Perkataan Azka secara tiba-tiba membuat Wijaya dan Tania saling memandang satu sama lain, sedangkan Azka sendiri tidak menyadari kata-kata yang keluar dari bibirnya tersebut. Menatap mereka berdua yang hanya diam membisu setelah perkataannya membuat Azka bingung dan mencoba mengingat apa yang dikatakannya.
“Kamu mencintai wanita itu?”
Azka menatap bingung dengan pertanyaan Wijaya “apa perlu cinta kalau kebahagiaan bunda adalah yang utama?”
“Opa tidak akan melamarkan wanita ini buat kamu jika itu tujuan kamu.”
Azka membelalakkan matanya mendengar perkataan Wijaya “tapi Azka bilang besok akan bawa keluarga untuk melamar dia.”
“Opa selama ini hanya tutup mulut atas apa yang kamu lakukan termasuk hubungan dengan pria itu, sebelum kamu memutuskan menikahi wanita ini lebih baik kenal terlebih dahulu perasaan kamu karena kita disini sangat menghormati para wanita.”
Azka terdiam lebih tepatnya terkejut dengan perkataan Wijaya yang mengetahui hubungan dengan Josh, tidak ada satu pun yang tahu mengenai hubungannya dengan Josh dan selama ini mereka semua menganggap jika Azka hanya belum memilih pasangan wanita yang tepat.
“Aku sudah terlanjur melamar dia depan orang tuanya,” ucap Azka sambil menunduk “masa nggak bisa menolong untuk kali ini?”
“Siapa wanita itu apa dia karyawan juga?” Azka mengangguk mendengar pertanyaan Tania “besok kita kesana biar oma ingin kenalan sama wanita yang bisa membuat kamu menjadi seperti ini, kesana bukan melamar hanya saling mengenal bagaimana keluarganya karena bagaimana pun mereka akan menjadi bagian dari kita.”
“Kalau kamu nggak mau minta orang tua kamu buat melamar dia,” ucap Wijaya tegas membuatnya mendapatkan cubitan dari Tania “sayang, sakit.”
“Oma boleh tanya?” Azka mengangguk “apa yang kamu rasakan sama dia?”
“Sejak melihat beberapa hari lalu selalu membayangkan dia termasuk memuaskan diatas ranjang.”
.“Keturunan kamu sekali,” cibir Tania sambil memukul dada Wijaya “kita bukan nggak mau melamarkan buat kamu hanya saja kasihan dia kalau dijadikan pelampiasan, lebih baik kamu mengobati diri terlebih dahulu kalau memang serius sama dia.”“Masalah orang tua kamu biarkan kami yang bicara sama mereka dan orang tua wanita itu nanti opa selidiki seperti apa keluarganya.”
Azka menghembuskan nafas panjang mendengar perkataan mereka berdua, perusahaan yang Azka tempati saat ini adalah hasil dari perjuangan dirinya dengan Wijaya. Ceo perusahaan Azka hanya mengetahui bahwa dirinya adalah cucu dari pemilik perusahaan musik tempatnya bekerja bukan pemilik sebenarnya.
“Perusahaanmu bagaimana perkembangannya?”
“Group baru masuk beberapa minggu lalu tapi sejauh ini belum ada hasil yang memuaskan,” jawab Azka “meski banyak yang sudah menawarkan kerjasama untuk iklan dan segala macam termasuk musiknya yang diakui tapi buat aku masih ada yang kurang dimana mereka tidak berkembang dengan membuat lagu serta musik sendiri.”
“Coba group wanita atau mengambil penyanyi yang punya ciri,” usul Tania.
“Ada group yang diputuskan kontraknya oleh salah satu agency ternama dan sekarang dalam masa pendekatan.”
“Larissa anak salah satu perusahaan itu masuk didalamnya?” Azka mengangguk membenarkan perkataan Wijaya “ambil saja opa suka sama kemampuan mereka.”
“Memang dia anak siapa?” Azka menatap penasaran pada Wijaya.
“Papanya dulu anggota parlemen tapi nggak pernah aneh – aneh udah gitu pemilik produksi alat – alat kesehatan yang di pasarkan luar negeri, oma kapan itu dapat gratis dari dia waktu pertemuan terakhir.”
Menghembuskan nafas panjang dan berdiri membuat kedua pasangan senja itu menatap bingung “aku harus kembali.”
