi.
"Iya, Bos!" sahut Kevin seraya menyerahkan kembali map tersebut ke tangan Delina.
Pintu lift terbuka, Abi langsung melangkah keluar dengan langkah c
“Hiduptak akan menjadi beban jika kau bisa menjalaninya dengan ikhlas." — unknown. ***** Chapter 10 "Selamat pagi!" sapa Delina pada Maya yang juga baru datang. "Pagi, Delina! Kau siap bekerja hari ini?" tanya Maya. "Mau tak mau aku harus siap," ucap Delina penuh dengan keyakinan. Kedua kaki rampingnya melangkah menuju ruang kerja milik Abi. Delina masuk ke ruang kerja Abi, akan tetapi ia merasa mendengar suara mendesah dari dalam. "Apa sudah bisa?" tanya seorang wanita dengan nada mendesah. "Tunggu sedikit lagi, sedikit lagi dia akan berdiri," sahut suara seorang pria yang Delina yakini kalau itu suara Abi. "Tapi dia hanya berdiri sebentar, bagaimana sih?" keluh wanita itu. Delina melangkah lebih dalam dan menoleh ke arah sofa. Tiba-tiba, kedua matanya ternodai untuk pertama kali. Ia melihat pria itu sudah bertelanjang dada dan hampir membuka celananya. Pria itu sedang mencumbu seorang wanita di a
“Outer beauty is transient, but the inner beauty of a kind heart gets brighter with time. Be kind and get prettier forever.” — Debasish Mridha(Kecantikan di luar bersifat sementara, namun kecantikan di dalam dari hati yang baik menjadi lebih cemerlang dengan bertambahnya waktu. Bersikap baik.)*****Chapter 11“Begini Bos, bagaimana kalau Delina saja yang menggantikan Diane, lihatlah postur tubuhnya mirip dengan Nona Diane, mungkin ia bisa menggantikan gadis itu untuk memperkenalkan produk sofa terbaru perusahaan ini,” ucap Kevin memberi saran.Delina langsung menatap tajam wajah Kevin yang menahan tawa kala itu. Abi malah tertawa meledek sang sekretaris itu."Gadis jelek ini kau bilang akan dijadikan model? Hahaha..." Abi masih saja meledek Delina sampai pria itu terpingkal-pingkal memegangi perutnya.Delina maju ke hadapan Abi dan menggebrak meja kerja milik bosnya tersebut tanpa sadar karena tersulut emosi."Kau
“I am prepared for the worst, but hope for the best” — Benjamin Disraeli. (Saya bersiap untuk yang terburuk, tapi berharap untuk yang terbaik.) ***** Chapter 12 Kedua hidung mereka sudah bertemu. Napas Abi makin terasa panas di wajah Delina. Gadis itu mencoba memberontak, tetapi cengkeraman sang Bos itu sangat kuat. "Kau tak akan bisa lepas dariku," lirih Abi. Kala kemudian secara tiba-tiba Abi menyemburkan napas ke wajah Delina. "Bbuuuahhh!" Udara yang dihasilkan dari napas Abi sampai ke wajah Delina yang kedua matanya sudah menutup. "Hahahaha... kau pikir aku akan menciummu, ya? Percaya diri sekali Anda, baru memakai make up layaknya model kelas atas saja sudah merasa cantik dan dapat membuat pria sepertiku langsung menyukaimu, begitu? Hardik Abi dengan nada mencibir dan tatapan sinis. Delina meraih botol air mineral yang tergeletak di atas meja lalu melemparnya ke arah Abi. I
“Strong people alone know how to organize their suffering so as to bear only the most necessary pain.” — Emil Dorian.(Orang kuat tahu bagaimana mengelola penderitaan mereka sehingga hanya menanggung rasa sakit yang paling penting.)*****Chapter 13Seorang wanita mengunjungi kantor WE Corporation mencari Abi. Rupanya ia model papan atas bernama Lolita. Wanita dengan kaki ramping nan jenjang itu melangkah memasuki ruang kerja Abi dengan santainya."Selamat Pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Delina pada wanita yang rambutnya di cat pirang itu."Ibu? Kamu bisa lihat kan wajah cantik saya ini? Apa tampang saya setua ibu kamu?"Wanita itu membuka kaca matanya. Delina menatap tak percaya. Sosok model ternama di kota tersebut yang sangat diidolakan ibunya saat membintangi sebuah sinetron terkenal di televisi lokal itu hadir di hadapannya."Wah, Lolita pemain sinetron Cinta Gila, k
