#85Syahna melangkah pelan keluar dari dalam kamarnya setelah dirasa jika suasana sudah tampak tenang. Ia penasaran dan ingin melihat apa yang sedang pasangan suami istri itu lakukan setelah perdebatan sengit yang sempat terjadi tadi.Mata bulatnya menelisik ke seluruh ruangan mencari keberadaan Angga atau Aluna."Apa mereka sudah masuk ke kamar ya?" gumamnya pelan. Ia menduga jika kedua majikannya telah masuk ke kamar dan meninggalkan tempat mereka sempat berdebat tadi.Namun, saat Syahna hendak berjalan ke arah dapur, ekor matanya menangkap sebuah bayangan yang berdiri di taman belakang rumah. Ia pun baru sadar jika pintu untuk ke taman itu terbuka sedikit.Ia lalu mengayun langkahnya mendekati pintu itu, dan melihat siapa yang sedang berada di sana. Syahna pun tertegun saat melihat Angga sedang termangu menatap langit malam yang semakin kelam. Lalu, ia pun segera memanfaatkan situasi itu untuk mendekati Angga.Syahna membalikkan tubuhnya dan kembali ke dapur untuk membuat segelas m
#86Keesokan harinya sepulang dari kantornya, Angga berniat untuk menyambangi rumah ibunya. Ia malas untuk bertemu dengan Aluna dan mereka pun sedang perang dingin karena pertengkaran semalam.Ditambah lagi dengan Syahna yang mulai mencuri hati serta perhatiannya. Saat dirinya sedang kehilangan arah, Syahna hadir dan entah mengapa wajah ayunya telah begitu saja memesona Angga."Baru pulang ngantor, Ga?" tanya Bu Intan menyambut kedatangan Angga sore itu.Ia bahkan masih memakai pakaian kerjanya tapi tidak memilih untuk langsung pulang ke rumahnya. Merasa sumpek karena Angga tidak memiliki kawan untuk sekadar bercerita tentang keadaan rumah tangganya yang kacau balau dan entah kemana arah dan tujuan biduk rumah tangga mereka akan berlabuh."Iya, Bu," sahut Angga singkat. Lelaki itu lantas segera merebahkan tubuhnya di sofa."Kenapa nggak langsung pulang? Ini sudah malam dan kamu juga pasti capek karena lembur. Aluna juga pasti udah nungguin kamu," ujar Bu Intan yang masih heran kenapa
#87“Sya! Tasya! Kamu kenapa?!” teriak Bu Intan cukup keras agar Tasya mau menghentikan langkahnya yang cepat itu. Namun, Tasya seolah tuli, bersikap layaknya tak mendengar teriakan dari Bu Intan maupun Angga.“Sya! Tunggu! Jangan pergi begitu saja!" Angga ikut memanggil Tasya sambil mencoba berlari mengejarnya. Tapi, langkahnya kalah cepat dan Tasya sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Tepat setelah dirinya mencapai pintu kamar adiknya itu. Ia tak bisa mengalahkan kelincahan Tasya.Tasya segera membanting pintu dengan sangat kasar hingga menimbulkan bunyi gaduh yang membuat jantung seakan dapat melompat dari rongganya. Angga bahkan sempat terjingkat kaget karena bunyi pintu itu sanggup menggetarkan dadanya.“Astaga anak itu!” gerutu Bu Intan merasa kesal dengan sikap yang ditunjukkan oleh Tasya barusan. Meskipun begitu, Bu Intan tetap saja merasa khawatir dengan keadaan Tasya yang tampak sedang tidak bai
#88Angga tidak dapat memejamkan matanya, meski malam semakin beranjak larut. Ia masih penasaran dengan apa yang menimpa Tasya. Dan belum bisa tertidur dengan tenang sebelum mendengar penjelasan Tasya. Rasa resah dan gelisah seolah terus meneror hatinya hingga membuat kantuk enggan menyapa dirinya.Ia hanya mondar-mandir saja mengitari tempat tidurnya dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Tasya. Ia hanya bisa berspekulasi. Hal itu justru semakin membuatnya berpikir berlebih dan menyebabkannya mengalami insomnia.“Sebenarnya apa yang sedang terjadi sama kamu, Sya?” tanya Angga. Suaranya sangat lirih hingga hanya terdengar seperti sebuah gumaman saja. Lelaki itu menatap pilu pada langit-langit kamar yang membisu. Tak ada satu pun benda yang dapat memberitahukan apa yang terjadi pada Tasya.Lamunan Angga tiba-tiba saja terbang saat di mana ayahnya meninggal dan Tasya yang beranjak remaja i
