Azka mendatangi Josh yang masih tidak peduli dengannya dengan gerakan perlahan Azka menarik dagu Josh dan mendaratkan bibirnya di bibir Josh, Josh hanya diam tidak merespon ciuman Azka yang semakin membuat Azka gemas atas apa yang Josh lakukan.
"Berhenti merajuk," ucap Azka menatap Josh lembut.
Josh mengalungkan tangannya di leher Azka "aku takut kamu tertarik dengan yang lain apalagi Brian."
Azka tersenyum "kamu lebih menggairahkan dibandingkan dia, sekarang puaskan aku."
Azka mencium kembali bibir Josh penuh gairah dan Josh membalas ciuman Azka sama menggairahkan dibandingkan sebelumnya, secara perlahan mereka membuka pakaian yang melekat pada tubuh mereka berdua. Saat ini mereka sudah sama-sama tanpa busana membuat dua pusaka mereka yang berdiri tegak terlihat jelas, Josh paham apa yang harus dilakukan yaitu memuaskan Azka dengan bermain pada pusaka yang telah berdiri.
"Sudah berdiri aja," ucap Josh sebelum memasukkan pusaka Azka pada mulutnya.
Azka menatap Josh yang mengulum miliknya dengan penuh gairah membuat dirinya semakin bergairah dan mendesah dengan keras sambil meremas rambut Josh, tapi sayangnya saat ini Azka membayangkan Rena yang berada di posisi Josh. Bayangan Rena membuat Azka tidak bisa menahan dirinya karena tidak berapa lama Azka mengeluarkan cairannya dalam mulut Josh.
"Cepat sekali?" Azka hanya diam tanpa menatap Josh karena mencoba mengontrol nafasnya.
Azka bahkan tidak menyadari jika Josh berlalu dari hadapannya menuju kamar mandi dan bagaimana bisa dirinya membayangkan wanita yang baru ditemuinya malam ini, bahkan dengan mudahnya cairannya keluar padahl selama ini mereka harus melakukan berkali-kali sampai cairan Azka keluar.
"Mau ke mana?" Azka menyadari Josh sudah berpakaian rapi.
"Kamu tidak lupa bukan kebiasaan bundamu itu?" sindir Josh "aku ingin lebih tapi takut besok bunda tercintamu datang dan melihat apa yang kita lakukan."
Azka menatap kepergian Josh begitu saja tanpa mencegahnya karena apa yang Josh katakan benar karena Via akan berada di sini pagi hari dan akan terkejut melihat kedua pria berada dalam satu ranjang. Azka beranjak dari ranjang setelah Josh keluar dari kamar dan memutuskan membersihkan diri kembali dari apa yang telah Josh perbuat.
Tidak banyak yang tahu mengenai apa yang terjadi pada diri Azka karena menganggap ini sebagai tidak normal, Azka menyadari hal tersebut karena seluruh keluarganya bisa memuaskan pasangannya dan terlihat bahagia. Azka sendiri tidak yakin dirinya akan sembuh dengan apa yang terjadi pada dirinya yang seorang gay, tapi Azka hanya tertarik pada Josh bukan pria lain bahkan dengan Brian atau yang lain tidak ada keinginan untuk bersama.
Dalam kamar mandi Azka membayangkan Rena yang berada di dekatnya dan sekali lagi dirinya mencapai klimaks dengan bermain sendiri di kamar mandi, setelah puas akhirnya Azka menghentikan semua dan beranjak untuk istirahat. Rena benar-benar mengubah Azka sampai membawanya ke dalam mimpi dan imajinasi dirinya.
"Pagi," sapa beberapa orang dalam lift ketika melihat Azka yang hanya dijawab dengan anggukan kepala.
Tubuh Azka menegang ketika melihat Rena berada di sampingnya dengan memainkan ponselnya, bayangan semalam membuat Azka berpikir apa yang terjadi pada dirinya saat ini dan bagaimana dengan perasaannya terutama pada Josh.
"Pak Azka" suara wanita di sampingnya membuat Azka menatapnya "nanti ada di ruangan atau saya harus sama Pak Brian?."
Azka langsung tidak suka ketika Rena mengucapkan nama Brian "untuk apa?"
Rena menatap bingung pasalnya Azka nada suaranya seperti tidak suka, Azka juga terkejut atas suaranya yang meninggi depan Rena.
