Semua Bab Inheritance: Bab 11 - Bab 20
141 Bab
Kastil Tua Tersembunyi
Dalam matanya yang tertutup, Ken melihat kastil tua tersembunyi di suatu tempat yang dikelilingi lautan. Suara jeritan memekikkan yang dia dengar terasa begitu nyata. Ken memandang Jani dengan penuh kekawatiran.“Apa yang akan kita berdua hadapi kelak? Melihat dalam pikiranku saja sudah terlihat menyeramkan. Aku harap bisa menjagamu selamanya.” Ken memberanikan diri mengelus rambut Jani yang menutupi wajahnya.Di tempat lain terdapat sebuah pulau kecil yang terlihat gelap dengan suara lolongan serigala yang menyeramkan. Tempat itu dikelilingi awan hitam hingga tidak bisa dilihat oleh siapapun. Sebuah kastil tua berdiri ditengah dengan tembok tebal yang menjadi pagarnya.Terlihat berjajar sosok tubuh manusia memakai jubah panjang bertudung mengelilingi tempat itu. Mereka berpostur tinggi dan juga berbadan besar melebihi ukuran manusia biasa.Didalam kastil terdapat beberapa orang yang juga bertudung hingga menutupi seluruh wajah dan juga badann
Baca selengkapnya
Pelajaran Olah Raga
Jani menatap ujung ruangannya yang gelap. Matanya tak berkedip beberapa saat. Ken terlihat panik dengan jantungnya yang berdebar kencang.“Dia pasti akan sangat marah sekali setelah ini,” batin Ken yang terdiam menunggu reaksi Jani.Tidak lama mata Jani mulai berkedip. Kedua tangannya mengusap wajahnya dengan pandangan yang menunduk.“Aku pasti bermimpi. Tidak mungkin malam-malam begini aku mendengar suara Ken seolah dia ada didepanku. Hah, pikiranku pasti sudah tidak waras,” ucap Jani yang kembali menarik selimut. Matanya kembali terpejam. Ken masih saja tidak bergerak. Dia mulai menghitung waktu menunggu Jani benar-benar terpejam.“Huf, hampir saja aku ketahuan. Aku pikir malam ini adalah malam terakhir aku berjaga di kamarnya. Jika saja dia tahu, pasti akan terjadi gempa di rumah ini, hehe,” batin Ken yang mengelus-elus dadanya. Dia menjaganya hingga fajar dan kembali ke kamarnya.Mereka berdua bangun pagi kar
Baca selengkapnya
Mengajak Kencan
Jani masih mendekap erat tubuh polos Ken. Setelah beberapa saat, dia tersadar dan mengendurkan pelukannya. Tangannya masih menyentuh dada Ken yang terlihat bidang dan kekar. Pandangannya menunduk karena malu.“Lebih baik kita ke kantin dan duduk tenang sambil makan sesuatu. Aku sangat lapar sekali,” ucap Dom yang membuyarkan rasa canggung Jani dan Ken.“Ayo, Jani!” Mel merangkul Jani mengajaknya ke kantin mengikuti Dom dan Gil yang berjalan duluan.Ken mengikuti masih tanpa kaosnya. Mereka memasuki kantin yang telah beraktifitas seperti semula setelah mematung beberapa waktu. Semua mata para gadis menatap ke arah Ken.“Hai, Ken. Kau terlihat semakin keren,” ucap salah satu gadis dengan menggoda. Ken membalas dengan tersenyum. Seorang teman Ken melempar tas kearahnya dengan jarak yang lumayan jauh.“Ken, tasmu!” Dia berlari lalu menaiki kursi dan melompat untuk menangkap tasnya. Saat tas sudah diraihny
Baca selengkapnya
Makan Malam Romantis
