Helena tidak tahu harus berkata apa ketika mendengar kabar baik yang disampaikan oleh Wira melalui telepon. Netranya berkaca-kaca dan tenggorokannya tercekat karena saking bahagianya, seolah-olah ia menemukan sumber mata air di padang pasir yang tandus. Kini ia membenarkan sekaligus memercayai peribahasa yang mengatakan bahwa akan ada pelangi setelah hujan. Dulu ia menganggap peribahasa tersebut hanyalah perkataan orang bijak yang mencoba bersikap tegar dalam menghadapi kenyataan hidupnya. Doa yang setiap saat dipanjatkannya, kini mulai bersambut. Kesabaran yang selalu dipupuknya dalam menanti pun, sebentar lagi akan membuahkan hasil.
Sepulangnya dari apartemen Felix, Helena akan ke rumah Wira untuk bertemu dengan seseorang yang berbaik hati ingin membantu kesembuhan adiknya. Selama sebulan ini sejak Mayra keluar dari rumah sakit, Helena selalu memikirkan kondisi sang adik untuk ke depannya. Namun, beban pikirannya tersebut kini sedikit terangkat karena kabar yang Wira beri ta
Walau Helena sangat senang karena kabar menggembirakan yang diterima kemarin dari Wira dan Diandra, tapi pagi ini ia berusaha terlihat biasa saja saat berhadapan dengan Felix. Helena sudah menyusun rencana agar nanti Felix memberinya izin keluar kantor setelah jam makan siang usai. Nanti ia berniat mendatangi rumah sakit untuk membicarakan mengenai jadwal operasi yang akan dijalani Mayra.“Fel,” Helena memanggil Felix yang telah menghabiskan sarapannya. “Fel, nanti usai jam makan siang aku boleh izin meninggalkan kantor sebentar?” tanyanya setelah Felix menatapnya dan memberikan isyarat untuk melanjutkan.“Mau ke mana?” Felix mengernyit sekaligus menyipitkan matanya.“Aku mau membawa adikku ke rumah sakit. Kemarin malam adikku demam,” Helena berdusta.Dalam hati Helena berulang kali menggumamkan kata maaf, ia terpaksa membawa-bawa nama Mayra agar Felix memberinya izin, walau tujuan utamanya ke rumah sakit memang untuk kepentingan sang adik. Helena terpaksa ke
Waktu terasa sangat cepat berlalu. Tanpa disadari sudah tiga bulan operasi pencangkokkan ginjal yang dijalani Diandra dan Mayra terlewati. Walau saat itu cukup menegangkan, tapi prosesnya berjalan dengan lancar. Helena tidak sendiri, ada Wira, Sonya, dan Bi Mira yang selalu setia bersamanya saat menunggu berlangsungnya operasi. Bahkan, ketiganya sangat berperan aktif dalam menjaga sekaligus mendampingi Diandra dan Mayra sewaktu menjalani masa pemulihan.Meski merasa tanggung jawabnya diringankan oleh keberadaan ketiga orang tersebut, tapi tidak membuat Helena lepas tangan. Sebisa mungkin ia selalu menyempatkan diri agar berada di antara Diandra dan Mayra, tanpa melupakan kewajibannya terhadap Felix. Helena benar-benar dituntut pintar dalam membagi waktu yang dimilikinya, agar semua tanggung jawab dan kewajibannya bisa terpenuhi.Kini, baik Diandra maupun Mayra diharuskan rajin mendatangi rumah sakit untuk melakukan kontrol pascaoperasi cangkok ginjal yang mereka pernah l
Berhubung hari ini merupakan ulang tahunnya, nanti malam Felix akan membuat perayaan sederhana di kafe bersama beberapa sahabat dekatnya yang tadi telah dihubunginya. Walau perayaannya sangat sederhana, tapi demi kelancaran acaranya nanti malam, ia memutuskan untuk tidak mengikutsertakan Helena di dalamnya. Alasan utamanya tentu saja untuk menghindari berbagai macam ucapan miring yang akan dialamatkan kepada Helena oleh mulut sahabat-sahabatnya, terutama Hans. Ia sengaja tidak memberi tahu Helena mengenai hari ulang tahunnya. Sebagai gantinya, besok lusa ia berencana mengajak Helena menginap di hotel sekaligus makan malam romantis. Dengan kata lain, ia akan merayakan hari ulang tahunnya secara istimewa hanya berdua bersama Helena.“Masuk,” Felix memberi perintah kepada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya dari luar. “Len, nanti malam aku ada acara bersama teman-temanku, jadi kamu tidak perlu memasak untukku. Setelah jam kantor bubar, aku akan mengantarmu mengambil mobilmu