"You can never quit. Winners never quit, and quitters never win."- Ted Turner.(Anda tidak pernah bisa berhenti. Pemenang tidak pernah berhenti, dan yang berhenti tidak pernah menang.)*****Chapter 14"Lin, tangan kamu kenapa sampai berdarah begitu?" tanya Maya yang melintas setelah kembali dari toilet."Ini karena, Ummm itu anu, itu...""Eh, kalau ngomong tuh yang benar! Ayo, aku bantu obati lukamu itu!" Maya menarik Delina menuju meja kerjanya. Di sana selalu ada kotak P3K yang selalu ia siapkan jika ada kecelakaan kerja seperti yang dialami Delina."Bisa tolong panggilkan Mang Udin?" pinta Delina."Oke."Maya langsung menghubungi telepon yang ada di di dapur kantor dari tempat kerjanya untuk memanggil Mang Udin. Setelah itu, ia kembali pada luka Delina."Kenapa kamu bisa berdarah seperti ini, Lin
Mencoba cerdas mengontrol emosi, meskipun hati tersakiti. – Delina Cantika.*****Chapter 15Hari itu rapat pemegang saham dilangsungkan. Nyonya Mia akhirnya memulai rapat tersebut, meskipun tanpa kehadiran Abi, putranya. Akan tetapi, baru lima belas menit rapat berlangsung sosok pria yang berpenampilan berantakan datang dalam kondisi masuk.“Abi, apa yang kamu lakukan?”Nyonya Mia bangkit berdiri dan langsung menghampiri putranya.“Mami, mami, mami, si pembunuh Papi ini ada di sini! Apa yang kau lakukan di perusahaan ayahku?” Abi yang sempoyongan menunjuk sang ibu dengan tatapan sinis dan menghina.“Abi, jaga ucapanmu, tidak ada yang membunuh Papi!” Nyonya Mia mencoba membentak meskipun ia mengucapkannya dengan berbisik.“Nyatanya Mami dan selingkuhan Mami itu membunuh Papi!” seru Abi masih membentak ibunya di hadapan para pemegang saham.Indra langsung
“It does not matter how slowly you go as long as you do not stop.” — Confucius.*****Chapter 16"Kenapa sih kau selalu mengikuti aku?" tanya Abi menatap tajam pada Delina."Aku hanya ingin memastikan —""Memastikan apa?" Abi bertolak pinggang ke arah gadis itu."Ummm....""Buat laporan penjualan divisi otomotif yang ditinggalkan Rendi!" pinta Abi."Tapi, bukankah ada orang lain yang bertugas membuat laporan itu?""Aku tak peduli! Aku mau kau ambil alih tugas itu!""Tapi....""Bisa tidak jangan pernah ucapkan kata tapi, karena mulai sekarang aku tak suka kata tapi dan kata bantahan dari bibirmu itu, mengerti?"Abi mendorong dahi Delina dengan ujung telunjuknya."Baik, Bos."Pria angkuh itu lalu melangkah keluar, Delina masih berusaha mengikutinya. Ia harus pastikan kalau pria itu tidak mabuk untuk rapat esok hari."Delina! Kerjakan tugasmu, sekarang!" seru
“Perseverance is the hard work you do after you get tired of doing the hard work you already did.” — Newt Gingrich.*****Chapter 17Delina kembali ke gedung WE Corporation. Ia tatap gedung tinggi nan megah itu sesaat sebelum ia melangkahkan kaki kembali masuk. Gadis itu menghela napas panjang dan meyakinkan diri."Aku harus bisa bertahan," ucap Delina seraya menepuk tas jinjing yang ia gunakan. Di dalam tas itu ada senjata rahasia berupa semprotan merica dan alat kejut listrik. Ia akan gunakan alat tersebut jika Abi nekat berniat tak senonoh padanya."Non, kok balik lagi?" tanya salah satu penjaga keamanan gedung.