Setelah berganti baju, Chaira bersiap berdiri di depan stand. Gerobak Thai tea sebrang toserba.
Yah, Chaira memilih bekerja paruh waktu menjaga stand Thai tea. Jangan harap Chaira bisa seperti gadis beruntung yang dilihatnya di film atau di novel-novel. Yang mendapat pekerjaan paruh waktu di cafe atau di toserba yang dalamnya sejuk.
Tidak sepertinya, yang harus bekerja diluar ruangan. Sehingga harus merasakan panas dan hujan. Namun, karena ini kali pertamanya bekerja, Chaira harus tetap bersyukur.
Ia membayangkan ayahnya yang bahkan lebih buruk dari keadaannya. Ketika harus bekerja di tengah teriknya matahari sambil mengaduk adonan semen, lalu mengangkat bahan-bahan berat.
"Silakan, terima kasih ya."
"Sama-sama."
Transaksi pertama harus bagus. Belakangan ini, Chaira sudah banyak belajar tentang melayani pelanggan. Entah itu saat membeli obat di apotek, belanja di toserba, sampai beli minuman di stand seperti ini.
Yah, tak jauh-jauh dari saran 5S, Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun.
"Yah, itu bagus." ucapnya, dengan semangat.
Saat sedang menyantap makan siang yang terlewati, Chaira tak sengaja melihat kakak senior di kampusnya.
Cepat-cepat Chaira menutupi wajahnya dengan kertas yang ada di depannya. Huh, padahal Chaira sedang menikmati makan siangnya itu, yang entah kenapa terasa sangat nikmat meski lauknya sederhana.
Tapi.. tunggu! Kenapa juga Chaira harus bersembunyi? Toh, pekerjaan yang sedang ia lakukan adalah pekerjaan yang halal. Apa salahnya sih bekerja sambil kuliah?
"Mba, rasa Redvelvet satu, sama rasa Coffe satu ya!" ucap seorang gadis di depan Chaira, yang diketahuinya bernama Rika.
"Sebentar ya, kak." sahut Chaira tersenyum.
Gadis bernama Rika itu tak urung mengusik perhatian Chaira. Tentu saja, itu karna Rika sangat cantik. Dibanding dirinya, Rika terlihat seperti Cinderella sedangkan Chaira upik abunya.
Chaira terkekeh memikirkannya.
"Pesanannya, kak. Makasih ya ..."
"Iya."
Hmm.. seandainya Kakak seniornya itu lebih ramah, dia pasti benar-benar akan terlihat seperti Cinderella. Sayang, gadis yang bernama Rika itu sedikit cuek bagi Chaira.
Tapi, ada yang aneh. Sepertinya dari tadi Rika tidak menyadari perempuan di depannya. Ya! Rika tidak mengenali Chaira. Tidak seperti chaira yang langsung mengenali cewek cantik di kampusnya itu.
Entahlah, Chaira tidak tau harus senang atau kesal. Bisa-bisanya ada yang tidak mengenali Chaira, padahal sudah pernah bertemu. Apa karena wajah Chaira terlihat lebih buruk saat berjualan?
Hmm.. mungkin karena kami jarang bertemu. Dan dipikir-pikir, kami juga memang belum kenal. Waktu itu Bian yang mencoba meminjamkan kamus pada Chaira untuk Rika.
***
Baju setelan yang elegan, rambut ditata rapi, make up natural yang terlihat segar, dan wangi parfum yang soft.Sempurna!
Kinanti tidak pernah melupakan segala macam aksesoris yang dipakai ditubuhnya. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, semua harus terlihat menawan.
Ia ingin, saat orang-orang memandangnya, hal itu dapat menyisakan kesan baik dari dirinya. Tentu saja tidak hanya dari fisik, tapi juga dari hati, Kinanti mencoba terlihat ramah di mata semua orang.
"Pagi, kak ..." sapa salah satu mahasiswa di kampusnya.
"Pagi ..." sahut Kinanti seraya tersenyum ramah.
Kinanti adalah Asisten Dosen dikampus AA. Ia dikenal dengan panggilan 'Kak Kinan' karena masih muda. Sambil melanjutkan kuliah S2 nya di Fakultas Kedokteran, Kinanti juga menjabat sebagai asisten dosen karena keinginannya.
