Semua Bab Sweet Dreams: Bab 31 - Bab 40
47 Bab
Ayo Berpacaran
 Rayyan menghubungi Tuan Keano, sedikit marah karena tiba-tiba Tuan Keano menambah rencana, diluar dugaan. "Kenapa tidak mengatakan jika anda mempunyai sesuatu yang lain?" Jujur saja, Rayyan merasa tidak dapat dipercaya untuk pertama kalinya. Bagaimana bisa Tuan Keano yang satu tim dengannya, masih sempat menyembunyikan sesuatu yang besar. [Tenanglah, Rayyan. Karena itu tidak termasuk dalam daftar tugas kita. Itu hanya sebagai hiburan semata]"Hal seperti itu anda anggap hiburan?" Hampir saja Rayyan ingin tertawa, mendengarnya seperti lelucon. Rayyan tidak percaya humor Tuan Keano berada dibawah rata-rata. "Anda mempunyai selera humor yang aneh, Tuan Keano."[Itulah uniknya saya, Rayyan. Tidak sama dengan orang lain, dan tidak bisa ditebak] Rayyan menggaruk alis yang tidak gatal, berbicara banyak dengan pria itu akan membuatnya gila. "Baiklah, aku ingin semua tentang Citra, apapun itu. Tolong, jangan anggap ini lelucon, karena ini tidak
Baca selengkapnya
Terlambat Bangun
"Gea, cepatlah bangun!" Rayyan menggoyang-goyangkan punggung istrinya, jam sudah menunjukkan pukul 7, dan Gea masih pulas terlelap. Tidak seperti biasanya, kali ini Gea melewatkan paginya. "Gea, ayo bangun!" Gea menggeliat, dan bukannya bangun, dia malah menarik selimut hingga menutupi dada. Matanya masih terpejam rapat, membuat Rayyan kesal. "Makanya besok-besok tidak usah mengajak menonton." Rayyan mengacak rambutnya kasar, jujur saja, dia pun masih belum puas tidur. Tapi apalah daya saat pekerjaan harus memanggilnya ke kantor, Rayyan tidak punya waktu untuk bermalas-malasan.  Dengan malas, Rayyan menuruni ranjang, meninggalkan Gea tanpa mengusiknya lagi. Segera setelah air menyatu dengan wajahnya, mata Rayyan kembali segar seperti sedia kala. Dia menatap lekat-lekat wajahnya di cermin."Apa aku setampan ini," gumamnya memegang dagu. Rayyan memutar wajahnya beberapa kali, melihat dari berbagai sudut, dia memujanya. &nbs
Baca selengkapnya
Hadiah Ulang Tahun Oma
"Besok adalah ulang tahun Oma, Rayyan. Apa kita akan menghadirinya?" tanya Gea saat sore harinya dia sedang duduk santai dengan Rayyan. "Tidak, Gea. Kita hanya perlu mengirimnya beberapa hadiah saja." Rayyan sudah memikirkan ide ini sejak lama. "Hadiah apa?" Gea begitu penasaran. "Hadiah yang akan membuat Oma serangan jantung." Rayyan tersenyum sekilas, membuat kerutan di dahi Gea terlihat jelas."Apa kau ingin membunuh, Oma?" tanya Gea hati-hati. "Bukan membunuhnya, Gea. Kenapa kau terlihat cemas jika Oma mati?""Karena dia itu Nenekku, Rayyan.""Tapi dia tidak menganggapmu cucu selama ini, bagaimana bisa kau masih menanggapnya sebagai nenek?" Rayyan tidak mengerti dengan jalan pikiran Gea, seperti ada rasa sayang di hatinya untuk Nyonya Mellany. "Entahlah, Rayyan. Yang jelas aku tidak ingin jika Oma mati, sebelum dia melihat dan merasakan semua perbuatannya selama ini." Kalimat Gea menandakan benci. Rayyan yang awalnya sempat b
Baca selengkapnya
Panggil Aku, Nyonya Rayyan
