Semua Bab Istri Ke-4 Tuan Tanah: Bab 21 - Bab 30
84 Bab
Hadiah pertama Ratih
Ratih tersenyum menyambut kepulangan ibunya. Segera membuatkan minuman hangat dan duduk di bawah kaki ibunya untuk memijit kaki ibunya, “Bu, Pak, Ratih bahagia di sana, Mas Prapto sangat sayang dengan Ratih, jadi Ratih mau Ibu dan Bapak sehat terus. Ratih akan sering ke sini, tapi Ratih tetap harus pulang besok pagi, Mas Prapto banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggal lama.”Prapto yang juga di ruangan itu, hanya melihat betapa berbaktinya Ratih pada orang tuanya, tapi semua yang dilakukan sudah terlambat. Prapto tak akan mencerai Ratih apa pun yang terjadi.Ratih menoleh ke bapaknya, anggukan itu sangat melegakan, dan dia pun kembali menoleh ke ibunya.“Hanya satu pesan Ibu, Nduk ayu. Jangan membangkang dengan ucapan suamimu, hati-hati, dan seringnya berkunjung. Dengan begitu Ibu dan Bapak jadi tenang.” Diusapnya kepala putrinya, dia kemudian menoleh ke Prapto, “Maturnuwun kalau Ratih diperlakukan dengan baik di sana.” Mengangguk, tak ada hal yang janggal dan itu seolah meyakinkan
Baca selengkapnya
Satu rahasia
Hari berganti, Prapto mengajak Ratih pulang setelah sarapan, “Apa kamu senang?” tanya Prapto. Dokar biru yang ditumpanginya sangat nyaman, sehingga saat kuda berlari cepat, tak ada guncangan yang mengganggunya.Ratih mengangguk, “Maturnuwun, Mas Prapto. Kupikir setelah Mas Prapto menikahiku, tak mungkin aku bertemu dengan orang tuaku lagi.”Prapto terkekeh, “Aku tak sejahat itu.”“Tapi kenapa Mas Prapto tidak pernah ke orang tua mbak Sumi, mbak Iis, juga mbak Fitri? Apa aku yang masih baru sampai tidak tahu agenda Mas Prapto?” tanya Ratih.Inilah yang disukai oleh Prapto, Ratih sangat lugu, masih murni sebagai seorang istri. Tak ada saingan yang terlihat kentara, seperti istri lainnya, dan karena itulah Prapto seolah memiliki teman. “Jujur saja, aku malas, Sumi orang tuanya sudah tiada, tinggal adiknya dan adiknya yang datang ke rumah, Iis tak pernah mau pulang ke rumah, katanya dia akan semakin repot kalau pulang, tuntutan orang tuanya sangat tinggi, dan aku paham dengan apa yang Iis
Baca selengkapnya
Teriakan Ratih
Mbok Jum kaget dengan teriakan itu, “Aku?” Tak mengerti kenapa Fitri yang baru datang begitu berani menentangnya padahal selama ini semua penghuni rumah ini tahu kalau dirinya adalah pengasuh Prapto dari kecil. Tak ada yang berani menentangnya meski tetap menjadi kepala pelayan saja di rumah besar ini.Fitri menyahut serbuk jamu di tangan Sumi dengan cepat dan melempar ke mbok Jum, tak peduli saat buntalan serbuk jamu itu mengenai wajah mbok Jum. “Kamu tahu itu apa, Mbok Jum? Kalau tidak tahu aku bisa memberitahumu.” Ucapnya penuh dengan penekanan.Sumi ikut berdiri, menahan tangan Fitri agar tak berseteru di kamarnya, “Istirahatlah, Fitri. Kamu baru datang, kamu lelah, biarkan aku yang menyelesaikan semuanya, percayalah padaku.”Fitri hanya melirik Sumi dari ekor mata. Ucapan itu ada benarnya, dia tak boleh gegabah untuk menangkap dalang semua perbuatan ini, jadi Fitri menepis tangan Sumi yang memegangi lengannya, “Aku ke kamar dulu, Mbak Sumi.” Hanya melewati mbok Jum begitu saja. D
Baca selengkapnya
Cucuk menusuk