Tubuh Helena kaku. Kakinya pun terasa sangat sulit digerakkan, seolah sedang tertancap paku besar. Isakan pilu seseorang di sampingnya membuat telinganya berdegung nyeri. Cairan bening dari matanya tanpa diinstruksi menetes kian deras. Ia sangat berharap, yang saat ini dilihatnya hanyalah sebuah mimpi buruk dalam tidurnya. Laki-laki yang tanpa pamrih menolongnya kini tengah terbaring sambil memejamkan matanya sangat rapat di atas brankar dengan tubuh dipenuhi kabel. Dokter mengatakan Wira koma karena cedera berat pada kepalanya akibat benturan keras.“Dee, kita keluar ya,” ajak Helena lirih, mengingat kini Wira tengah menempati ruang ICU.Meski sangat berat, Diandra pun menurut. Ia membiarkan Helena menarik tubuhnya agar menjauh dari pinggir brankar tempat Wira terbaring.Di luar ruang ICU, Helena sangat terkejut saat melihat Sonya bersama salah seorang klien tetap di perusahaan tempatnya bekerja. Ternyata keterkejutan bukan hanya dirasakan olehnya semata, melainka
Semenjak pertemuannya dengan Felix kurang lebih dua bulan lalu, Priska menjadi lebih banyak melamun dan menangis. Bahkan, Priska lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar jika sedang tidak bekerja. Bukan karena bertemu Felix membuat Priska menjadi seperti ini, melainkan serentetan kata-kata tajam yang dilontarkan oleh mulut laki-laki tersebut. Tindakannya tersebut berimbas pada kesehatannya yang kian menurun, tapi tetap disembunyikan dari keluarganya. Ternyata perubahan Priska memancing rasa penasaran dua orang wanita yang juga ikut tinggal bersamanya, terutama sang adik.“Lupakan saja Felix, yang penting kamu sudah menyampaikan niatmu untuk meminta maaf,” pinta Mariska yang baru saja memasuki kamar Priska. “Mending sekarang kamu cari laki-laki lain daripada terus meratapi masa lalu,” sarannya. “Pernah mencampakkan, pasti lama-lama akan dicampakkan juga,” batinnya menambahkan.Priska tidak menolak atau mengiyakan saran Mariska. U
Sisa akhir pekannya Felix habiskan di kediaman Narathama. Karena merasa bosan berada di apartemen seorang diri, jadi Felix memutuskan mendatangi rumah sahabatnya tersebut sebelum jam makan siang tiba. Selain ingin menumpang makan siang, ia juga butuh teman mengobrol. Kedatangannya di kediaman Narathama selalu disambut hangat orang-orang yang tinggal di sana, terutama oleh Allona selaku nyonya rumah.Saat ini Felix dan Hans sedang duduk sambil mengobrol di gazebo yang ada di samping kolam renang. Bahkan untuk menemani acara mengobrol mereka, Allona sengaja membawakan risoles dan minuman dingin. Di area sekitar kolam renang, termasuk gazebo merupakan tempat favorit Felix saat berkunjung ke kediaman Narathama. Tempatnya teduh sehingga sangat cocok dijadikan area bersantai dan melepaskan kepenatan.“Hans, berapa kamu memberikan uang kepada keluarga orang yang terlibat insiden kecelakaan denganmu?” tanya Felix iseng. Ia memang sudah mengetahui jika Hans dan keluarga korban ya
Helena terpaku mendengar Diandra mengutarakan rencananya tentang keadilan atas terenggutnya nyawa Wira secara tragis. Helena tidak pernah membayangkan bahwa Diandra mampu menyusun rencana yang tergolong nekat sekaligus penuh risiko tersebut. Jika Diandra benar-benar mengeksekusi rencananya itu, maka sahabatnya tersebut tidak hanya akan berurusan dengan Hans, melainkan hubungan persaudaraannya bersama Deanita dipastikan hancur. Yang lebih parah, Diandra akan semakin dibenci oleh keluarganya sendiri, terutama orang tuanya.Helena telah mengetahui mengenai alasan utama Diandra pergi dari rumah, tentu saja sahabatnya tersebut yang menceritakannya sendiri secara sukarela. Ternyata sahabatnya tersebut sejak kecil telah diperlakukan secara tidak adil oleh orang tuanya sendiri, terutama sang ibu. Bahkan, kehadiran sang sahabat cenderung tidak diperhitungkan di dalam rumah yang menjadi tempatnya berteduh dulu.“Dee, kamu juga harus memikirkan risikonya dengan matang,” Helena berk
Helena melihat dua buah member card saat mengambil cangkir kopi di atas coffee table. Batinnya bertanya-tanya apakah salah satu kartu itu merupakan miliknya yang diberikan oleh Zack, secara tadi laki-laki tersebut memintanya menghadiri acara pembukaan kelab malamnya. Dengan mengantongi member card ia akan diizinkan memasuki tempat yang dipenuh hiburan tersebut, terlebih kelab malam berkelas seperti milik Zack.“Member card itu bukan untukmu,” celetuk Felix yang baru saja keluar dari toilet di ruangannya. Laki-laki tersebut seolah mampu membaca apa yang tengah dipikirkan oleh Helena. “Itu milikku dan Hans,” jelasnya sambil menghampiri Helena.Helena mengangguk, tanda mengerti. “Memangnya kapan pembukaannya?” tanyanya ingin tahu.“Sabtu depan. Seperti perkataanku tadi, aku tidak akan mengajakmu ke sana,” Felix menjawab sekaligus menegaskan.“Aku juga tidak mau datang. Lebih baik aku tidur di rumah,” Helena membalasnya tak acuh.Felix tersenyum lebar mende