#87“Sya! Tasya! Kamu kenapa?!” teriak Bu Intan cukup keras agar Tasya mau menghentikan langkahnya yang cepat itu. Namun, Tasya seolah tuli, bersikap layaknya tak mendengar teriakan dari Bu Intan maupun Angga.“Sya! Tunggu! Jangan pergi begitu saja!" Angga ikut memanggil Tasya sambil mencoba berlari mengejarnya. Tapi, langkahnya kalah cepat dan Tasya sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Tepat setelah dirinya mencapai pintu kamar adiknya itu. Ia tak bisa mengalahkan kelincahan Tasya.Tasya segera membanting pintu dengan sangat kasar hingga menimbulkan bunyi gaduh yang membuat jantung seakan dapat melompat dari rongganya. Angga bahkan sempat terjingkat kaget karena bunyi pintu itu sanggup menggetarkan dadanya.“Astaga anak itu!” gerutu Bu Intan merasa kesal dengan sikap yang ditunjukkan oleh Tasya barusan. Meskipun begitu, Bu Intan tetap saja merasa khawatir dengan keadaan Tasya yang tampak sedang tidak bai
#88Angga tidak dapat memejamkan matanya, meski malam semakin beranjak larut. Ia masih penasaran dengan apa yang menimpa Tasya. Dan belum bisa tertidur dengan tenang sebelum mendengar penjelasan Tasya. Rasa resah dan gelisah seolah terus meneror hatinya hingga membuat kantuk enggan menyapa dirinya.Ia hanya mondar-mandir saja mengitari tempat tidurnya dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Tasya. Ia hanya bisa berspekulasi. Hal itu justru semakin membuatnya berpikir berlebih dan menyebabkannya mengalami insomnia.“Sebenarnya apa yang sedang terjadi sama kamu, Sya?” tanya Angga. Suaranya sangat lirih hingga hanya terdengar seperti sebuah gumaman saja. Lelaki itu menatap pilu pada langit-langit kamar yang membisu. Tak ada satu pun benda yang dapat memberitahukan apa yang terjadi pada Tasya.Lamunan Angga tiba-tiba saja terbang saat di mana ayahnya meninggal dan Tasya yang beranjak remaja i
#89Pagi itu, firasat Bu Intan mendadak terasa tak enak. Melihat wajah Tasya yang pucat pasi semalam, dan langsung mengurung diri di kamar membuatnya khawatir sampai tidur pun tak nyenyak.Bu Intan pun belum tahu pasti apa yang terjadi pada putrinya. Karena Tasya tak menceritakan apa pun dan langsung terburu menghindarinya dan juga Angga. Nalurinya sebagai seorang ibu tentunya tak akan bisa dibohongi. Beliau tahu persis kalau ada sesuatu sedang Tasya tutupi.Brukk!Tiba-tiba Bu Intan tak sengaja menangkap bunyi berdebam dari dalam kamar Tasya yang ada di sebelahnya. Sontak saja Bu Intan langsung berlari keluar menuju kamar Tasya.Untungnya, Bu Intan memiliki kunci duplikat kamar Tasya sehingga memudahkannya untuk masuk ke dalam kamar Tasya meski pintunya terkunci.Bu Intan segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam, dan mencari keberadaan Tasya. Ia menggerakkan kedua eko
#90Baik Angga maupun Bu Intan masih terpukul dengan keadaan Tasya. Apalagi Bu Intan,dia lah yang paling terpukul karena mau tak mau harus menyetujui operasi pengangkatan rahim bagi Tasya. Ia pun pasrah jika suatu saat nanti, Tasya tidak akan bisa memberinya cucu. Dan itu akan berlaku selamanya. Ia tak bisa membayangkan saat Tasya harus mengetahui semuanya nanti. Bagaimana perasaannya saat tahu kenyataan pedih itu. Bu Intan tak tega melihat putrinya hancur.'Ya Tuhan, apakah ini karma bagiku yang selalu menghina dan mencemooh Laras kalau dirinya mandul?' sesal Bu Intan dalam hatinya. Sepercik kesadaran mulai menyentuh hatinya yang semula keras, dan selalu merasa jika dirinya benar dan tak pernah salah. Kini, dengan melihat keadaan Tasya, membuat Bu Intan menyadari kesalahannya sendiri. Dia seakan berkaca pada kesalahannya sendiri di masa lalu.Tanpa seorangpun tau, ia telah menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pad
