Share

Wanita Berselimut Dendam
Wanita Berselimut Dendam
Penulis: Bee Yangfa

Hamil

Alenta menatap dua garis merah di hadapannya dengan mata terbelalak, ia menggigit bibirnya melihat kenyataan yang baru saja ia terima.

Dia hamil, dia hamil disaat kariernya tengah berada di atas angin!

Alenta Serafine merupakan aktris terkenal berumur dua puluh tiga tahun. Di usianya yang masih teramat muda, Alenta telah menjadi bintang pendatang baru yang terkenal. Para sutradara banyak yang memuji bakat aktingnya yang sangat mempesona, namun sekarang disaat kariernya tengah melambung dia hamil?

Alenta memegang alat test kehamilan dengan gemetar, bagaimana ini? Bagaimana setelah ini?

"Alenta, kau baik-baik saja? Kita harus kembali ke lokasi syuting sekarang,"

Pintu toilet diketuk oleh Hanna, sang manager, Alenta tergeragap lalu menyimpan testpack itu ke dalam sakunya. Ia harus menyimpannya untuk meminta pertanggungjawaban pria itu.

"Iya Kak, aku segera kesana,"

****

"Ada apa Sayang? Kenapa kau mengajakku bertemu? Kau merindukan aku, bukan?" Tanya Rafael pada Alenta.

Alenta mendengus mendengar gombalan yang terlontar dari mulut pria itu.

Alenta segera mengambil alat test kehamilan dari tas tangannya lalu melemparnya ke pangkuan Rafael.

Rafael adalah kekasihnya selama setahun terakhir. Ia merupakan wakil direktur perusahaan Number One, perusahaan ternama yang mencakup berbagai produk pangan di seluruh negeri. Alenta sendiri bertemu dengan Rafael saat ia menjadi model iklan untuk produk perusahaan itu.

"Apa ini?"

"Aku hamil!" Tegas Alenta. Ia menatap marah pada Rafael, "Itu anakmu, kau yang membuatku tidak sadarkan diri hari itu, kau yang menaruh obat ke dalam minumanku, kau lupa?" Tukas Alenta emosi. Bibirnya gemetar menahan berbagai amarah yang menggelegak di dalam dadanya.

Alenta teringat malam itu, malam dimana semua mimpi buruknya berawal. Ia tengah makan malam bersama Rafael malam itu lalu kepalanya mendadak terasa sangat pusing. Ia meminta tolong pada Rafael untuk mengantarnya ke rumah, namun entah bagaimana, ia malah berakhir bersama dengan Rafael di ranjang hotel.

Alenta menangis tersedu-sedu malam itu karena kesuciannya telah direnggut paksa oleh Rafael. Ia sangat kecewa karena dibalik sikap lembut Rafael, Rafael berlaku licik. Alenta sangat menjaga kehormatan dirinya, namun Rafael merusak masa depannya begitu saja tanpa berbicara apapun dengannya. Sejak saat itu, Alenta merasa tubuhnya sangat kotor, ia merasa menjadi wanita paling hina karena ulah Rafael. Di balik kecantikan yang ia tampilkan di layar kaca, Alenta memiliki kebusukan yang ia simpan rapat-rapat. 

Awalnya ia mengancam akan melaporkan semua perbuatan Rafael kepada pihak berwajib, namun jika kejadian malam itu terekspos maka kariernya juga pasti ikut hancur. Tidak ada yang akan mempercayai perkataannya bahwa ia telah menerima kekerasan seksual dari sang pacar.

"Lalu kau mau aku bagaimana?" Rafael balik bertanya. Alenta membelalakkan matanya mendengar pertanyaan konyol yang dilontarkan Rafael. Bagaimana? Tentu saja dia harus bertanggungjawab, kenapa malah balik bertanya?

"Bagaimana? Tentu saja kau harus bertanggungjawab Rafa!" Teriak Alenta penuh amarah. Ia mengepalkan tangannya mencoba menahan diri untuk tidak menampar pria di hadapannya. Jika saja waktu bisa diulang, ia tidak akan sudi untuk mengenal pria brengsek seperti Rafael. Cintanya pada Rafael telah terkikis oleh kekecewaan sejak malam itu. Namun, ia harus memilih untuk hidup dengan pria brengsek demi menyelamatkan nama baik keluarganya.

"Kau mau kita menikah, begitu?" Tanya Rafael lalu menggelengkan kepalanya, pria itu menatap Alenta seolah-olah Alenta gila.

"Masa depan kita masih panjang, kau yakin ingin membuang masa depanmu seperti itu? Kariermu dalam sekejap akan jatuh, kau tidak ingat dengan penyakit ganas yang diderita ibumu?" Sambung Rafael kembali.

