Jantung Kiran berdegup kencang! Susuran anak tangga pendek menuju podium, terasa seperti lorong panjang menuju kamar kematian. Kiran dipenuhi rasa tidak percaya diri, ditambah kekuatiran kalau-kalau hasilnya uji bakatnya nanti berujung kekecewaanKiran gemetar."Bersikaplah tenang adik kecil. Tarik nafas dalam-dalam dan sentuh kuas ajaib itu.Sekarang!" Zetta berusaha membujuknya.Kiran menjadi percaya diri. Entah mengapa, suara Zetta yang lembut dan ramah, itu membuat pikirannya terasa jernih.Zetta mendesak."Ayo dimulai, satu sapuan kuas di permukaan kanvas, dan semua selesai!" Titah Zetta, kini nadanya memerintah. Sikap ragu-ragu itu membuat dia kehilangan kesabaran dengan cepat."Semoga berhasil!" Kiran menutup mata, memompa semangat dan secara tak terduga dia melambaikan tangan, meniru gerakan Zetta yang dramatis.Plak!Cairan tinta sihir itu, penuh menodai seluruh permukaan kanvas. Semua orang di alun-alun terbelalak. Kiran sungguh ceroboh!Seharusnya dia menyapu kuas untuk
Matahari bersinar tepat diatas kepala. Angin sepoi-sepoi bertiup. Daun-daun Cherry Blossom gugur ke tanah. Hati sepi mengiringi anak itu, Dia meninggalkan rumah tuanya, di pemukiman kumuh. Dua orang berdiri didepan rumah. Mereka melambaikan tangan Yang pria duduk di kursi. Nyaris seperti mayat hidup. Yang perempuan sesekali menghapus airmata di pipi.Tak perlu untuk menjadi romantis, bila menghadapi perpisahan. Kiran sedih. Tapi mimpinya harus terwujud. Menjadi seorang ahli pesona - penenun ilusi adalah tiket sekali perjalanan, keluar dari kehidupan yang susah seperti sekarang.Burung layang-layang terbang. Kiran menatap ke langit, menghela nafas dalam-dalam."Aku harus tegar. Ini adalah jalan menuju sukses. Kelak... jika berhasil nanti, kedua orang tuaku akan di boyong ke kota Shanggu. Kiran pun tegap melangkah pasti. "Kota Begonia akan menjadi masa lalu. Kota Shanggu adalah masa depan." Katanya mantap.Siang itu Kiran telah tiba di stasiun Kota Begonia. Gerbang Kebahagiaan itu nam
Hantu pengurus rumah tangga itu mengantar Kiran dan Chen ke kamar mereka. Di lorong berliku, penuh dengan hiasan tembikar buatan tangan, tampak menghiasi meja pajangan dari kayu cendana. Aroma harum menguar. Dinding-dinding kaku, penuh ornamen makhluk legendaris, di ukir dengan ahli, membuat Kiran merasa seolah-olah berjalan di lorong waktu, menembus ruang masa lalu, ketika dunia masih di penuhi mahluk-mahluk legendaris.Elvira, hantu perempua pengurus rumah tangga itu mengantar Kiran ke kamar yang terpisah dari Chen."Tidak bisa kah kami sekamar?" Kiran terkejut."Penting bagi kamu sekamar, karena latar belakang kami asalnya dari kota yang sama. Kupikir ini akan memudahkan kami untuk menyesuaikan diri di institut ini." Kiran berdalih, setengah memohon.Elvira membalas dengan senyum manis. Tapi terlihat menakutkan. Suaranya seolah-olah berasal dari dunia yang berbeda. Dunia yang jauh, di lembah kegelapan."Darling. Aku tak ingin kepala sekolah memarahiku. Semua diatur dan memperoleh
Makan siang berlangsung dengan cepat. Semua antusias untuk acara pemilihan anggota klub siswa. Kiran dan kawan semeja sejak tadi telah membuat licin semua sajian. Pengurus rumah tangga bekerja cekatan, membereskan semua kekacauan.Mereke bekerja secara sihir. Hantu dan para Peri hanya menjentikkan dua jari, dan piring kotor serta hidangan sisa lenyap seketika dari atas meja. Mengagumkan!Siswa baru, bertepuk tangan memuji. Tentu saja siswa yang terkagum-kagum itu, mereka yang bukan dari keluarga penyihir. Meja di kelompok Kiran salah satunya. Empat remaja uda itu bertepuk tangan keras-keras.Senior-senior institute hanya membuang muka dengan malas. Itu bukan hal yang istimewa di mata mereka. Tapi di luar daripada itu, ada tiga pasang mata siswa baru, anak kelas satu. Mereka menatap kawan-kawan angkatannya dengan mencibir. Mereka bahkan menunjukkan wajah malas secara terang-terangan.Beberapa naik pitam. Lila salah satunya."Siapa mereka? Lagaknya angkuh sekali. Seolah-olah semua kea