"Bicara mengenai barang yang diminta kemarin."
"Datang saja langsung tanpa perantara Brian."
Azka keluar terlebih dahulu dan tidak peduli dengan reaksi mereka atas apa yang Azka lakukan di sana. Azka masuk ke dalam ruangan dengan Brian yang sibuk depan laptop dan Azka meyakini jika membuat halus suara penyanyi kemarin.
"Mau dengar?" Azka mengangguk.
Azka dan Brian mendengarkan suara penyanyi tersebut dan mencoba mengikuti nada yang keluar dari musik dan suara, mereka berdua saling menatap lalu mengangguk sambil tersenyum.
"Group kemarin minta dibuatkan lagu lagi ya?," Azka mengangguk malas.
"Lumayan duit."
Brian tersenyum mendengar perkataan Azka, semua orang di sini tidak ada yang tahu latar belakang keluarga Azka kecuali Brian. Brian itu pun tahu karena tidak sengaja pada saat saudaranya datang ke apartemen di saat ada dirinya.
"Permisi," suara seseorang membuat mereka menatap ke arah sumber suara.
"Brian bisa belikan aku kopi?" Brian menatap Azka bingung tapi selanjutnya mengangguk.
Azka tidak ingin Rena menatap pria lain selain dirinya dan entah kenapa perasaan itu muncul ketika membayangkan dirinya semalam saat bersama Josh. Azka tahu jika Rena bingung dengan kepergian Brian, Azka langsung mengalihkan perhatian Rena dengan mengajaknya berbicara.
"Masalah sound kemarin CEO bilang kita hanya di berikan budget setengah dari permintaan Pak Azka," jelas Rena sedikit takut.
Azka mendengus kasar membuat Rena sedikit terkejut "belikan saja sisanya potong dari gajiku."
Rena membelalakkan mata "pak itu banyak dan bagaimana bisa potong gaji?."
Azka mengangkat bahu "potong saja nanti aku yang bilang langsung ke CEO dan manajer kamu."
Rena menghembuskan nafas panjang menatap Azka tidak percaya dengan apa yang keluar dari bibirnya. Potong gaji bagaimana bisa dengan mudahnya Azka mengatakan hal itu seolah gaji bukan hal penting.
"Rena," panggil Azka membuat gadis depannya menatap kearahnya dan sempat membuat terlena "siapa yang membeli permintaanku?"
"Bapak mau gimana?" Rena masih menatap Azka.
"Panggil Azka jangan gunakan kata bapak," ucap Azka yang diangguki Rena "temani aku untuk memilih."
Rena membulatkan matanya mendengar perkataan Azka, bagaimana bisa mereka keluar bersama dengan mudah lagi pula mereka beda departemen dan akan membuat nama dirinya semakin tidak baik. Azka menatap wajah keraguan dari mata Rena, membuat dirinya bertanya dalam hati tentang apa yang terjadi.
"Bukan sekarang tapi bisa beberapa hari, lagi pula masih banyak yang harus dikerjakan."
Azka dapat melihat wajah lega Rena setelah mendengar perkataannya dan membuat Azka tersenyum kecil, dirasa tidak ada yang perlu dibicarakan kembali Rena berdiri dan berencana meninggalkan ruangan Azka.
"Besok Sabtu temani aku mencari alat yang dibutuhkan karena Minggu depan sudah digunakan."
Azka dapat melihat wajah terkejut Rena dan mencoba untuk tidak peduli meskipun wajahnya mencoba untuk tahan tawa atas apa yang Rena perlihatkan.
"Tulis nomer kamu," ucap Azka memberikan ponselnya pada Rena.
Perlahan Rena menuliskan nomer ponselnya dengan segera Azka memberikan nama atas nomer yang diberikan Rena, Azka mencoba tidak peduli dengan keberadaan Rena sehingga membuat Rena berpamitan keluar dari ruangan Azka.
Azka tidak bisa membayangkan apa yang akan mereka lakukan untuk berlibur berdua dengan membeli perlengkapan apa yang Azka butuhkan. Sebenarnya bisa saja Azka membeli sendiri tapi dirinya ingin menikmati momen bersama Rena.
"Sayang," pelukan seseorang mengejutkan Azka dari belakang.
