"Memangnya apa yang akan di lakukan oleh Tuan besar padaku Mbok?" tanya Anika dengan hati - hati.
"Dia akan menjadikanmu gundik Ndok, seperti wanita - wanita sebelumnya." ucap wanita tua itu dengan lirih."Jadi, sebelum Saya sudah banyak wanita yang dijadikan gundik olehnya Mbok?" tanya Anika karena merasa heran dengan cerita Mbok Darti."Iya, kau benar Ndok. Tuan Besar memang suka sekali pada daun muda. Apa lagi yang masih perawan sepertimu.""Lalu, di mana mereka sekarang? Dan Istri sah nya juga kemana Mbok?""Ish Kau ini Ndok, tanyanya satu - satu Ndok," sela Mbok Darti."Oh iya Mbok, maaf." Anika sepertinya sudah merasa agak nyaman berbincang dengan wanita tua pelayan itu.Sambil terus melanjutkan makannya, Anika terus mengajak Mbok Darti berbincang sekedar mengurangi ketakutannya."Rata - rata wanita yang di jadikan gundik sama Tuan Besar merasa tidak tahan dengan perlakuan kasarnya. Mereka melarikan diri, tapi semuanya berakhir mengenaskan. " sorot mata Mbok Darti menerawang, mengingat nasib para wanita yang dibawa ke rumah Juragan Jarwo."Memang nya apa yang terjadi dengan mereka semua Mbok ?" tanya Anika dengan rasa penasaran yang membuncah."Saat mereka ketahuan oleh para anak buah Tuan besar, mereka di bunuh dan mayatnya di buang ke hutan begitu saja untuk dijadikan santapan binatang liar." Anika terkejut dan menutup mulutnya mendengar penurutan Mbok Darti."Ap....apa??? Apa benar yang kau katakan itu Mbok ,.....ya Tuhaaaan, keji sekali Mereka." ucapnya dengan hati yang merasa takut jika hal itu akan menimpa dirinya. Anika tak habis pikir,kenapa bisa ada manusia sekejam itu di dunia ini ."Mengerikan sekali Mbok. Apa tidak ada yang berani melaporkan perbuatan mereka Mbok?""Siapa yang akan berani melaporkan. Uang berkuasa atas segalanya. Kalo ada yang melaporkan, maka keluarga merekalah sasarannya." Anika semakin tegang mendengarnya.Ia pun terdiam sejenak, seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun pikirannya merasa buntu dan tidak tahu apa yang harus diperbuatnya untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari cengkeraman Tuan Besar itu."Ayo Ndok, sekarang mandi dan bersihkan dirimu," suara Mbok Darti seketika membuyarkan lamunan Anika. Aduh bagaimana ini?"I...iya Mbok," dengan terpaksa Anika beranjak dari kamar itu dan mengikuti Mbok Darti dari belakang . Sambil mengamati sekeliling rumah itu, Anika terus berpikir dan mencari jalan untuk kabur. Kalo di lihat, sekeliling rumah ini di bangun tembok tinggi. Tak mungkin baginya untuk melompati tembok itu. Dan di luar tembok itu pun pasti sudah ada pengawal yang siap berjaga. Anika mengguyur badannya. Lagi - lagi menyesali nasibnya . Ya Tuhan, tolonglah Aku agar bisa lepas dari semua malapetaka yang akan menimpaku. Doa Anika dalam hatinya. Keluar dari kamar Mandi, ternyata Mbok Darti masih setia menungguinya. Dengan diiringi oleh Mbok Darti, Anika kembali ke kamarnya."Pakailah baju - baju ini Ndok, karena Setiap hari Kau harus tampil cantik di depan Tuan Besar."Mbok Darti ternyata sudah menyiapkan beberapa potong baju bersih dan masih kelihatan bagus untuk Anika pakai selama di sini ."Mbok, apakah melakukan pekerjaan