Share

Di bawa Ke Kota

Dengan tergopoh - gopoh Tuan besar bersama dengan Marno menemui tamunya. Pakaiannya yang sudah berantakan di rapikan dengan setengah berlari. Dan saat mereka sudah tiba di ruang tamu, tampaklah dua orang Pria berpakaian jas hitam rapi sedang duduk menunggunya.

"Selamat malam Tuan - tuan, maaf kalo Saya terlambat menyambut kedatangan Anda Tuan." ucap Marno dengan sangat hormat.

"Kemana saja Kau, kami sudah menunggumu lama sekali, huh!" Mereka sepertinya marah dengan Juragan Jarwo yang lambat.

"Iya Tu an. Ma maafkan saya." jawab Juragan Jarwo dengan wajah diliputi kecemasan.

"Kemarilah, ada sesuatu yang ingin kami bicarakan denganmu."

Tuan besar mendekat, duduk di depan dua orang utusan itu.

"Apa ada yang bisa saya lakukan untuk Anda Tuan? Ataukah ada perintah khusus untuk saya?" Juragan Jarwo melihat wajah Mereka yang serius.

"Memang ada hal penting yang ingin kami sampaikan. Atau lebih jelasnya Tuan besar Kami memerintahkan agar kamu mencarikan seorang budak untuk di persembahkan kepadanya. Dan budak itu haruslah Seorang gadis yang masih perawan." ucapnya dengan tegas.

"Budak yang masih perawan?" sejenak pikiran Tuan besar melayang pada sosok Anika yang sedang dikurungnya di kamar belakang.

"Kapan Saya harus menyerahkan budak itu Tuan?"

"Besok Kau sudah harus mendapatkannya . Kalo sampai kamu tidak bisa menyerahkan gadis perawan itu, maka semua kekayaanmu di sini akan diambil kembali oleh Tuan kami." Juragan Jarwo terkejut dan meremas rambutnya.

"Besok? Mana mungkin Saya bisa mendapatkan gadis yang masih perawan secepat itu?" Juragan Jarwo mencoba meminta waktu kepada Mereka.

"Aahh, Kami tidak peduli bagaimana caramu untuk mendapatkannya. Yang jelas, besok gadis itu sudah harus kami bawa ke Kota!" sentak Pria itu dengan garang.

"Gimana ini Marno?" Tuan besar berbisik pada Marno yang berdiri di sampingnya.

"Saya tidak bisa janji bisa mendapatkannya secepat itu Tuan. Tapi....

"Tapi apa? Apa Kau punya cara lain?" Marno nampak terdiam sebentar.

"Gadis yang tadi siang saya bawa Tuan. Yang sekarang ada di kamar belakang, bagaimana?"

"Apa tidak ada yang lain Marno, Dia kan untuk Aku?" Jarwo merasa keberatan dwngan ide dari Marno.

"Saya rasa susah Bos dalam waktu yang singkat bisa mencari gadis lain, " imbuh Marno seakan sudah buntu, karena memang waktunya sempit sekali.

"Heh, bagaimana? Malah bisik - bisik lagi di depan kami, "

"Maaf Tuan, sebenarnya kami sedang membicarakan gadis yang kalian minta itu. " Juragan Jarwo merasa ragu, namun Ia akan coba mengatakannya dengan hati-hati.

"Apa Maksudmu? Kau ini sebenarnya sanggup apa tidak?" sepertinya utusan Tuan Dewa sudah mulai tak sabar.

"Sa sanggup Tuan. Baiklah besok akan kami sediakan gadis perawan yang kalian minta itu."

Kedua utusan itu akhirnya tersenyum mendengar perkataan Jarwo.

"Bagus, ingat ya, harus yang masih perawan . Dan jangan coba - coba membohongi Majikan Kami. Atau Kau akan menerima akibatnya kalo sampai budak itu sudah tidak perawan."

"Iya Tuan, kami mengerti. Kalo begitu silahkan beristirahat dulu di tempat kami ini. Besok pagi Tuan - tuan boleh membawanya ke Kota sebagai persembahan untuk Sang Tuan Besar di sana. " ucap Jarwo mempersilahkan kedua tamunya untuk menginap dan istirahat di rumahnya.

Kedua pria itu pun mengikuti Marno yang di tugaskan untuk mengantar mereka ke salah satu kamar di rumah itu. Tak lama kemudian, Marno telah kembali dan mendekati Majikannya yang masih duduk di ruang tamu.

"Bagaimana Marno, apa kau sudah mengantarkan tamu kita ke

kamarnya? " tanya Jarwo kepada Marno yang duduk di depannya.

"Sudah Tuan. Saya sudah antarkan mereka ke kamar."

"Baguslah kalo begitu. Hari ini Aku merasa sial sekali Marno, " Tuan Jarwo tampak menggerutu.

"Memangnya kenapa Tuan?"

"Coba saja Kau bayangkan, belum sempat Aku mencicipi tubuh gadis itu, eehh tiba - tiba harus menyerahkan gadis itu untuk di bawa sama kedua utusan itu."

"Oh iya benar juga ya Tuan. Kalo begitu sebelum Dia di bawa, lebih baik Tuan nikmati saja tubuhnya sekarang," kilah Marno dengan candaannya.