Acara makan malam selesai, perkenalan dengan ketua klub pun tuntas. Kiran kembali ke kamarnya. Tapi ia menyimpan rahasia mengantungi 2 buah Pil Aetherion sesuai janji pada Yara - agar merahasiakan ini, termasuk pada Chen, Kenji, dan Lila."Lihatlah. Kami mendapat jatah sumber daya, masing-masing satu pil aetherion. Klub yang hebat bukan?" Kata Lila membanggakan diri. Dua anak lelaki lainnya ikut menunjukkan sumber daya, Pil Aetherion. Melihat Kiran hanya diam sejak kedatangannya, Lila bertanya penasaran. "Tunggu dulu. Apakah klub melukis mu, tidak memberikan jatah sumber daya?" Dua kawannya yang lain ikut menatap penasaran.Agar tak menimbulkan salah sangka, Kiran menunjukkan satu pil yang serupa. Keempatnya lantas tertawa terbahak-bahak. Chen menyela."Kukira... hampir saja aku menyarankan mu pindah klub saja!" Malam itu, empat anak itu semakin akrab. Lila selalu dengan ide-ide seru tapi konyol, dia memberi mereka tantangan."Mulai hari ini kompetisi di antara semua murid baru I
"Lila apa yang anda katakana?" Kiran demikian terkejut. Kata-kata Lila dianggapnya diluar batas. Ia belum belajar tentang sihir sama sekali. Bagaimana bisa gadis itu menantang seorang Pyromancer dari Klan manusia serigala, yang sejak bayi telah berlatih sihir? Kiran merengut mukanya.Ketika itu Jasper mendekati dirinya. Sosoknya dengan jubah Pyromancer, aura menindas seorang keturunan manusia serigala dengan sengaja di keluarkan Jasper – bermaksud menakut-nakuti.Jasper menatap Kiran mulai dari atas kepala sampai ke kaki. Ia berbicara berusaha terlihat ramah."Well jadi kamu ini adalah sang penenun ilusi, seperti yang dihebohkan temanmu itu.” Jasper memonyongkan mulut. Ia tak sudi menunjuk sopanke arah Lila. Jelas Lila menjadi berang.“Apa-apaan kau…” Lila marah. Tapi ucapannya di sela Jasper.Telapak tangan Jasper terarah, menutupi Sebagian wajah Lila. Itu tandanya, ia meminta gadis itu menutup mulut. Dengan serius Jasper menatap Kiran.“Kuharap kamu tidak akan menolak undangan duel.
Mata Kiran melotot. Sorotan nya tertuju pada buku dengan judul unik di rak itu."Dasar-dasar sihir dan ilusi!" Kiran kegirangan.Dia menarik keluar buku itu dari rak, ceprat. Di bolak-baliknya buku itu berulang kali, akhir nya wajahnya berubah kecewa. Informasi di dalam buku itu – tidak lengkap."Tapi ini adalah Salinan terbaik, diantara semua salina yang ku perlukan di lantai satu.”Kiran menghela nafas dalam-dalam.“Seandainya aku memiliki akses ke lantai dua, mungkin akan ada buku yang lebih rinci, membantuku mempelajari sihir ilusi." Batin Kiran sedikit menyesali statusnya bukan seorang selebriti, apalagi jenius institute.Tapi, semangatnya tak berhenti di situ saja. Walau Nymph itu telah memberitahunya, maksimal buku hanya satu yang dapat dipinjam oleh seorang muridf tanpa bakah khusus, tapi Kiran tidak mempermasalahkan hal itu. Ia tersenyum licik didalam hati."Mereka takt ahu. Aku memiliki kecerdasan khusus yang kusembunyikan. Semua yang kubaca dan kulihat, itu akan tersimpan k
Di kamarnya, Kiran langsung menutup tirai ranjang. Ia membuat dirinya terpisah, seolah ada dunia sendiri – tidak berhubungan dengan Dante dan Milo. Kiran membolak balik Salinan dasar-dasar Sihir dan Ilusi yang dipinjamnya tadi. Tak lama kemudian…“Huff. Ini semua isinya hanya teori dan sejarah belaka.” Kiran kecewa. Akan buku yang dipinjamnya tadi. Tapi kesedihan itu tak lama.Konsentrasinya teralih pada Salinan Pemanggilan Roh, buku yang dihafalnya dengan kecerdasan Ai, yang disimpan dalam memory benaknya. Kiran memejamkan mata, dan benak nya menjelajah, membuka lembar demi lembar, semua catatan Seni Pemanggilan Roh di benaknya – perpustakaan benak.Beberapa waktu berlalu. Mendadak, mata Kiran terbuka. Wajahnya berubah gembira.“Ini adalah buku yang luar biasa. Meski banyak tipuan dan teka-teki di Salinan itu, beruntung kecerdasan mampu mengubah isi buku dan menyajikan Kembali suatu tulisan yang benar dan dapat diterapkan.”Kiran senang. Dia seolah menemukan satu harta karun, setelah