“Bertemu dia?”
Azka mengangkat bahu “entah mungkin menghabiskan waktu di studio dan hubungi Brian.”
Mencium pipi Tania sebelum beranjak meninggalkan mereka berdua, tujuan Azka memang benar ke studio karena banyak yang harus dikerjakan terutama berkaitan dengan group baru yang Brian katakan.
Suasana perusahaannya tidak mengenal waktu baik siang atau malam selalu banyak orang yang berada disana, hanya bagian tertentu yang memiliki jam kerja normal sedangkan yang lain tidak. Kedatangan Azka membuat beberapa menatap kearahnya terutama wanita dan dirinya tidak menyukai tatapan itu, meski ada beberapa karyawan yang tahu jika dirinya tidak suka tetap saja memandangnya. Azka pernah bertanya pada salah satu dari mereka dan mendapatkan jawaban yang membuatnya hanya bisa diam karena tidak tahu harus menanggapi bagaimana.
“Kamu memang tampan tapi kita tahu nggak mungkin memiliki kamu karena kamu terlalu cuek dan juga dingin jadi pria bahkan terlihat kejam di beberapa kesempatan, memandang kamu itu ibarat kata mensyukuri ciptaan Tuhan.”
Masuk kedalam studio yang sepi membuat Azka menyalakan lampunya dan mulai sibuk dengan segala aktivitasnya, mengingat perkataan dari Wijaya yang harus menemukan jati dirinya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melamar Rena. Hembusan nafas terdengar dari bibir Azka mengingat itu semua, tidak mungkin membuka hal itu pada orang lain dan keluarga yang tahu mengenai kelainannya hanya kakek nenek, kembarannya Dona dan juga Lucas serta Leo. Endi saja tidak tahu mengenai apa yang terjadi pada dirinya, menghembuskan nafas kembali yang berarti harus mendatangi orang ahli dalam bidangnya untuk mengobati dirinya.
“Minum dulu,” ucap Brian meletakkan minuman disamping Azka “gue lihat lo datang ya udah langsung aja beli minuman karena pastinya lo butuh minuman ini.”
“Thanks.”
“Ada masalah?”
Menggelengkan kepala “mungkin pusing mikir album group baru itu,” jawab Azka menutupi permasalahan sebenarnya “lo tahu Larissa?”
“Group cewek itu?” Azka mengangguk “beberapa udah dapat agency baru bahkan Yena sama Fransiska masuk di agency yang ada di luar karena fokus mereka adalah model terus Gracia dapat tawaran dari agency luar juga untuk lagu solo, padahal gue naksir sama Fransiska sayang dia milih agency yang menangani model.”
“Memang cantik-cantik mereka?”
Brian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto-foto mereka berenam membuat Azka mengangguk dan menyetujui perkataan Brian bagaimana cantiknya mereka, tapi sekali lagi Azka tidak menyukai atau membuat dirinya berdebar kencang.
“Lo mau narik sisanya?”
Azka mengangkat bahu “mungkin tapi gue belum bicara sama Fabian.”
“Fabian dengar-dengar sih pendekatan sama Bella buat join tapi dia nggak mau sendiri harus sama Lily dan Larissa.”
Azka hanya diam mendengarkan perkataan Brian sambil mengerjakan musik yang ada dihadapannya, tatapan serius Azka membuat Brian melakukan hal yang sama karena mereka berdua memang memiliki deadline agar bisa menyelesaikan album secepatnya. Beberapa stok lagu sudah ada hanya tinggal menambahkan musik dan juga meminta salah satu dari mereka melakukan demo agar penyanyi bisa mengikuti entah itu nantinya ditambahkan atau dikurangi lagi.
“Memang mereka bagus?”Brian menatap Azka dengan bingung “cewek-cewek tadi?” Azka mengangguk “bagus dan fansnya lumayan bahkan baik-baik.”
Azka mengangguk kembali dengan mengambil ponselnya membuat Brian yang menatapnya hanya bisa mengangkat bahu dan fokus pada pekerjaannya, suasana kembali hening kembali karena mereka berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing sampai pintu terbuka membuat Brian menatap sang sumber dimana tidak lain adalah Fabian yang menjabat sebagai CEO perusahaan dengan duduk samping Azka.