"Gundulmu itu. Kalo aku merusak keperawanannya sekarang dan sampai ketahuan oleh dua pengawal itu, bisa mampus Aku di habisi sama mereka."

"Ya sudah Tuan, relakan saja gadis itu. Besok saya akan carikan lagi wanita yang lebih cantik dan segar dari gadis itu, bagaimana Tuan?"

"Hua ha ha ha ha.....bagus Marno. Kau memang pengawalku yang bisa diandalkan. Kau yang paling mengerti tentang kesenanganku."

"Tentu saja Tuan, tenang saja Saya tidak akan melupakan kesenangan Tuan yang satu itu he heh he he." Juragan Jarwo dan Marno akhirnya bisa tertawa, karena merasa sudah menemukan jalan keluarnya.

" Bagus. Ayo sekarang kita juga beristirahat saja. Besok pagi - pagi Kita akan menyiapkan budak perawan itu untuk di bawa ke kota." Tuan Jarwo beranjak dan berjalan masuk ke dalam, sedangkan Marno juga keluar dan menuju ke kamarnya yang ada di samping rumah utama.

-------------------

Pagi - pagi sekali Rumah Tuan Jarwo itu sudah sibuk karena ada tamu dari Kota. Mbok Darti yang mendapat tugas untuk mempersiapkan Anika, menyuruh Anika mengganti baju dan merapikan rambutnya agar tidak kusut.

"Mbok, ada apa lagi, Aku mau di bawa kemana Mbok?"Anika merasa heran dan memberanikan dirinya untuk bertanya pada wanita tua itu.

"Aku juga tidak tahu Ndok, Simbok cuma di perintahkan untuk mengurus keperluanmu pagi ini . Sepertinya sih, Kamu akan diajak pergi keluar Ndok."

"Aku takut Mbok, Apa lagi yang akan di lakukan Si Tuan itu padaku Mbok....,." raut muka Anika kembali menjadi murung.

"Sudahlah Ndok, manut saja . Daripada nanti kamu disiksa sama mereka."

"Ta tapi Mbok, Aku tidak mau Mbok."

"Kalo pun kamu tidak mau, mereka pasti akan menyeretmu Ndok. Jangan gegabah, lebih baik turuti saja sambil Kamu pikirkan bagaimana caramya untuk kabur dari mereka nanti," sambil berbisik lirih, Simbok Darti menata rambut Anika yang panjang dan hitam itu.

" Kamu sangat cantik Ndok " Puji Mbok Darti saat Ia sudah selesai mendandani Anika.

"Cantik tapi menderita ya Mbok."

Mata Anika kembali berkaca - kaca . Mengingat kembali nasibnya uang sangat tidak beruntung. Jika saja Dia tak memiliki Agama, mungkin sudah dari dulu saja Dia bunuh diri. Tak ada yang bisa dijadikan sebagai sandaran hidup. Yang menjadi penguat satu - satunya adalah Sang Kakak. Dia merasa Kakaknya masih hidup meskipun entah di mana keberadaannya.

Dalam hati Anika terus berharap, bahwa siatu saat nanti Dia akan bisa bertemu dengan Sang Kakak.

"Mbok Darti....mbok...,." Suara seseorang dari balik pintu kamar itu membuyarkan lamunan Anika dan Mbok Darti yang sedang mendandaninya.

" iya Marno, Ak Aku di sini."

Pintu terbuka dan Marno berdiri diambang pintu.

"Bagaimana Mbok, Kau sudah menyelesaikan tugasmu? "

"Sudah Marno , Aku sudah selesai."

"Bagus, bawa gadis itu sekarang keluar," kata Marno memerintahkan Mbok Darti untuk membawa Anika ke depan .

"Ndok, Cah Ayu ayo kita keluar. Mereka sudah menunggumu."

"Apa maksudmu Mbok? Mereka,.......siapa?" Anika mengerutkan kening seraya menatap Mbok Darti meminta penjelasannya.

"Sudahlah jangan banyak tanya. Kau tinggal ikuti saja perintah kami, atau Aku akan menyeretmu!"

Dengan terpaksa, Mbok Darti dan Anika keluar dari kamar itu, di iringi oleh Marno menuju ke ruang depan di mana dua orang pengawal Tuan Besar dari kota telah menunggu .

"Tuan, inilah gadis yang kalian minta. Dia masih perawan seperti syarat yang kalian minta pada Saya."

"Wah, bagus sekali kerjamu . Cantik Juga Dia, " kata salah satu pengawal dari kota itu.

"Cepat bawa Dia ke mobil, karena kita akan segera membawanya ke Kota,"

Tuan besar memerintahkan pada Marno dan Mbok Darti untuk membawa Anika ke dalam mobil.

"Tunggu, ikat tangannya saja biar Dia tidak kabur nanti." Pria yang satunya berkata pada Marno. Dan Marno pun segera mengambil tali untuk mengikat tangan Anika, barulah mereka dengan paksa membawa Anika masuk ke dalam sebuah mobil hitam. Setelah beroamitan pada Tuan rumah, Mereka berdua pun langsung melajukan mobilnya dengan membawa Anika serta.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status