  Setelah semuanya terbongkar, baik Bibi Meyli maupun Bibi Andini, keduanya sama-sama berada dalam situasi yang genting. Tidak dapat lagi menyembunyikan apa yang ada, Elle dan Citra akan segera terpanggil pulang. Setidaknya mereka masih aman hingga Oma benar-benar pulih kembali. "Ini semua salah, Mama, kenapa harus membuat rencana seperti ini," tuding Paman Mex. "Kenapa Mama yang disalahkan. Papa juga harusnya ikut disalahkan, jika bukan karena persetujuanmu, aku mungkin tidak akan berambisi seperti ini." Bibi Meyli masih membela diri. Menghilangkan fakta bahwa dirinyalah yang sebenarnya paling berkobar. Membayangkan pulang juta bahkan milyaran untuk biaya perawatan Citra yang Oma keluarkan, tentu saja hatinya menjadi licik demi sebuah ambisi yang bernilai uang.  Beda halnya dengan B
Baca selengkapnya
Rasakan Detak Jantungku
 3 hari dirawat, Oma mulai membaik dan meminta berkumpul di ruang rapat. Tapi sebelum itu, beliau meminta pada Bibi Meyli dan juga Bibi Andini untuk membawa anak mereka pulang. Secepatnya. Perintah Oma selalu tidak bisa ditawar, dengan apapun itu. "Jika kalian gagal membawanya dalam waktu setengah jam, maka bersiaplah untuk keluar dengan tangan kosong!" ancam Oma tidak main-main.  Maka dari itu, mereka melaksanakannya dengan sangat baik.  Bibi Andini datang sendirian menjemput Elle, dia membujuk Elle dengan berbagai cara."Tidak ada cara lain, Elle. Kau tahu sendiri jika Oma tidak akan main-main dengan perkataannya. Maka menurutlah pada, Mama, ya!""Tapi, Ma. Bagaimana jika Citra membongkar segalanya, dia mengatakan hal yang sebenarnya. Aku pasti akan dibunuh untuk itu, Ma. Aku tidak mau jika itu sampai terjadi." Elle masih menolak dalam kepanikannya memikirkan nasib kedepannya. Jika semua fakta terungkap, maka dia akan berakhir di pen
Baca selengkapnya
Tanpa Seorang Ayah
 Hari mendekati ulang tahun Gea, semakin lama mereka semakin was-was dan cemas. Karena sampai sekarang belum ada kabar apapun tentang Gea. "Kenapa tidak ada juga yang belum memberikan kabar! Apa imbalan yang kita berikan tidak cukup?!" Oma berteriak marah di ruang tamu. "Kita tunggu saja, Oma. Mungkin mereka belum menemukan apa-apa.""Iya, Oma jangan marah-marah. Oma yang sabar, ingat kesehatan, Oma." Mereka berlomba untuk memberikan nasihat. "Sabar bagaimana? Hanya tinggal menghitung minggu saja, semuanya semakin dekat!" Tiba-tiba seorang pengawal masuk. "Oma, ada yang datang," bisik Bibi Meyli.  Oma segera menoleh pada pria yang sedang menunduk. "Apa yang membawamu kemari? Jika itu bukan berita yang bagus, sebaiknya kau pergi saja!" Semua orang tahu jika keadaan Oma sedang tidak baik untuk mendengarkan hal-hal yang juga kurang baik. Termasuk mereka para pengawal, jika
Baca selengkapnya
Oma Berkunjung
 Rayyan menerima panggilan dari Oma, mendadak mengatakan akan berkunjung ke rumahnya. [Ini hanya untuk silaturrahmi, Rayyan. Lagian aku begitu mencemaskan keadaan Tuan Williams, ingin mengetahui bagaimana keadaannya] Suara Nyonya Mellany begitu lembut, hingga siapapun yang mendengarnya, mungkin mereka akan berpikir wanita itu adalah tipe orang yang penuh dengan kasih sayang.  Rayyan berpikir sejenak sebelum menjawab. Dia menatap pada Gea dan ayahnya, dalam panggilan yang dispeaker, mereka juga ikut mendengar. Tuan Williams mengangguk, tapi tidak dengan Gea. Rayyan tidak terlalu peduli dengan hal itu, bila Tuan Williams mengangguk, berarti ada alasan yang tepat untuk melakukannya. Dan Rayyan menerima hal tersebut."Baiklah, kapan Oma akan tiba?" tanya Rayyan setelah memutuskan.[Nanti malam] Suara Oma langsung terdengar begitu bersemangat. Pembicaraan singkat tersebut membuat Gea cemas, bagaimana jika keberadaannya di sini akan diketahui. Ba