seperti ini tidak ada beban?" tanya Anika."Sebenarnya, Saya juga sudah tidak tahan kerja disini Ndok. Tapi, Saya terpaksa melakukannya. Sebab kalo saya kabur, maka anak dan cucu Saya yang akan jadi korban," kata Simbok dengan mata berkaca - kaca."Apakah tidak ada jalan lain untuk saya kabur Mbok?" sekali lagi Anika bertanya."Itu salah satu hal yang sangat sulit Ndok. Tidak ada satupun yang bisa kabur dari Tuan Besar. Resikonya ya itu tadi, seperti yang Simbok Bilang sama Kamu." Kenapa ya Mbok, Aku harus mengalami hal seperti ini. Paman dan Bibi sungguh sangat kejam menyerahkan Aku pada Tuan besar untuk melunasi hutang - hutangnya. ""Sudahlah Ndok, jangan pikirkan lagi paman dan Bibimu itu. Sekarang, pintar - pintarlah untuk merebut simpati Tuan Besar. Simbok tinggal dulu ya Ndok, masih banyak pekerjaan yang harus Aku lakukan di dapur."Setelah berkata demikian, Mbok Darti keluar dari kamar yang digunakan untuk mengurung Anika.Kini Anika hanya tinggal sendiri, duduk termangu memikirkan apa selanjutnya yang akan terjadi padannya. Malam semakin larut, tapi Anika tak mampu memejamkan matanya. Tiba - tiba pintu kamarnya bergerak, seperti ada yang membukanya.Anika beringsut ke sudut ranjang, tubuhnya mepet ke tembok. Perlahan pintu terbuka, dan masuklah sesosok bayangan tinggi yang mendekatinya. Dia lah Tuan Besar yang sangat kejam dan di takuti oleh semua warga di kampung itu. Karena Dialah penguasa di sana."Kau belum tidur Cah Ayu, bagus . Kau menungguku rupanya ya ha ha ha....,"Anikah tambah ketakutan. Dia memeluk lutut dengan tubuh gemetaran."To long lepaskan Sa ya Tu an ," rintih Anika dengan suara menghiba."Jangan takut Cah Ayu, sini mendekatlah padaku. Aku akan memberikanmu surga dunia. "Tuan besar semakin mendekat pada Anika. Dia naik ke ranjang dan menarik tubuh Anika." Ja jangan Tuan, to long le pas kan A ku,"Tapi sang Tuan besar tetap menarik tubuhnya, dia berusaha memeluk tubuh Anika dan akan menciumnya. Bau menyengat Alkohol tercium dari mulutnya. Anika jadi mual karenanya."Ayo sayang, sini mendekatlah jangan meronta terus....., " Dengan kuat Tuan besar mengungkung tubuh Anika, baju Anika ditariknya dengan paksa, sampai sobek di bagian depan." Waaahh, Kau benar - benar masih perawan ya,...tubuhmu sangat halus dan mulus . Ayo sayang, jangan malu - malu begitu, Ayo layani Aku cantik...,." mata Juragan Jarwo nanar melihat tubuh Anika yang masih sangat segar."Jangan Tuan....hiks hiks hiks....lepaskan, tolooong hiks hiks....," Anika meratap dengan pilu.Dan sekuat apa pun Anika meronta, tenaganya masih kalah jauh dengan kekuatan Tuan besar itu. Dia hanya bisa memohon dan menangis pilu.Dengan penuh nafsu Sang Tuan meremas dada Anika, seketika ada rasa jijik yang sangat dengan tangan yang menjamahnya itu.Sang Tuan besar yang dikuasai nafsu, apa lagi sehabis minum alkohol merasakan panas disekujur tubuhnya melihat tubuh Anika yang sudah setengah polos terpampang di depannya. Sang junior yang masih berada di dalam sangkarnya, sudah meronta ingin di bukakan pintu dan ingin masuk menerobos pintu lembah Anika yang masih terkunci dengan rapat.Saat Dia sudah bersiap di atas tubuh Anika, tiba - tiba saja