Jani segera keluar dari mobil saat tiba di depan rumahnya. Dia meninggalkan Ken dengan penuh kebingungan. Merasa tidak terima dengan perkataan Jani, Ken segera menyusulnya.Pemuda tampan itu berjalan mendahului Jani dan menarik tangannya.“Katakan dulu apa maksudmu? Jangan mempermainkanku seperti ini!” Ken mendekatkan wajahnya dengan menatap sangat tajam kepada gadis yang ditariknya.“Mengantri, Ken. Sudah ada tiga pria yang memintaku menjadi teman kencannya untuk pesta kelulusan nanti. Itu belum termasuk kamu. Dan aku juga belum memutuskan dengan siapa aku akan pergi.”“Lalu untuk apa kau mengatakan pada gadis itu jika kita akan pergi bersama jika kamu belum tentu pergi denganku?” tanya Ken dengan semakin mendekatkan wajahnya ke Jani.“Memangnya kenapa jika aku ingin mengatakan itu? Apa kau marah?” tanya Jani dengan menantang.“Ya, aku sangat marah. Karena kau sudah mengatakannya, maka s
Baca selengkapnya
Pengumuman Kelulusan
Ken segera meninggalkan Jani yang masih penuh tanda tanya. Dia masuk ke sembarang ruangan lalu bersembunyi. Jani yang sadar dengan ucapan Ken, segera menyusulnya.“Ken, dimana kau? Apa maksud ucapanmu barusan?” teriak Jani. Gadis itu tidak menemukannya dimanapun. Jani melihat pita pembatas yang hampir dia langgar. Dengan kesal dia masuk ke dalam kamarnya.“Aku pikir dia berubah menjadi manis. Tapi ternyata masih saja menyebalkan.” Jani mengambil headset nya lalu menyalakan musik. Badannya bergerak dengan  gemulai mengikuti alunan musik yang didengarnya.Ken ternyata berada di kamar Mel bersama ketiga pengawalnya yang duduk di depannya.“Tadi adalah drama terbaik yang aku lihat sepanjang hidupku. Bagaimana kalian membuat kelopak bunga terbang lalu jatuh tepat di atas kalian?” tanya Dom.“Bunga? Bukankah itu kerjaannya kalian? Aku tidak menyangka kalian bisa membuat efek sekeren itu,” jawab Ken yan
Baca selengkapnya
Aku Mencintaimu
Ken tersenyum mendengar ucapan Jani bahwa dia mau pergi bersamanya saat pesta kelulusan nanti. Dia mengulurkan tangannya ke arah Jani. Gadis itu langsung menerima uluran tangannya. Bel tanda jam sekolah berakhir berbunyi dengan keras. Semua siswa keluar dari gedung untuk segera kembali ke rumah masing-masing.Petugas kebersihan sibuk merapikan halaman sekolah yang berantakan akibat angin yang berhembus kencang. Ken dan Jani segera masuk ke mobil setelah Dom membawakan tas mereka. Terlihat Fred mengemudikan mobil dengan lebih kencang dari biasanya.Bi Inah modar-mandir di teras rumah. Dia menunggu kedatangan semua orang.  Setelah satu jam menunggu, akhirnya mereka datang. Bi Inah terlihat begitu lega dan langsung memeluk Jani.“Apa kau baik-baik saja?” tanyanya.“Aku tidak apa-apa, Bibi,” jawab Jani.“Kalau begitu ayo, semua masuk ke ruang keluarga!” Bi Inah menggandeng Jani diikuti semua orang.Mereka
Baca selengkapnya
Wisuda
Jani yang melayang dengan matanya yang memandang sesuatu yang hanya dia yang bisa melihatnya, segera tersadar karena ucapan Ken. Matanya yang merah mengarah ke mata Ken. seketika semua menjadi gelap. Ken dan Jani kembali ke dunia mereka.Semua benda yang berterbangan jatuh ke bawah setelah angin tiba-tiba berhenti. Lampu yang padam menjadi terang kembali. Ketiga pengawal bersama Bi Inah dan Fred segera berlari memasuki ruang latihan. Mereka melihat Jani dan Ken masih belum sepenuhnya kembali.“Nona Jani, Tuan Ken. Apa kalian bisa mendengarku?” tanya Bi Inah.Ken tersadar dengan suara nafasnya yang terengah.“Hahhh, Jani sadarlah. Ayolah Jani,” ucap Ken yang memegang wajah Jani dengan panik.“Ken, apa aku sudah kembali?” tanya Jani tiba-tiba.“Iya, kau sudah aman. Kita semua ada disini.”Jani menatap Ken lalu melihat wajah semua orang yang disayanginya. Dia merasa lemas sehingga tak kuasa