#89Pagi itu, firasat Bu Intan mendadak terasa tak enak. Melihat wajah Tasya yang pucat pasi semalam, dan langsung mengurung diri di kamar membuatnya khawatir sampai tidur pun tak nyenyak.Bu Intan pun belum tahu pasti apa yang terjadi pada putrinya. Karena Tasya tak menceritakan apa pun dan langsung terburu menghindarinya dan juga Angga. Nalurinya sebagai seorang ibu tentunya tak akan bisa dibohongi. Beliau tahu persis kalau ada sesuatu sedang Tasya tutupi.Brukk!Tiba-tiba Bu Intan tak sengaja menangkap bunyi berdebam dari dalam kamar Tasya yang ada di sebelahnya. Sontak saja Bu Intan langsung berlari keluar menuju kamar Tasya.Untungnya, Bu Intan memiliki kunci duplikat kamar Tasya sehingga memudahkannya untuk masuk ke dalam kamar Tasya meski pintunya terkunci.Bu Intan segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam, dan mencari keberadaan Tasya. Ia menggerakkan kedua eko
#90Baik Angga maupun Bu Intan masih terpukul dengan keadaan Tasya. Apalagi Bu Intan,dia lah yang paling terpukul karena mau tak mau harus menyetujui operasi pengangkatan rahim bagi Tasya. Ia pun pasrah jika suatu saat nanti, Tasya tidak akan bisa memberinya cucu. Dan itu akan berlaku selamanya. Ia tak bisa membayangkan saat Tasya harus mengetahui semuanya nanti. Bagaimana perasaannya saat tahu kenyataan pedih itu. Bu Intan tak tega melihat putrinya hancur.'Ya Tuhan, apakah ini karma bagiku yang selalu menghina dan mencemooh Laras kalau dirinya mandul?' sesal Bu Intan dalam hatinya. Sepercik kesadaran mulai menyentuh hatinya yang semula keras, dan selalu merasa jika dirinya benar dan tak pernah salah. Kini, dengan melihat keadaan Tasya, membuat Bu Intan menyadari kesalahannya sendiri. Dia seakan berkaca pada kesalahannya sendiri di masa lalu.Tanpa seorangpun tau, ia telah menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pad
#91Angga terkejut saat ibunya menampar adiknya dengan sangat keras. Ia tak menduga karena gerakan ibunya sangatlah cepat. Ia pun tak kuasa mencegah tangan ibunya, sebab kejadiannya begitu cepat. Hanya sepersekian detik saja, dan Angga merasa pilu saat melihat adiknya mulai meneteskan air matanya. Pasti sakit sekali rasanya, ucap Angga dalam hatinya."Bu, kenapa harus nampar Tasya?" protes Angga tak setuju dengan apa yang dilakukan oleh ibunya. "Jangan pakai kekerasan, Bu. Yang ada Tasya malah semakin tertekan dengan keadaannya yang sekarang," lanjut Angga mencoba menasehati sang ibu. Bu Intan melengoskan wajahnya. Merasa tersinggung dengan ucapan Angga yang terkesan mengguruinya."Gimana ibu nggak emosi, Ga. Ditanya baik-baik dia malah nyalahin orang lain. Dia juga nyalahin ibu. Siapa yang nggak marah coba kalau dibegitukan! Jelas Ibu marah, biar dia tau kalau yang dia lakuin itu salah!" Bu Intan tak terima dengan nasehat yang diberikan oleh Angga. Ia merasa jika apa yang dilakukanny
#92Tanpa menunggu lebih lama lagi, Angga segera berpamitan pada sang ibu untuk pulang ke rumah demi mencari petunjuk tentang siapa yang telah melakukan kejahatan itu terhadap Tasya."Angga pergi dulu, Bu," pamitnya sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan ruang perawatan Tasya. Ia segera melajukan mobilnya untuk pulang. Meski sempat tak fokus saat menyetir karena pikirannya bercabang kemana-mana. Ia masih memikirkan nasib Tasya begitupun masa depannya.Penyesalan yang dirasakannya tak berguna lagi. Dan saat ini yang dapat Angga lakukan adalah berusaha untuk mencari keadilan bagi Tasya. Menghukum semua lelaki bejat yang telah membuat masa depan Tasya hancur, itulah yang harus dilakukan Angga.Setelah hampir empat puluh lima menit berkendara, kini Angga sudah sampai di rumahnya. Angga segera menepikan mobilnya di garasi rumahnya. Ia turun dari mobil dan mendapati Syahna sedang bermain dengan Jelita di teras rumahnya. Syahna yang melihat bosnya itu pun bangkit berdiri menyapa Angg