Sikap ceria, baik, supel dan suka berteman, membuatnya ingin mempunyai lebih banyak teman atau kenalan dengan menjadi Asisten dosen. Ia pun banyak dikenal mahasiswa kampus karena kecantikan dan kecerdasannya.
Matanya menyapu ke seluruh taman di dekat perpustakaan. Ia menemukan dua orang gadis yang dilihatnya tengah adu mulut.
"Aduh ... jalan liat-liat dong!"
Sudah datang terlambat, Chaira masih bisanya menabrak orang. Lalu dengan segera Chaira meminta maaf.
"Maaf Kak, saya gak sengaja. Saya buru-buru."
"Lo ... kan yang kemaren-"
"Ada apa ini?" Kinanti datang menghampiri Rika dan seorang gadis yang sepertinya mahasiswa baru.
"Oh, nggak papa kok! Permisi."
Rika segera pergi dari hadapan Kinan.Sementara satu lagi, gadis berjilbab biru. Gadis itu tengah memperhatikan Kinan dari atas hingga bawah. Seolah baru pertama kali melihatnya.
"Nama kamu siapa?" tanya Kinan.
"Namaku Chaira."
"Dari jurusan apa?"
"Managem- ya ampun, aku udah telat! aku permisi Kak."
"Tunggu! Ini buat kamu, semoga suka."
"Te-terima kasih kak."
Kinanti tersenyum melihat Chaira terburu-buru melewatinya. Ia juga pernah ada di posisi gadis itu, tidak sangka, waktu berlalu begitu cepat.
"Pagi.." sapa Kinanti setiap pagi ketika ia memasuki ruang dosen.
"Pagi, Kinanti. Tadi ditanyain Pak Imron."
"Oh ya? Makasih, Miss Hana." ucap Kinanti.
"Oh iya, ini aku bawa kue sedikit, silahkan disantap." lanjutnya seraya meletakkan makanan hangat yang dibawanya ke atas meja.
"Ya ampun.. makasih ya, Kinan. Duh, jadi merasa enak." gurau salah satu dosen berkacamata.
"Iya sama-sama, dinikmati ya.. aku ke ruang dekan dulu ..."
Setengah terburu, Kinanti pergi dari menuju kantor Pak Imron.Namun di ambang pintu, seorang lelaki berdarah Korea - Indonesia, menghalanginya dengan sengaja.
"Mau ke mana sih?" tanya dosen yang bernama Rayyan.
"Mas Rayyan! Aku mau ke ruang dekan nih, permisi dong ..."
Sejak Rayyan sering menggodanya, Kinanti setuju untuk memanggil dosen Korea tersebut dengan embel-embel Mas. Niatnya sih supaya laki-laki itu berhenti menggodanya. Apalagi cuma karena iseng. Kalau sampai Kinanti baper gimana?
Huuhh ... cowok zaman sekarang, mendekati cewek orang tanpa pikir-pikir dulu!
Padahal Kinanti sudah beberapa kali berkata kalau ia sudah punya pacar. Tapi dosen itu masih saja menggodanya.
Yah, walaupun siapa yang tahu, Rayyan merayu Kinanti karena benar-benar jatuh cinta, atau cuma iseng saja.
***
Chaira menggenggam erat kue mungil pemberian asisten dosen cantik bernama Kinanti. Yah, ia ingat betul pada wanita itu, bagaimana ia lupa, pada wanita cantik yang pertama kali bertemu sudah membuatnya jatuh cinta!Kinanti mampu memberikan energi positif bagi Chaira. Mulai dari kuliah, lalu bekerja, Chaira masih bisa mempertahankan semangat dalam dirinya.
Sekali lagi, Chaira menatap kue di tanganya.
"Hmm.. terlalu sayang untuk dimakan."
Namun akhirnya ia makan juga, karena rasa lapar semakin bertambah setiap melihat kue tersebut.
Wah, benar-benar nikmat! Chaira pikir, Kinanti pasti orang yang kaya. Dari kue yang dibelinya saja mewah dan enak banget. Rasanya gak mungkin Kinanti mau mampir beli Thai tea di tempatnya.
Ekor matanya melihat ada seseorang yang menuju gerobaknya. Lantas Chaira segera berdiri untuk melayani pelanggannya.
"Lo anaknya Pak Ibrahim kan?"