Azka terkejut dengan kedatangan Josh ketika baru saja melangkah ke dalam apartemennya, Azka menarik Josh untuk segera masuk ke dalam karena tidak ingin orang tahu mengenai keanehan pada dirinya.Azka menutup pintu dan langsung mencium bibir Josh dengan penuh gairah, Josh mengalungkan tangannya pada leher Azka. Mereka ciuman dengan penuh gairah saling bertukar saliva membuat mereka larut dalam gairah."Kamu menggairahkan," goda Josh sambil membuka celana Azka.Azka menikmati permainan lidah yang dilakukan Josh tapi dalam benak Azka adalah Rena yang melakukannya, bayangan Rena yang melakukannya dengan bibir mungilnya. Tidak berapa lama Azka mencapai pelepasannya hanya dengan membayangkan Rena, Josh menatap Azka dengan penuh gairah seketika Azka sadar siapa yang memainkan penisnya."Cepat sekali keluar, kamu sudah tidak tahan ya?," Azka hanya diam tidak menjawab.Josh berdiri melangkah ke kamar mandi membersihkan cairan Azka di mulutnya, Azka me
Setelah pernyataan Azka tidak ada pembicaraan sama sekali dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang melupakan niat membeli perlengkapan yang dibutuhkan untuk studio, Azka dapat melihat wajah Rena memerah setelah pernyataannya dan Azka sendiri tidak tahu harus bagaimana bersikap pada Rena.Azka memutuskan membawa Rena ke taman dekat rumahnya, dalam keheningan mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing."Rena."Rena menatap Azka lembut membuat dirinya merasakan tatapan Rena seperti Tania yang selalu dirindukan, Azka seketika langsung tidak mampu berpikir jernih terlalu hanyut dalam tatapan Rena."Perkataan aku yang tadi itu aku serius.""Kita baru mengenal," tolak Rena "nggak mungkin langsung melamar.""Apa yang membuat kamu ragu?," Azka memandang Rena yang tampak gugup.Azka memegang dagu Rena agar menatap wajahnya dan tatapan lembut itu selalu mengingatkan Azka pada orang tercintanya, Azka mendekatkan diri hingga jarak
Perkataan Azka secara tiba-tiba membuat Wijaya dan Tania saling memandang satu sama lain, sedangkan Azka sendiri tidak menyadari kata-kata yang keluar dari bibirnya tersebut. Menatap mereka berdua yang hanya diam membisu setelah perkataannya membuat Azka bingung dan mencoba mengingat apa yang dikatakannya.“Kamu mencintai wanita itu?”Azka menatap bingung dengan pertanyaan Wijaya “apa perlu cinta kalau kebahagiaan bunda adalah yang utama?”“Opa tidak akan melamarkan wanita ini buat kamu jika itu tujuan kamu.”Azka membelalakkan matanya mendengar perkataan Wijaya “tapi Azka bilang besok akan bawa keluarga untuk melamar dia.”“Opa selama ini hanya tutup mulut atas apa yang kamu lakukan termasuk hubungan dengan pria itu, sebelum kamu memutuskan menikahi wanita ini lebih baik kenal terlebih dahulu perasaan kamu karena kita disini sangat menghormati para wanita.”Azka terdiam lebih tepat
Suasana langsung sunyi setelah Fabian mengeluarkan kata-kata demikian, Azka sendiri masih fokus pada monitor dihadapannya. Tidak peduli dengan perkataan dari Fabian yang membuatnya kesal sendiri, Brian sendiri menatap Fabian yang tampak menahan kesal membuatnya hanya menggelengkan kepala.“Lebih baik lo ambil sisanya biar niat lo itu nggak kebaca sama orang lain,” ucap Azka tanpa melepaskan tatapannya pada monitor “gue dengar mereka orang-orang berbakat jadi gue mau lihat sejauh mana mereka.”Fabian menatap tidak percaya mendengar perkataan Azka “maksud lo apaan niat gue ke baca?”Azka melirik sekilas “tertarik pada Bella bukan?”Fabian menatap tajam pada Brian yang langsung berpura-pura sibuk dengan monitor yang ada dihadapannya.“Bagaimana?”“Lo ikut proses negosiasi?”Azka terdiam mendengar pertanyaan Fabian seakan berpikir mengenai apa untung dan ruginya