Baca selengkapnya
Ayah Meminta Cucu
 Tuan Williams termenung di taman, masih ia ingat bagaimana semalam Nyonya Mellany mengutarakan semua perasaannya. "Tuan Williams, apakah mendiang suamiku berhutang terlalu banyak pada anda? Kenapa bayarannya adalah cucuku?" Dahulu, memang Tuan Williams dan Tuan Kumar pernah terikat kerja sama. Tapi bukan berarti ada hutang budi antara keduanya. Bukan hutang budi, tetapi janji yang telah mereka tautkan, agar kelak, dua keluarga bisa menyatu dalam pernikahan. "Ayah, sedang apa?" tanya Gea mendekat. Dia datang dengan membawa secangkir teh dan sepiring buah yang diiris dalam mangkuk kaca. "Udaranya begitu sejuk, Ayah hanya ingin duduk dan menikmati.""Bagaimana jika dengan membawa ayah jalan-jalan?" tawar Gea.  Tuan Williams tersenyum. "Apa kau tidak lelah setiap hari harus mendorong kursi roda, Ayah?" Tuan Williams merasa tidak enak hati pada apa yang dilakukan Gea, pun tidak kuasa untuk menolaknya. "Buka
Baca selengkapnya
Ancaman
"Kita sudah melangkah sejauh ini, Rayyan. Dan kerjasama kita hanya sampai di sini saja," kata Tuan Keano. Mereka bertemu untuk yang terakhir kalinya hari itu.  Memang pada awalnya Tuan Keano sudah mengatakan pada Rayyan, jika kerja sama mereka hanya sampai pada terbongkarnya kejahatan Bibi Andini dan Bibi Meyli. "Mengapa keakraban kita hanya sebatas pekerjaan saja, Tuan Keano?" tanya Gea yang juga berada di tempat yang sama. Seakan dia merasa tidak rela untuk berpisah dengan pria tersebut. "Iya, Tuan Keano. Kami sangat berharap akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan anda kembali," timpal Rayyan. Sejujurnya Rayyan merasa suka menjalin hubungan dengan pria itu.  Tuan Keano tersenyum sekilas. "Jangan bersikap terlalu berlebihan, Gea, Rayyan. Meskipun ini telah selesai, tetapi tidak ada penyelesaian dalam sebuah hubungan hanya dengan perpisahan.""Apa maksud anda kita akan tetap berhubungan?" tanya Gea memastikan. "Saya
Baca selengkapnya
Tingkah Rayyan Di Pagi Hari
  Elle baru saja keluar dari kamarnya, suasana sepi membuatnya bosan. Lantas dia memilih keluar dengan berjalan-jalan di sekitar. Rasanya seperti mimpi dirinya bisa kembali lagi ke rumah itu. Elle tersenyum, menyadari kini satu masalah telah usai. Dirinya tidak harus bersembunyi lagi seperti yang sudah-sudah. Namun, tiba-tiba senyuman Elle menjadi pudar ketika ia bertemu dengan Citra. Elle menatap Citra dari kejauhan, gadis itu sedang duduk sendirian. Kepalanya mengarah lurus ke depan."Aku begitu penasaran kenapa Citra tidak bisa mengingat semuanya. Aku harus bertanya lebih banyak padanya," gumak Elle. Lantas dia pun mendekati Citra. "Kau sedang apa di sini, Citra?" Citra tersentak dengan memegang jantungnya. "Elle, kau mengagetkanku," gerutunya kesal.  Elle tersenyum dan mengambil tempat duduk di samping Citra. "Bagaimana keadaanmu sekarang, Citra?""Apa aku terlihat sakit. Aku tidak suka dengan pertanyaan semacam itu."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status