#91Angga terkejut saat ibunya menampar adiknya dengan sangat keras. Ia tak menduga karena gerakan ibunya sangatlah cepat. Ia pun tak kuasa mencegah tangan ibunya, sebab kejadiannya begitu cepat. Hanya sepersekian detik saja, dan Angga merasa pilu saat melihat adiknya mulai meneteskan air matanya. Pasti sakit sekali rasanya, ucap Angga dalam hatinya."Bu, kenapa harus nampar Tasya?" protes Angga tak setuju dengan apa yang dilakukan oleh ibunya. "Jangan pakai kekerasan, Bu. Yang ada Tasya malah semakin tertekan dengan keadaannya yang sekarang," lanjut Angga mencoba menasehati sang ibu. Bu Intan melengoskan wajahnya. Merasa tersinggung dengan ucapan Angga yang terkesan mengguruinya."Gimana ibu nggak emosi, Ga. Ditanya baik-baik dia malah nyalahin orang lain. Dia juga nyalahin ibu. Siapa yang nggak marah coba kalau dibegitukan! Jelas Ibu marah, biar dia tau kalau yang dia lakuin itu salah!" Bu Intan tak terima dengan nasehat yang diberikan oleh Angga. Ia merasa jika apa yang dilakukanny
#92Tanpa menunggu lebih lama lagi, Angga segera berpamitan pada sang ibu untuk pulang ke rumah demi mencari petunjuk tentang siapa yang telah melakukan kejahatan itu terhadap Tasya."Angga pergi dulu, Bu," pamitnya sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan ruang perawatan Tasya. Ia segera melajukan mobilnya untuk pulang. Meski sempat tak fokus saat menyetir karena pikirannya bercabang kemana-mana. Ia masih memikirkan nasib Tasya begitupun masa depannya.Penyesalan yang dirasakannya tak berguna lagi. Dan saat ini yang dapat Angga lakukan adalah berusaha untuk mencari keadilan bagi Tasya. Menghukum semua lelaki bejat yang telah membuat masa depan Tasya hancur, itulah yang harus dilakukan Angga.Setelah hampir empat puluh lima menit berkendara, kini Angga sudah sampai di rumahnya. Angga segera menepikan mobilnya di garasi rumahnya. Ia turun dari mobil dan mendapati Syahna sedang bermain dengan Jelita di teras rumahnya. Syahna yang melihat bosnya itu pun bangkit berdiri menyapa Angg
#93Usai mendapatkan bukti tentang siapa yang disinyalir sebagai penyebab Tasya mengalami hal buruk seperti itu. Angga pun menguatkan tekadnya untuk membawa masalah ini ke ranah hukum. Agar Tasya mendapatkan keadilan untuk apa yang ia alami. Angga sudah bertekad kuat untuk membawa masalah ini ke jalur hukum. Semua yang dia butuhkan sebagai bukti telah ia simpan. Angga merasa jika semua itu sudah cukup untuk dijadikan bukti.Ia sudah mengumpulkan semua bukti dari chat yang ada di ponsel Tasya. Itu sudah cukup untuk menjebloskan para keparat itu ke penjara."Aku harus segera bergegas!" serunya bertekad dalam hati. Angga lalu meninggalkan kamar Tasya sambil membawa ponselnya sebagai bukti yang tak akan terbantahkan oleh para bedebah yang telah merusak masa depan Tasya. Bisa dipastikan hukuman yang akan mereka terima nantinya.Saat Angga hendak kembali ke mobilnya dan melajukannya ke kantor polisi, tiba-tiba ia teringat ucapan Syahna yang mengatakan kalau saat ini istrinya sedang tidak en
#94Angga kini sudah berada di kantor polisi. Setelah sebelumnya dirinya pergi ke rumah untuk mencari bukti dan kini ia sudah mendapatkannya. Siap untuk membuat orang-orang yang telah berbuat keji pada Tasya dibui. Ia pun berniat untuk ikut serta dalam proses penangkapan para cecunguk itu."Laporan Pak Angga sudah dibuat, jadi kita tunggu surat penangkapan itu turun dan kami akan segera bertindak," ucap salah satu pihak berwajib yang menangani laporan atas dugaan kekerasan seksual pada Tasya."Baik, Pak. Tolong, saya mohon agar secepatnya menindaklanjuti laporan saya dengan bukti-bukti yang sudah saya sertakan." Angga membalas ucapan petugas itu dengan suara setengah memohon. Ia sangat berharap banyak pada petugas berwajib yang akan menangani kasus Tasya ini."Ya, Pak. Percayakan semuanya pada kami," sahut petugas itu mantap dan yakin. Sesuai tugasnya yang mengayomi masyarakat, petugas itu pun terus meyakinkan Angga kalau semuanya akan ditangani dengan baik."Kira-kira berapa lama wak