“Kelinciku?!” Ratih kaget. Dilihatnya ke empat kelincinya kaku di kandang, dia segera membuka pintu kandang dengan kasar, masuk serta menggendongi semua kelincinya satu per satu, tak ada yang masih hidup atau bahkan bernapas lemas. “Kelinciku!!” teriaknya sambil menangis, meraung beberapa kali hingga tubuhnya semakin lemas dan bergetar hebat.“Ratih?!” Prapto mendekat, Ratih sudah terduduk di tanah, dia terus mendekat dan menyentuh pundak Ratih.“Kelinciku, Mas. Kelinciku mati semua, Mas. Kelinciku mati! Aku yakin mereka sangat sehat saat aku akan berangkat ke rumah ibu, tapi mereka sudah mati semua, Mas. Bagaimana bisa? Aku yakin mereka sehat, Mas. Aku yakin! Aku yakin, Mas” Ratih terus menangis, hatinya sangat sedih melihat kenyataan ini.Prapto yang tidak tega segera menarik Ratih ke pelukan. “Ssssttttt! Sudah, jangan menangis.” Diusapnya punggung Ratih. Gadis kecil yang diubahnya menjadi wanita ini, terlihat begitu menyedihkan saat seperti ini.“Mereka mati, Mas. Mereka mati.” Rat
Baca selengkapnya
Gelombang antar istri
Fitri tersenyum, “Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Mbak Iis.” Fitri berdiri, dia akan kembali ke kamarnya saja.“Apa kamu ke sini hanya untuk mengatakan itu? Aku akan menjawab dengan hanya aku yang tahu mana yang terbaik untukku, kita bukan siapa-siapa, Fitri. Aku hanya ingin mencari aman dengan memiliki anak, jadi jangan mengajakku berperang atau kamu yang akan kalah.” Iis mengatakannya agar Fitri tahu batas diri.Fitri yang hanya menolehkan kepala tanpa badan, “Aku hanya ingin tahu apa yang kamu lakukan kemarin, tapi sepertinya kematian kelinci Ratih bukan karenamu, jadi karena itulah aku pergi.” Fitri pun melanjutkan langkahnya, tapi dia berhenti dan menoleh kembali ke Iis, “Satu lagi, soal anak, aku, kamu, mbak Sumi, atau bahkan Ratih, bagiku tidak ada bedanya. Semua hanya untuk kebahagiaan kakang Prapto saja.” Fitri benar-benar meninggalkan Iis saat ini. Dia tak ingin berdebat, ini adalah hari pertamanya tiba setelah menginap di rumah orang tuanya, Fitri tak ingin membuat ma
Baca selengkapnya
Cerita menjijikkan
Sumi di kamarnya, pelayan pribadinya tengah memijat kakinya saat ini, “Aku sangat kesal, bagaimana bisa mbok Jum seolah memperlihatkan kekuasaannya di depanku, memangnya siapa dia?” keluh Sumi.Pelayan itu tersenyum, “Mbok Jum ingin njenengan marah lalu aden Prapto tahu, dengan begitu nama njenengan akan buruk, dan mbok Jum tetap baik di depan aden Prapto.”Sumi mengangguk, “Ya, kamu benar. Besok pagi cari kebayaku yang dari kain sutra, bordirannya halus, dengan benang emas di dada. aku ingin semua orang, bahkan tamu kakang Prapto mengakui kalau akulah istri yang paling cantik di rumah besar ini.” Sumi tertawa. Sejenak menyenangkan dirinya sendiri tak salah, kan? Setelah lelah di kakinya hilang, Sumi pun menyuruh pelayannya agar pergi, dia ingin istirahat cukup agar wajahnya terus berseri sepanjang hari.***Hari berganti, rumah besar ini lebih sibuk dari biasanya, meski sarapan tetap berjalan seperti biasa, tapi kesibukan semua pelayan dan pekerja pria kentara sekali.Prapto menoleh
Baca selengkapnya
Di kamar Prapto
Prapto mengangguk, “Kita hanya membicarakan masalah besok, kamu memiliki ide?” tanya Prapto sambil tersenyum ke Sumi.Fitri ikut tersenyum juga. Meski terkejut dengan jawaban Prapto, dia mulai berpikir kalau Prapto juga menyembunyikan sesuatu dari Sumi.“Aku dan mbok Jum baru saja mengurus kebaya dan surjan yang harus dikenakan besok, apa temanmu akan menginap? Aku akan menyiapkan kamar yang paling dekat dengan taman, jadi dia akan betah karena banyak pekerja yang sibuk dan menarik perhatiannya nanti. Kita juga akan ke kebun saat—“ Sumi menghentikan ucapannya saat Prapto mengisyaratkan agar diam.“Siapkan saja semuanya, aku yakin kamu yang lebih tahu, aku percayakan semua padamu.” Ucap Prapto. Sumi yang terlalu senang ternyata memeluknya, Prapto pun menepuk punggung Sumi.“Maturnuwun, Kakang. Aku akan menyiapkannya sekarang.” Sumi pun pergi. Dia akan menyelesaikan apa yang sempat dia tinggalkan tadi.Fitri tersenyum. Sumi seolah tak menyadari kalau Prapto baru saja mengusir secara hal