Chaira terkejut begitu mendengar perkataan pelanggannya yang ternyata adalah Rika. Dari mana Rika tau kalau Chaira adalah anaknya Pak Ibrahim?
Dengan ragu, Chaira bertanya kembali.
"Kakak kenal bapak saya?""Heh, bokap lo tuh, punya utang sama bokap gue! Dan sampai sekarang belum bayar!" ucap Rika sedikit membentak.
"Saya minta maaf, Kak, Beberapa hari ini bapak saya sedang tidak sehat, jadi belum bisa bekerja kembali."
Rika membuang napas dengan kasar.
"Ya ... gue gak peduli lah, kan ada lo! Ngapain lo kerja kalo bukan untuk bayar utang bapak lo?"***
Untuk sesaat, aku merasa dunia ini hanyahayalanyang tidak nyata.-Yasmin.***Yasmin benar-benar tidak menyangka, besok adalah hari terakhirnya ia menyandang statussingledalam hidupnya.Hidupnya seperti kelinci yang kehilangan arah. Berjalan, lalu melompat lebih jauh dari seharusnya.Bukankah baru kemarin ia duduk di bangku sekolah, memakai seragam putih abu-abu, dan bercanda ria bersama teman-temannya?Cita-citanya tidak terhitung. Banyak sekali, sampai Chaira saja malas menghitungnya.Yasmin tersenyum mengingat sahabatnya itu, Chaira berhasil kul
"Woy Arsen!"Arsen melirik ke arah suara yang memanggilnya.Sialan temanya itu! Beraninya dia mengganggu waktunya dengan Yasmin. Lihat saja nanti, saat malam tiba, tidak boleh ada yang mengganggunya barang sebentar pun!Ehmm, memangnya apa yang akan ia lakukan nanti malam? Apa ia boleh menggauli..Tidak!! Pikiran sialannya itu!!"Selamat ya, pasangan Arsen dan Yasmin.. semoga kalian menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, wa Rohmah."Satu persatu teman-teman Arsen menyalami Arsen dan Yasmin."Sen, ma'af ya, gue nyusup. Gue gak bisa lama-lama soalnya, abis ini mau ke acara seminar d
"Gimana Jun Ki, kamu betah kuliah di sini?" tanya Ayah Lee Jun Ki saat sedang menyantap makan malam. "Ya betah, bukan pertama kalinya aku sekolah disini." jawab Jun ki. "Bagus, kamu belajar bahasa Indonesia dengan baik." "Ayah, bukankah dia sudah lama tinggal di Indonesia? kenapa juga dia harus salah menggunakan bahasa Indonesia lagi?" adik Jun Ki yang biasa disapa Jung hee, ikut menanggapi. "Karna dua tahun kemarin Jun Ki tinggal dikorea, bahasa Indonesianya jadi berantakan." jawab sang Ayah. "Lagian Jun Ki gak mungkin gak betah lah yah, di sana kan banyak perempuan cantik." celetuk Jung hee seraya terkekeh. Apa-apaan adiknya
"Chaira!" Gadis manis berjilbab itu menoleh, "Ini pulpen kamu, makasih ya." ucap Jun Ki setelah berlari menghampiri Chaira. "Jungki, lo ngasih apa samamy honey Chaira?" tanya Bian. "Dih jijik banget lu!" sambar Sandi mendengar Bian menyebut Chaira dengan embel-embelMy honey. "Diem lu! Jungki, bisa-bisanya lu merebut cewek inceran kita berdua." ucap Bian yang disetujui oleh Sandi. "Maksudnya? Aku cuma mengembalikan pulpen kok. Lagipula, malam ini aku ada kencan buta dengan seseorang." "Anjir, gue baru tau di Indonesia juga ada kencan buta." kata Bian, "Ini rekomendasi dari adikku, aku hanya mengikuti saja." "Semoga sukses ya!" ucap Sandi memberi semangat. ***Chaira memakai seragam kerjanya, dilanjutkan dengan memoles sedikitMake up. "Hmm, siapa peduli aku memakai riasan saat pulang kuliah." Benar, Chaira bukan orang yang hobi memoles w