Baca selengkapnya
Pesta Kelulusan
Jani terkejut dengan ucapan Ken. Dia baru menyadari jika sikapnya berlebihan.“Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa hatiku sangat sakit melihat Ken dengan gadis lain. Apa mungkin aku sudah mulai jatuh cinta padanya?” Jani bertanya pada dirinya sendiri.Perlahan dia melepaskan tangannya yang mencengkeram kerah Ken. Jani hendak berpaling, tapi Ken menariknya.“Kenapa kau begitu marah? Apa kau merasakan sesuatu kepadaku?” tanya Ken.“Aku ... tidak ada,” jawab Jani dengan gugup. Tiba-tiba salah satu guru memakai microphone untuk memberikan pengumuman.“Perhatian-perhatian, ada yang ingin Bapak bicarakan. Ini mengenai gedung tempat kita akan melaksanakan pesta. Bapak baru saja mendapat kabar bahwa gedung itu mengalami kebakaran dan tentu saja kita tidak bisa menggunakannnya.”“Huuuu,” teriak semua murid.“Karena semua tempat sudah penuh di hari pesta kita, mungkin kalian bisa
Baca selengkapnya
Kekuatan Jani
Ken segera membungkam mulut Jani yang mengucap nama Cela dengan sedikit keras. Dia menariknya untuk bersembunyi."Stt, pelankan suaramu. Kau tidak ingin mereka melihat kita' kan?""Teganya Dom melakukan itu kepada temanku," ucap Jani dengan kesal."Sepertinya temanmu itu yang menginginkannya. Kita tahu bagaimana Dom, bukan," Ken dan Jani pergi menjauh."Prang!" suara piring jatuh ke lantai karena Cela dan Dom bergulat di atas meja makan. Desahan mereka  tidak terdengar saat Ken menutup pintu dengan perlahan.Jani berjalan dengan cepat, Ken berusaha mengikutinya."Jani, tunggu. Jangan marah seperti ini. Ini adalah malammu, seharusnya kau merasa senang," ucap Ken."Dan kau telah merusaknya dengan bertingkah konyol.""Itu tidak akan terjadi jika kau tidak berdansa dengan cowok itu. Apa hebatnya sih, dia?""Apa kau bilang? Aku bebas berdansa dengan siapa saja yang aku mau dan kau tidak berhak ikut campur."
Baca selengkapnya
Mimpi Jani
"Ratu Putih, kau kah itu?" "Iya, Jani. Aku menunggumu begitu lama. Kau telah lulus ujian dari kekuatan magic book dan membawamu menemuiku," ucap Ratu Putih dengan lembut. Tangannya yang dingin membelai lembut wajah Jani dan memeluknya."Aku sangat takut, Ratu," ucap Jani manja. Dia begitu nyaman berada di dekapan Ratu itu."Apa yang kau takutkan? bukankah kau memiliki semua yang kau butuhkan untuk menghadapi takdirmu?"Jani menatap dengan tidak mengerti."Mereka semua menyayangimu. Hatimu yang tulus dan juga ikatan cinta yang kuat akan mengalahkan segalanya. Ingatlah itu selalu. Aku akan menuntunmu setiap saat," bisik Ratu itu yang tiba-tiba menghilang.Pandangan Jani tiba-tiba menjadi gelap. Dia seperti tertarik ke sebuah tempat. Dalam hitungan detik Jani mulai mendengar suara seseorang yang dia kenal."Jani, sadarlah. Kau harus sadar," Ken memegang tangannya. Dia telah berada di kamar gadis itu untuk menjaganya selama beberapa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status