terdengar suara pintu yang diketuk dengan keras.Tok tok tok tok tok"Tuan,......Tuan besar. Buka pintunya sebentar Tuan, ini saya Marno, " suara Marno seketika membuat Juragan Jarwo murka."Ada apa? Kenapa menggangguku. Bukankah sudah ku bilang jangan ganggu kesenanganku ,heh!"Sang Tuan besar membuka pintu dan langsung melotot mencaci- maki pengawalnya yang telah berani mengganggu kesenangannya."Ma ma af Tuan, ampun.... ," Sang pengawal yang bernama Marno pun bersimpuh ketakutan dengan tubuh yang gemetar akrena kemarahan Tuannya."Ada apa? Cepat katakan!" dengan berkacak pinggang, Juragan Jarwo berdiri di hadapan Marno."Ampun Tuan, a a ada tamu di depan," jawab Marno dengan tergagap."Tamu? Tamu siapa malam - malam begini berani datang mengganggu Aku?! Ngomong yang jelas donk, ""Ta ta mu itu utusan da ri ko ta Tu an, ""Utusan dari kota? Apa maksudmu," tanya Juragan Jarwo dengan suara tertahan."Dia utusan dari kota anak buahnya Tuan Dewa, Tuan besar.""Apa? Tuan Dewa , benarkah jangan bercanda kamu , Marno. ""Benar Tuan, saya berkata jujur apa adanya " jawab Marno dengan sungguh-sungguh."Di mana orang itu sekarang?""Dia menunggu Tuan di rung tamu depan Tuan, ""Kalo begitu, ayo cepat kita temui Dia. Jangan sampai Dia menunggu lama, bisa gawat nasibku."Tuan besar dan Marno buru - buru ke ruang depan untuk menemui tamunya.Sementara itu, Anika yang. Masih meringkuk di dalam kamar masih menangis. Tapi dalam hatinya merasa bersyukur, setidaknya Dia masih bisa menyelamatkan mahkotanya malam ini.Dengan tergopoh - gopoh Tuan besar bersama dengan Marno menemui tamunya. Pakaiannya yang sudah berantakan di rapikan dengan setengah berlari. Dan saat mereka sudah tiba di ruang tamu, tampaklah dua orang Pria berpakaian jas hitam rapi sedang duduk menunggunya."Selamat malam Tuan - tuan, maaf kalo Saya terlambat menyambut kedatangan Anda Tuan." ucap Marno dengan sangat hormat."Kemana saja Kau, kami sudah menunggumu lama sekali, huh!" Mereka sepertinya marah dengan Juragan Jarwo yang lambat."Iya Tu an. Ma maafkan saya." jawab Juragan Jarwo dengan wajah diliputi kecemasan."Kemarilah, ada sesuatu yang ingin kami bicarakan denganmu."Tuan besar mendekat, duduk di depan dua orang utusan itu."Apa ada yang bisa saya lakukan untuk Anda Tuan? Ataukah ada perintah khusus untuk saya?" Juragan Jarwo melihat wajah Mereka yang serius."Memang ada hal penting yang ingin kami sampaikan. Atau lebih jelasnya Tuan besar Kami memerintahkan agar kamu mencarikan seorang budak untuk di persembahkan kepa
"Tolong Tuan, lepaskan Aku.....hiks hiks hiks....jangan bawa Aku."Anika meringkuk di dalam mobil jok belakang dalam keadaan tangan terikat dengan kuat. Anika tidak tahu kemana Dia akan di bawa oleh kedua orang Pria itu . Dia hanya meratap, menangisi nasibnya yang selalu ditimpa kemalangan."Diamlah, jangan berisik " Pria yang duduk di sebelahmya menghardik Anika dan menatapnya dengan sorot mata tajam ."Tenang Manis, Kau akan ku bawa ke Kota. Di sana Kau akan mendapatkan kesenangan bersama majikan kami ha ha ha ha.""Suruh Dia diam, jangan menangis lagi. Kupingku panas mendengar tangisannya itu!" Pria yang memegang kemudi pun jadi jengah dan menyuruh temannya untuk mendiamkan Anika.BuuukkkkkTiba - tiba Pria yang duduk di sebelah Anika memukul tengkuk wanita itu sampai tidak sadarkan diri . Tubuh Anika terkulai lemas di sampingnya."Bagus, kenapa tidak dari tadi saja kau membuatnya pingsan," katanya dengan puas."Kalo Dia tidak merengek terus, mungkin Aku tidak akan memukulnya Tapi