Alenta menelan ludahnya, ia terlalu bingung dengan ini semua. Netranya membasah saat Rafael menyebut-nyebut nama ibunya. Ibunya yang tengah terbaring tidak berdaya di rumah sakit, bagaimana ia bisa membayar biayanya jika ia kembali memerankan peran kecil?

"Saat kita menikah, kau bisa membantuku bukan? Toh secara otomatis dia juga menjadi ibumu, Rafa.... Bukankah kau bilang kau menyayangi ibuku waktu itu?" Bujuk Alenta dengan memegang tangan Rafael. Sebenarnya ia merasa muak melakukan ini, tapi Alenta tidak ada pilihan.

Rafael menepis tangan Alenta kasar, "Siapa bilang aku setuju untuk menikahimu?" Bentak Rafael keras.

Alenta terperangah mendengar bentakan dari Rafael. Ia menatap tidak percaya pada Rafael karena bisa bertindak sekasar ini padanya. Mana kelembutan yang ditunjukkan Rafael dulu? Apa semuanya hanya topeng yang dibuat untuk menjebak Alenta pada bujuk rayunya?

"Aku tidak mau menikah, kau tidak boleh melahirkan anak ini, kita harus mengaborsinya!" 

Mata Alenta membulat sempurna. Ia gemetar mendengar perkataan Rafael yang seolah-olah hal itu mudah untuk dilakukan. Aborsi? Bukankah itu sama saja dengan membunuh?

"Tidak, aku tidak mau!" Jerit Alenta keras. Memikirkan ia membunuh darah dagingnya sendiri membuat ia bergidik ngeri.

Ia bangkit berdiri lalu menatap nyalang pada Rafael. Tega sekali Rafael berkata seperti itu padanya! Ia tidak mau membunuh malaikat kecil yang tengah tumbuh di rahimnya. Meski Alenta belum siap untuk memilikinya, tapi ia tidak ingin membuang benih yang tengah dikandungnya. Ini anaknya dan ia tidak akan menyakitinya apapun yang terjadi.

"Aku akan pergi!" Tukas Alenta marah. Nyatanya berdebat dengan Rafael tidak ada gunanya, jika Rafael tidak ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya maka ia akan menempuh jalan lain. Meski ia harus kehilangan seluruh kariernya, ia tidak perduli, ia harus melindungi anaknya.

"Jika kau tidak ingin menikah maka jangan salahkan aku jika berita tentang kita akan muncul di berbagai media dan mencoreng nama baik keluargamu!" Ancam Alenta lagi. Ia mengambil tas tangannya yang tergeletak di meja lalu berlalu dari sana meninggalkan Rafael yang membeku di tempat.

Rafael mengepalkan tangannya mendengar ucapan Alenta kemudian mengumpat, "Sial!"

****

"Semuanya kelihatannya baik, ingat kau jangan terlalu lelah, Alenta," tukas Jenny menjelaskan kondisi bayi yang dikandung Alenta.

Alenta menatap haru pada layar monitor di sampingnya. Mendengar detak jantung yang berasal dari perutnya, membuat ia percaya  bahwa memang ada yang hidup di dalamnya. Matanya berkaca-kaca, mana mungkin ia bisa melenyapkan titik kehidupan itu darisana?

"Sudah selesai," ucap Jenny akhirnya.

Alenta bangkit dari posisi berbaring.

Jenny adalah sahabat Alenta saat berada di sekolah menengah atas. Kini Jenny berprofesi sebagai dokter kandungan dan sudah memiliki kliniknya sendiri. Alenta sengaja datang kemari untuk memeriksa kandungannya, ia yakin Jenny tidak akan membocorkan rahasia ini pada media.

Jenny terlihat kaget saat Alenta berkata bahwa ia tengah hamil. Alenta akhirnya menceritakan apa yang telah terjadi dan Jenny hanya bisa memeluknya.

"Jadi, bagaimana rencanamu setelah ini?" Tanya Jenny setelah semua proses USG selesai.

Alenta menggelengkan kepalanya lemah, raut wajahnya memperlihatkan kebingungan yang tercetak jelas, "Entahlah, tapi bagaimanapun caranya aku akan membesarkannya walau ayahnya tidak akan mengakui dia," sahut Alenta lalu tersenyum getir.

Jenny menatap Alenta prihatin, ia meremas bahu Alenta memberi kekuatan padanya, "Kau harus kuat demi anakmu,"

Alenta menganggukkan kepalanya, ia mengusap perutnya perlahan. "Kita pasti bisa melewati semuanya, Nak," gumamnya pelan. Seperti yang ia bilang tadi, ia akan melindungi anaknya dari siapapun yang hendak menyakitinya apapun yang terjadi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Resti Bayu
jeny teman sma alenta, artinya umur nya sama² 23 th...hanya anak jenis yg usaia 23 th.sdh jd dokter ahli kandungan
goodnovel comment avatar
S Amien widodo
semangat kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status