Baca selengkapnya
Diperkosa suami
Prapto menyeringai, “Kenapa, Ratih? Aku tidak boleh masuk? Bukankah ini rumahku meski kamu yang menempati kamar ini?” terkekeh, dia tahu kalau Ratih sedang marah saat ini.“Kenapa Mas Prapto ke sini?” tanya Ratih ketus. Dia menatap Prapto tanpa takut sedikit pun.Prapto mendekat ke Ratih, rambut itu hitam legam, tak ada sehelai uban pun di sana. Prapto mengulurkan tangan untuk mempermainkan rambut itu. Ratih yang membuang muka, malah membuatnya tertawa, “Aku hanya penasaran, tadi siang kamu sangat berani, aku jadi tidak sabar untuk dilayani. Kemarilah!” Prapto dengan percaya diri melepas surjan yang dia kenakan.“Menjijikkan.” desis Ratih, “Ke luar dari kamarku!” usirnya sambil menunjuk arah pintu.“Tentu saja. Setelah kita menyelesaikan ini, Sayang.” Prapto malah semakin maju.Ratih, tentu saja dia berontak, dia terus menepis tangan Prapto yang berusaha menggapainya. Apa daya tetap Prapto yang menjadi pemenang, dia terlentang di ranjang dengan Prapto tepat di atas dadanya. Milik Prap
Baca selengkapnya
Di tengah padang
Semua pertempuran baru saja selesai. Ratih yang tampak terkelepai di bawahnya, Prapto hanya memberi kecupan singkat di kening, “Malam yang luar biasa, Ratih. Tak salah aku menjadikanmu istri ke empatku.” Terkekeh. Segera turun dari ranjang, mengenakan jarit dan surjannya, serta kembali ke kamarnya untuk beristirahat.Ratih yang hanya lemas meski tetap tersadar, turun juga, memunguti semua kebaya dan apa pun yang tadinya dia kenakan, lalu ke kamar mandi. Sengaja dia merendam tubuhnya agar semua jejak Prapto hilang, terbilas oleh air yang pastinya akan dia buang besok.***Pagi ini, sengaja Ratih mengenakan kebaya hitam, seolah ingin mengabarkan dia sedang berkabung. Bukan atas kematian, tapi karena dirinya yang hidup bak mayat di rumah besar nan penuh kemewahan ini.“Kamu tidak punya kebaya yang lebih bagus?” tanya Sumi. Dia baru saja mengambilkan sarapan untuk Prapto.“Semua tergantung selera, semua benda akan bagus di mata yang tepat.” Ratih ikut mengambil sarapan juga.“Jangan sampa
Baca selengkapnya
Hutang lunas
Prapto tersenyum lebar, baru semalam dia membuat Ratih mengakui kekalahannya, dan saat ini Ratih malah memberinya kebahagiaan yang tak terkira. “Selamat atas kehamilan istrimu, Kang Prapto.” Bima mengulurkan tangannya. Prapto terkekeh, “Ini keajaiban.” Terus tertawa, tapi dia enggan mendekati Ratih. Ada Bima, tak mungkin dia mengacuhkan temannya ini. “Ndoro Ratih kenapa tidak juga sadar?” tanya pelayan pribadi Ratih. Pertanyaan itu sangatlah tidak pantas, Prapto menoleh, hanya ingin tahu siapa yang bertanya begitu, tapi ada yang lebih menarik dari pandangan, orang yang dia tahu adalah pelayan pribadi Ratih itu, ternyata tak memakai cunduk di sanggul, bibirnya tersenyum, dia tak jadi mencari gara-gara, lebih suka mengajak Bima ke luar, “Kita ke kandang lagi saja.” “Kakang, tidak ingin menemani istri Kakang?” tanya Bima yang saat ini berjalan kembali ke kandang. Prapto menggeleng, “Banyak orang di rumah, mereka akan mengurus Ratih dengan baik.” Prapto sedang bahagia meski belum ing
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status