"Tu tu an , Saya bukan penculik Tuan...."Anika berkata dengan tubuh gemetar dan muka yang pucat pasi."Hey, bukankah kamu perempuan yang kubawa tadi siang? salah satu pengawal dari Tuan Besar sepertinya mengenali Anika . Dia bergerak maju ke arah Anika dan mengamati dari dekat."Angkat wajahmu, biar Aku memastikan kalo Kau adalah wanita dari kampung itu" Perlahan, Anika mengangkat wajahnya dan melihat ke arah laki - laki yang ada di depannya."Iya Tuan, ini Saya . Saya bukan penculik Tuan, Saya tidak bermaksud menyakiti anak itu. ""Jadi benar Kau rupanya . Tuan besar, rupanya wanita ini adalah wanita yang Saya bawa dari kampung tadi siang . Tadi Saya sudah menceritakannya pada Tuan Besar kan? Nah ini dia orang yang Kami maksud.""Lalu, kenapa bisa Dia berkeliaran di sini dan bersama dengan putriku?""Maaf Tuan, mungkin itu kesahan Kami. Kami lupa mengunci pintu biliknya, sehingga Dia bebas keluar dan berkeliaran di sekitar sini, dan Kami juga lupa menitipkannya pada Bi Ijah." Tuan
"Siapa namamu?" tanya Bi Ijah setelah Anika bisa duduk sambil bersandar pada dinding."Namaku Anika Bi. Siapa yang membawaku ke kamar ini Bi?""Yang membawamu ke sini Mang Oji sama Mang Adul dan Aku.""Apa salahku Bi, sampai Tuan Besar sangat marah dan menghukumku dengan cambukan.""Maaf, Karena waktu itu Aku lah yang pertama kali meneriakimu sebagai penculik, maka Tuan Besar sangat murka karena Dia mengira bahwa Kau benar adalah seorang penculik. Apa lagi saat itu, Tuan Besar melihatmu memegang tubuh Nona kecil. Tuan Besar sangat tidak suka jika ada orang lain yang menyentuh tubuh putrinya, kecuali Aku yang memang sudah di percaya sebagai pengasuhnya.""Tapi, seharusnya kalian mendengarkan Aku dulu untuk membela diri.""Di sini, tak ada satupun yang berani untuk menentang Tuan Besar. Kalo Dia sudah berkata, Kami tidak berani untuk menyelanya Anika.""Lalu,kenapa Nona kecil juga diam saja, waktu melihat Aku di seret ke kamar belakang, padahal saat itu Aku cuma mau menolongnya karena
Sudah seminggu sejak Anika mengalami luka karena cambukan, kini Dia sudah mulai bekerja sebagai pelayan di rumah itu. Tugasnya adalah sebagai pelayan yang bertugas untuk melayani makanan Sang Tuan Besar. Di saat Tuan Besar makan, Anika lah yang harus membawakan segala macam hidangan ke meja makan dan kemudian mengambilkan nasi dan lauk pauk yang ingin di makan oleh Sang Tuan. Dan ika Sang Tuan besar telah selesai, maka Anika harus membersihkan semua peralatan makan Tuan Besar dan menaruhnya pada rak tersendiri dan tidak boleh dengan peralatan makan lainnya. Seperti malam ini, Anika harus menyiapkan semua hidangan untuk Tuan Besar dan Putri kecilnya itu. Tapi, kali ini Anika harus melayani tiga orang yang sangat terhormat, itulah yang dikatakan oleh Bi Ijah."Bi, memangnya ada orang lain lagi yang akan diajak makan malam oleh Tuan besar?" kata Anika saat Bi Ijah memerintahkannya untuk mengambilkan piring satu lagi."Sepertinya begitu Anika. Ingat ya, jangan bersikap atau pun berkata y
