Azka tahu dan sadar jika anak yang dilahirkan Rena bukan darah dagingnya, tapi tidak membuat perasaan cemas dan takutnya hilang. Azka takut terjadi sesuatu pada Rena saat melahirkan, ketakutan yang sama saat Wulan berada didalam walaupun pastinya berbeda.
“Rena kuat, jadi tenang saja.” Bima menepuk bahu Azka pelan agar tidak terlalu cemas.“Kamu doakan saja, kalau Rena tahu kamu begini pasti kepikiran,” tambah Via membuat Azka akhirnya duduk disamping Via.Tidak ada yang tahu masalah rumah tangganya, kecuali Rifat dan orang tua bundanya. Azka meminta mereka untuk merahasiakan semuanya, tidak mau kedua orang tuanya tahu dan biarkan tetap menganggap anak Rena adalah cucunya. Orang tua Rena sendiri tidak banyak berubah dalam bersikap, tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan mereka karena bagi Azka adalah rumah tangganya. Tidak lama pintu terbuka membuat semua berdiri termasuk Azka, mendatangi dokter yang menatap mereka dengan senyum lebarnya. <Azka benar-benar tidak membayangkan kehidupannya sekarang menjadi seperti sekarang, hidup bersama dengan kedua wanita dan juga anak-anak yang lucu. Rena mengikuti semua perkataan Azka, tidak bisa membohonginya dengan bertemu diam-diam. Azka bahkan sudah memberikan ancaman juga pada orang tua Rena agar tidak memudahkan pria itu dekat dengan putrinya.Azka tahu secara nasab putrinya ini tidak pada dirinya, dimana hanya pada Rena nasabnya jatuh. Awalnya terjadi perdebatan dan akhirnya dengan terpaksa menggunakan namamya untuk akta, bagaimanapun ini semua demi ke depan sang anak.“Kamu nggak ke Wulan?” tanya Rena sambil menggendong putrinya.“Nanti.” Azka menjawab singkat.“Wulan pasti butuh bantuan apalagi anak kalian baru beberapa bulan.” Rena mengingatkan Azka.“Kamu tenang saja Wulan bisa mengatasinya.” Azka menjawab singkat.Tidak ada suara diantara mereka kembali, Azka sendiri tidak ped
Romeo Azka Syahputra putra kembar dari pasangan Arbima Putra Syahputra dengan Sovia Jelita, Azka sendiri mempunyai saudara kembar perempuan bernama Primadona Edelweiss Syahputra. Kedua orang tua Azka dan Dona berada di Singapore untuk mengurus perusahaan keluarga yang mengembangkan sayap ke pasar internasional, dari kecil mereka sudah tinggal di Singapore. Keluarga ayah Azka sudah tidak ada yang tertinggal hanya keluarga sang bunda yang mengunjungi apabila sedang liburan atau menghabiskan waktu di negara ini.Azka dan keluarga juga beberapa kali pulang ke Indonesia untuk melepas kangen dengan keluarga yang lain serta berlibur, bunda Azka lebih suka berada di Bali untuk menenangkan diri dan Azka merasa bahwa Bali adalah tempat yang tepat untuk menenangkan diri. Biasanya Via menghabiskan waktu berbulan – bulan selama di Bali bersama Azka dan Dona tidak tertinggal Billy dan Endi yang merupakan anak dari Bima sang ayah meskipun bukan darah daging sendiri tapi tetap me
Azka tinggal seorang diri di apartemen yang tidak jauh dari tempatnya bekerja, kedua orang tua Azka terutama Via terkadang mengunjungi tempatnya hanya untuk memastikan keadaan dirinya baik-baik saja."Bunda pengen kamu nikah biar ada yang urus," ucap Via menatap Azka yang hanya diam."Azka berangkat kalau bunda udah selesai jangan lupa kunci pintu," sahut Azka dengan langsung beranjak dan berjalan mencium pipi Via.Azka sudah bosan dengan permintaan Via untuk segera menikah, bukan Azka ingin sendiri tapi ada sesuatu dalam dirinya membuat Azka tidak tertarik pada wanita. Kadang Azka heran sendiri bagaimana bisa dirinya tidak tertarik pada wanita padahal seluruh keluarganya penikmat wanita dan menjadi budak cinta.Ketika berada di ruangannya membuat Azka melupakan permintaan Via, banyak musik yang harus dirinya kerjakan karena beberapa penyanyi akan mengeluarkan album secara bersamaan. Keputusan managemen terkadang membuat Azka ingin memaki mereka semua, me