Rayyan menutup buku yang tengah dikoreksinya. Ia menghela napas selama beberapa saat, hal yang biasa dilakukannya saat sedang penat. Itulah kenapa, teman-temannya selalu menyarankan agar ia segera menikah, Setidaknya mempunyai seorang kekasih. Supaya ada sedikit hiburan untuk melepas penat. Bagi Rayyan, memiliki seorang kekasih bukan suatu keharusan. Untuk apa berpacaran kalau hanya untuk dijadikan hiburan? Tidak semua wanita itu penghibur bukan? Ia tersenyum miris. lagi pula, Rayyan tidak berniat menikah di usianya yang menuju kepala tiga ini. Jika teman-temannya menikah di atas tiga puluh tahun setelah menghabiskan bermain-main dengan para wanita, mungkin tidak bagi Rayyan. Sampai saat ini pun, tidak ada satupun wanita yang didekatinya. Jarinya mengusap layar ponsel, mengutak-atiknya hingga menemukan foto seseorang di sebuah sosial media. Gadis cantik, imut, seksi, seperti halnya gadis-gadis yang pernah dikenalnya. Dia adalah
(21++‼️️) "Kamu beneran gak apa-apa sendirian di kamar?" "Iya gak apa-apa Mbak, kepalaku sedikit pusing." "Ya sudah, Mbak duluan ya. Istirahat, masuk sana. Gak perlu mengantar Mbak." "Ya sudah, hati-hati ya ..." ucap Kinanti setelah mengantar Mbak Ismi ke depan lift. Usai makan malam, Kinanti memilih kembali ke kamar, alih-alih mengikuti yang lainya untuk melihat-lihat pantai. Entahlah,mood-nya sedang tidak bagus sekarang. Saat kembali ke kamar, Kinanti heran lantai kamarnya basah. Perasaan, ia tadi belum ke kamar mandi. Kakinya melangkah menuju kamar mandi, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Kinanti terkejut mendapati Rayyan ada di sana. "Aaaaaa ..." "Kinan! Sedang apa kau di sini?" "Mas Rayyan! Harusnya aku yang tanya, Mas ngapain di sini?" "Ini kamarku ... kan?" jawab Rayyan sedikit ragu. "Ini ka
-Tidak peduli seberapa sering kau membuatnya tersenyum, yang penting adalah, bagaimana caramu mempertahankannya.- *** Dua insan yang baru beberapa kali bertemu itu saling pandang. Kemudian tersenyum, memamerkan senyum manis. Yasmin bergeser lebih dekat pada suaminya, tubuh polos yang terbalut selimut saling bergesekan. "Mas, katanya mau cerita. Kok malah senyum terus dari tadi?" Arsen mengecup rambut wanita yang bersandar di pelukanya. "Aku mau tanya dulu sama kamu." "Apa?" "Kenapa kamu mau dijodohkan denganku? Dan apa yang membuatmu menerimaku meski kau sudah tau keadaanku?" "Kenapa aku mau menikah denganmu? Aku juga mau jawaban yang sama dari kamu." "Jawab saja pertanyaanku." Arsen mengalihkan pandangan, sejujurnya ia tak suka dibantah. "Karna aku, tidak punya pilihan lain. Aku yakin apa yang dipilihkan ayah, adalah yang terbaik untukku." "Kenap
Yasmin belum pernah berpacaran sebelumnya. Tapi jika menyukai seseorang, ia pernah beberapa kali. Bahkan Yasmin pernah terjebak di dalam dilema perasaan yang sama. Ia pernah, begitu menyukai seseorang, dan ternyata orang itu juga sama sukanya pada Yasmin. Itulah dilemanya, saat dua insan saling menyukai, tapi tak bisa bersama sebab suatu alasan. Yasmin tidak ingin punya status selain menikah. Sementara waktu itu, umurnya masih genap enam belas tahun. Dengan yakin, Yasmin melenyapkan perasaan itu. Meski banyak alasan indah, sampai Yasmin bisa menyukai pria masa lalunya itu. Sekarang, entah bagaimana awalnya, Yasmin begitu menyukai lelaki di hadapannya. Lelaki berbadan kokoh itu tengah sibuk kesana kemari membereskan barang-barangnya. Yasmin berinisiatif mengambil segelas air untuk suaminya. "Minum dulu, Mas." "Makasih, sayang." Yasmin merasa gugup mendengar panggilan Arsen yang begitu baru di telinga