"Tanganmu nakal sekali Honey,....aahhh." Lucy semakin mendesah kala merasakan tangan Dewa mulai menggerayangi bagian bawah tubuhnya. Perlahan menyingkap gaun nya ke atas, dan mengelus inti wanita cantik itu."Kau semakin membuatku bergairah Sayang, tubuhmu harum sekali Lucy..." "Aku juga menyukai tanganmu yang selalu nakal seperti ini, Honey." Mereka sudah saling terbakar gairah, Lucy pun semakin mendesah."Sayang, aaaahhhhh, nikmat sekali ooohhhh.""Aku suka kalo mendegar rintihanmu Lucy, membuatku tambah bersemangat untuk mencumbumu.....,"Tubuh Lucy lemas setelah pelepasannya yang pertama tadi. Dewa menuntun Lucy untuk duduk di kursi gazebo."Tarik nafas dulu Sayang, nanti kita lanjutkan kembali ronde kedua. ya." bisik Dewa sambil merengkuh tubuh Lucy."Kalo begitu, ayo kita ke kamarmu saja Sayang, Aku tak mau kalo sampai ada yang menonton Kita disini.""Baiklah Ayo kita ke kamarku saja. Kita nikmati malam indah ini dengan bercinta sampai puas."Lucy segera merapikan bajunya. Hat
Bi Ijah mendekati Anika yang nampak sedang duduk di tepi ranjangnya dengan wajah serius."Foto siapa yang sedang kamu pegang itu?" Bi Ijah melongokkan kepalanya karena penasaran dengan foto yang ada di tangan Anika."Bi Ijah? adduuhh Bi, Kau mengagetkan Aku saja.......Ini fotoku dan Kakakku Bi.""Oohhh Kakakmu ya. Jadi Kau masih punya saudara Anika?""Iya Bi, Aku masih punya sudara. Tapi Dia pergi meninggalkan Aku bersama Paman dan Bibiku.""Pergi, maksudmu? Dia meninggal?""Bukan meninggal Bi, tapi pergi ke suatu tempat entah di mana, Aku juga tidak tahu. Dia pergi saat umurku sepuluh tahun Bi. Pergi tanpa pesan, sampai sekarang Dia masih hidup atau tidak, Aku tidak tahu Bi.""Apa Dia tak pernah memberi kabar padamu? Atau menghubungi Paman dan Bibimu.""Tidak pernah Bi. Dia seperti hilang di telan bumi. Tak pernah memberi kabar apapun padaku.""Apa Kau yakin Dia masih hidup?""Perasaanku selalu yakin, kalo Kakak masih hidup, entah di mana. Aku bermimpi tentang Kakak. Dia datang padak
"Ini kopinya Tuan," Anika berkata dengan pelan sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja. Tapi, karena terlalu buru - buru dan tangan yang gemetar, cangkirnya oleng dan tumpahlah isinya.BYURRRR"Aaaahhhhh." Dewa menjerit karena tangannya tersiram kopi panas. Anika spontan terduduk lemas dengan wajah pucat, tak berani menatap Sang Tuan yang pasti wajahnya sudah merah padam."Dasar wanita dekil sialan, apa yang Kau lakukan padaku Hah? Kau mau membuat kulitku gosong dengan air panas itu! Dasar pelayan sialaan !"Dengan suaranya yang menggelegar, Dewa mencaci maki Anika yang kini berlutut meminta ampun."Ampun Tuan, Saya tidak sengaja, sungguh........ Ampuni Saya Tuaann.""Enak saja mengampunimu, lihat Kau sudah membuat tanganku jadi merah seperti ini. Dan ini rasanya perih sekali kalo Kau mau tahu!"Mendengar suara Tuan Dewa yang sangt keras, Bi Ijah segera mendekat dan melihat Anika yang tengah ketakutan."Ada apa Tuan?" tanya Bi Ijah dengan tergopoh - gopoh."Lihat pelayan sialan