Azka hanya diam mendengar perkataan Endi dan saat mengalihkan pandangan dimana Via langsung masuk ke dalam kamarnya membuat Azka mengikuti dari belakang, pandangan yang Azka lihat adalah Via menatap pakaiannya lalu mengeluarkan kemeja dan juga celana membuat Azka hanya menggelengkan kepala.“Bunda kalau nanti Endi nikah juga begini?”“Tentu secara waktu Billy menikah dulu juga sama sibuknya.”“Billy menikah bunda nggak ngapa-ngapin baru bergerak setelah Kak Zee melahirkan.”“Gimana mau gerak kalau ibunya orang gila macam itu,” jawab Via dengan kesal “bunda penasaran wanita seperti apa yang bisa membuat kamu seperti sekarang atau tepatnya langsung mengajak menikah tanpa pacaran.”“Nanti juga tahu sendiri.”“Jadinya jam berapa?” suara Bima membuat mereka mengalihkan pandangan.Azka membuka ponselnya yang ternyata sudah mendapatkan jawaban dari Rena tenta
Kedatangan mereka membuat keluarga Rena terkejut karena dikira oleh mereka hanya orang tua Azka tapi keluarga besarnya ikut serta, kedua orang tua Rena tidak menyangka keluarga Azka adalah orang yang tidak bisa dianggap sebelah mata dan semua orang tahu mengenai perusahaan H&D Group.“Jangan memandang saya seperti itu karena saya sama seperti kalian semua,” Wijaya membuka suara saat melihat mereka semua gugup “saya disini sebagai opa dari Azka dan ini Tania yang tidak lain adalah istri saya, kedatangan kami disini hanya menemani cucu saja dan melihat bagaimana wanita yang disukainya.”“Tetap saja saya merasa terhormat karena tiba-tiba kedatangan orang penting seperti anda semua,” ucap Rendi dengan tersenyum kaku “berarti mau tidak mau kami harus menerima lamaran ini?” goda Rendi membuat semua tertawa.“Anda bisa menolak kalau merasa Azka tidak cocok dengan Rena,” sahut Wijaya “tidak akan mempe
Acara lamaran berjalan lancar dan Azka tidak menyangka jika opa dan omanya mendukung apa yang dilakukan dengan tetap datang ke rumah Rena, acara lamaran kemarin tidak diketahui siapa pun bahkan sahabatnya Brian dan kekasihnya Josh.“Permisi,” ucap Rena membuka pintu membuat semua yang ada di studio menatap ke arahnya.Azka beranjak dari tempatnya dan meminta Rena untuk ikut dengan dia ke dalam ruangannya, ruangan yang ada disamping studio.“Saya kesini hanya ingin membayar uang kemarin,” ucap Rena saat mereka sudah ada didalam.“Kenapa tidak kirim pesan?”“Saya sudah kirim pesan dan sepertinya anda sangat sibuk karena banyak yang ingin dibuatkan lagu.”“Berhenti bersikap formal denganku,” ucap Azka tegas dengan tatapan datar.“Saya harus bersikap formal jika berada di kantor, jadi apakah bisa memberitahukan nomer rekening untuk pembayaran?”Azka menghembusk
Perbuatan Azka pada Rena memberikan dampak luar biasa padanya dimana saat ini ingin melampiaskan hasratnya, tidak mungkin Azka melakukan pada Rena karena mereka belum memiliki hubungan resmi dan satu – satunya yang bisa melakukannya adalah Josh. Selama sisa pekerjaannya bayangan Rena tidak bisa lepas dari dirinya, bibir lembut Rena yang diciumnya memberikan candu tersendiri.“Belum kelar?” suara Fabian membuat Azka menatap kearahnya dengan ekspresi kesal “wait kenapa lo?”“Ganggu aja.”Fabian mengangkat alisnya “dari tadi lo cuman mandang monitor dengan tatapan kosong terus bilang ganggu, darimananya?”“Ada perlu apa?” Azka mengalihkan pembicaraan.“Gue mau ketemu mereka besok kira-kira lo bisa?”“Boleh, atur aja.”“Kerjaan belum kelar?”“Sedikit lagi, kenapa?”“Mau gue ajak ke suatu tempat.”