“Lo mau ambil mereka bertiga sekaligus?”
Suasana langsung sunyi setelah Fabian mengeluarkan kata-kata demikian, Azka sendiri masih fokus pada monitor dihadapannya. Tidak peduli dengan perkataan dari Fabian yang membuatnya kesal sendiri, Brian sendiri menatap Fabian yang tampak menahan kesal membuatnya hanya menggelengkan kepala.“Lebih baik lo ambil sisanya biar niat lo itu nggak kebaca sama orang lain,” ucap Azka tanpa melepaskan tatapannya pada monitor “gue dengar mereka orang-orang berbakat jadi gue mau lihat sejauh mana mereka.”Fabian menatap tidak percaya mendengar perkataan Azka “maksud lo apaan niat gue ke baca?”Azka melirik sekilas “tertarik pada Bella bukan?”Fabian menatap tajam pada Brian yang langsung berpura-pura sibuk dengan monitor yang ada dihadapannya.“Bagaimana?”“Lo ikut proses negosiasi?”Azka terdiam mendengar pertanyaan Fabian seakan berpikir mengenai apa untung dan ruginya
Azka hanya diam mendengar perkataan Endi dan saat mengalihkan pandangan dimana Via langsung masuk ke dalam kamarnya membuat Azka mengikuti dari belakang, pandangan yang Azka lihat adalah Via menatap pakaiannya lalu mengeluarkan kemeja dan juga celana membuat Azka hanya menggelengkan kepala.“Bunda kalau nanti Endi nikah juga begini?”“Tentu secara waktu Billy menikah dulu juga sama sibuknya.”“Billy menikah bunda nggak ngapa-ngapin baru bergerak setelah Kak Zee melahirkan.”“Gimana mau gerak kalau ibunya orang gila macam itu,” jawab Via dengan kesal “bunda penasaran wanita seperti apa yang bisa membuat kamu seperti sekarang atau tepatnya langsung mengajak menikah tanpa pacaran.”“Nanti juga tahu sendiri.”“Jadinya jam berapa?” suara Bima membuat mereka mengalihkan pandangan.Azka membuka ponselnya yang ternyata sudah mendapatkan jawaban dari Rena tenta
Kedatangan mereka membuat keluarga Rena terkejut karena dikira oleh mereka hanya orang tua Azka tapi keluarga besarnya ikut serta, kedua orang tua Rena tidak menyangka keluarga Azka adalah orang yang tidak bisa dianggap sebelah mata dan semua orang tahu mengenai perusahaan H&D Group.“Jangan memandang saya seperti itu karena saya sama seperti kalian semua,” Wijaya membuka suara saat melihat mereka semua gugup “saya disini sebagai opa dari Azka dan ini Tania yang tidak lain adalah istri saya, kedatangan kami disini hanya menemani cucu saja dan melihat bagaimana wanita yang disukainya.”“Tetap saja saya merasa terhormat karena tiba-tiba kedatangan orang penting seperti anda semua,” ucap Rendi dengan tersenyum kaku “berarti mau tidak mau kami harus menerima lamaran ini?” goda Rendi membuat semua tertawa.“Anda bisa menolak kalau merasa Azka tidak cocok dengan Rena,” sahut Wijaya “tidak akan mempe
Acara lamaran berjalan lancar dan Azka tidak menyangka jika opa dan omanya mendukung apa yang dilakukan dengan tetap datang ke rumah Rena, acara lamaran kemarin tidak diketahui siapa pun bahkan sahabatnya Brian dan kekasihnya Josh.“Permisi,” ucap Rena membuka pintu membuat semua yang ada di studio menatap ke arahnya.Azka beranjak dari tempatnya dan meminta Rena untuk ikut dengan dia ke dalam ruangannya, ruangan yang ada disamping studio.“Saya kesini hanya ingin membayar uang kemarin,” ucap Rena saat mereka sudah ada didalam.“Kenapa tidak kirim pesan?”“Saya sudah kirim pesan dan sepertinya anda sangat sibuk karena banyak yang ingin dibuatkan lagu.”“Berhenti bersikap formal denganku,” ucap Azka tegas dengan tatapan datar.“Saya harus bersikap formal jika berada di kantor, jadi apakah bisa memberitahukan nomer rekening untuk pembayaran?”Azka menghembusk
Perbuatan Azka pada Rena memberikan dampak luar biasa padanya dimana saat ini ingin melampiaskan hasratnya, tidak mungkin Azka melakukan pada Rena karena mereka belum memiliki hubungan resmi dan satu – satunya yang bisa melakukannya adalah Josh. Selama sisa pekerjaannya bayangan Rena tidak bisa lepas dari dirinya, bibir lembut Rena yang diciumnya memberikan candu tersendiri.“Belum kelar?” suara Fabian membuat Azka menatap kearahnya dengan ekspresi kesal “wait kenapa lo?”“Ganggu aja.”Fabian mengangkat alisnya “dari tadi lo cuman mandang monitor dengan tatapan kosong terus bilang ganggu, darimananya?”“Ada perlu apa?” Azka mengalihkan pembicaraan.“Gue mau ketemu mereka besok kira-kira lo bisa?”“Boleh, atur aja.”“Kerjaan belum kelar?”“Sedikit lagi, kenapa?”“Mau gue ajak ke suatu tempat.”