Azka mendatangi Josh yang masih tidak peduli dengannya dengan gerakan perlahan Azka menarik dagu Josh dan mendaratkan bibirnya di bibir Josh, Josh hanya diam tidak merespon ciuman Azka yang semakin membuat Azka gemas atas apa yang Josh lakukan."Berhenti merajuk," ucap Azka menatap Josh lembut.Josh mengalungkan tangannya di leher Azka "aku takut kamu tertarik dengan yang lain apalagi Brian."Azka tersenyum "kamu lebih menggairahkan dibandingkan dia, sekarang puaskan aku."Azka mencium kembali bibir Josh penuh gairah dan Josh membalas ciuman Azka sama menggairahkan dibandingkan sebelumnya, secara perlahan mereka membuka pakaian yang melekat pada tubuh mereka berdua. Saat ini mereka sudah sama-sama tanpa busana membuat dua pusaka mereka yang berdiri tegak terlihat jelas, Josh paham apa yang harus dilakukan yaitu memuaskan Azka dengan bermain pada pusaka yang telah berdiri."Sudah berdiri aja," ucap Josh sebelum memasukkan pusaka Azka pada mulu
Azka terkejut dengan kedatangan Josh ketika baru saja melangkah ke dalam apartemennya, Azka menarik Josh untuk segera masuk ke dalam karena tidak ingin orang tahu mengenai keanehan pada dirinya.Azka menutup pintu dan langsung mencium bibir Josh dengan penuh gairah, Josh mengalungkan tangannya pada leher Azka. Mereka ciuman dengan penuh gairah saling bertukar saliva membuat mereka larut dalam gairah."Kamu menggairahkan," goda Josh sambil membuka celana Azka.Azka menikmati permainan lidah yang dilakukan Josh tapi dalam benak Azka adalah Rena yang melakukannya, bayangan Rena yang melakukannya dengan bibir mungilnya. Tidak berapa lama Azka mencapai pelepasannya hanya dengan membayangkan Rena, Josh menatap Azka dengan penuh gairah seketika Azka sadar siapa yang memainkan penisnya."Cepat sekali keluar, kamu sudah tidak tahan ya?," Azka hanya diam tidak menjawab.Josh berdiri melangkah ke kamar mandi membersihkan cairan Azka di mulutnya, Azka me
Setelah pernyataan Azka tidak ada pembicaraan sama sekali dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang melupakan niat membeli perlengkapan yang dibutuhkan untuk studio, Azka dapat melihat wajah Rena memerah setelah pernyataannya dan Azka sendiri tidak tahu harus bagaimana bersikap pada Rena.Azka memutuskan membawa Rena ke taman dekat rumahnya, dalam keheningan mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing."Rena."Rena menatap Azka lembut membuat dirinya merasakan tatapan Rena seperti Tania yang selalu dirindukan, Azka seketika langsung tidak mampu berpikir jernih terlalu hanyut dalam tatapan Rena."Perkataan aku yang tadi itu aku serius.""Kita baru mengenal," tolak Rena "nggak mungkin langsung melamar.""Apa yang membuat kamu ragu?," Azka memandang Rena yang tampak gugup.Azka memegang dagu Rena agar menatap wajahnya dan tatapan lembut itu selalu mengingatkan Azka pada orang tercintanya, Azka mendekatkan diri hingga jarak
Perkataan Azka secara tiba-tiba membuat Wijaya dan Tania saling memandang satu sama lain, sedangkan Azka sendiri tidak menyadari kata-kata yang keluar dari bibirnya tersebut. Menatap mereka berdua yang hanya diam membisu setelah perkataannya membuat Azka bingung dan mencoba mengingat apa yang dikatakannya.“Kamu mencintai wanita itu?”Azka menatap bingung dengan pertanyaan Wijaya “apa perlu cinta kalau kebahagiaan bunda adalah yang utama?”“Opa tidak akan melamarkan wanita ini buat kamu jika itu tujuan kamu.”Azka membelalakkan matanya mendengar perkataan Wijaya “tapi Azka bilang besok akan bawa keluarga untuk melamar dia.”“Opa selama ini hanya tutup mulut atas apa yang kamu lakukan termasuk hubungan dengan pria itu, sebelum kamu memutuskan menikahi wanita ini lebih baik kenal terlebih dahulu perasaan kamu karena kita disini sangat menghormati para wanita.”Azka terdiam lebih tepat
Suasana langsung sunyi setelah Fabian mengeluarkan kata-kata demikian, Azka sendiri masih fokus pada monitor dihadapannya. Tidak peduli dengan perkataan dari Fabian yang membuatnya kesal sendiri, Brian sendiri menatap Fabian yang tampak menahan kesal membuatnya hanya menggelengkan kepala.“Lebih baik lo ambil sisanya biar niat lo itu nggak kebaca sama orang lain,” ucap Azka tanpa melepaskan tatapannya pada monitor “gue dengar mereka orang-orang berbakat jadi gue mau lihat sejauh mana mereka.”Fabian menatap tidak percaya mendengar perkataan Azka “maksud lo apaan niat gue ke baca?”Azka melirik sekilas “tertarik pada Bella bukan?”Fabian menatap tajam pada Brian yang langsung berpura-pura sibuk dengan monitor yang ada dihadapannya.“Bagaimana?”“Lo ikut proses negosiasi?”Azka terdiam mendengar pertanyaan Fabian seakan berpikir mengenai apa untung dan ruginya