Tidak menghiraukan tatapan Brian dimana Azka langsung beranjak dari tempatnya setelah memastikan semua tersimpan dengan aman, mematikan semua perangkat yang digunakan sebelum benar-benar meninggalkan ruangan ini.“Kamu akan kencan? Sama siapa?” tanya Brian membuat Azka memandang sekilas dan memberikan senyuman misterius “Woi....aku tanya ini.”Azka berjalan santai keluar dari ruangannya menuju tempat parkir mobilnya berada, langkah Azka terhenti saat melihat mobil seseorang yang dikenalinya. Mencoba untuk tidak melihat kedatangan orang tersebut dengan berjalan cepat menuju mobilnya, tapi sayangnya tidak semudah itu saat mobil itu berhenti tepat disampingnya.“Masuk.”“Bawa mobil sendiri.”“Aish....kamu tu nurun sapa sih? Kita kembar tapi nggak satupun mirip.”Azka menatap kembarannya Dona kesal “Ngapaian datang kesini?”“Masuk dulu.”Menghembusk
“Keluarga kamu menyenangkan.” Rena membuka suara saat mereka berada di taman belakang rumah orang tuanya.Setelah mereka makan malam semua memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, Rena sendiri sudah meminta ijin dengan bantuan Azka juga Dona. Setidaknya kembarannya satu itu bisa diandalkan disaat seperti ini, menatap Rena yang masih memandang lurus ke langit membuat Azka mendekat dan menarik pinggang Rena. Mengalihkan pandangan dengan menatap Azka lembut, tangan Azka membelai pipi Rena perlahan membuat jarak mereka semakin dekat sampai akhirnya Azka mencium bibir Rena lembut.Jantung Azka berdetak kencang saat mereka berciuman, hal yang tidak pernah dirasakan dulu saat bersama dengan wanita. Rena bisa membuat Azka secara perlahan berubah, mencoba lebih dalam dengan melumat bibirnya kasar, menarik pinggang Rena mendekat membuat Azka dapat merasakan miliknya sudah mulai berdiri. Tangan Rena melingkar di leher Azka membuat ciuman mereka semakin dalam, hi
Menatap Rena yang duduk disampingnya dengan menggunakan pakaian Dona, tersenyum kecil setelah apa yang mereka lakukan semalam. Tidur dengan memeluk wanita adalah hal pertama yang dialaminya dan tidur Azka sangat nyenyak tidak seperti biasanya, Azka sangat yakin wajahnya saat ini sangat bersinar setelah apa yang terjadi pada mereka semalam.“Kamu senang banget, Mas?” Azka masih tersenyum kecil mendengar pertanyaan Rena “Mas, kenapa sih?”“Masih ingat kejadian semalam.” Azka menjawab santai dan saat melihat ekspresi wajah Rena yang memerah.Kendaraan Azka berhenti tepat di tempat parkir yang membuat pembicaraan terhenti dan membuat Azka bisa menatap wajah Rena dengan bebas, mendekatkan diri pada Rena dengan membelai pipinya perlahan. Bibir Rena yang terbuka dengan matanya tertutup membuat Azka tidak tahan begitu saja, mendekatkan dirinya pada Rena dengan mencium bibirnya lembut sebelum mereka keluar mobil.“Sebagai