Semua Bab Un-Desirable Marriage: Bab 51 - Bab 60
105 Bab
51. Lanjutkan di Rumah?
[Bab ini berisi scene Maritza terlebih dahulu, barulah tentang Thalia-Jose] Happy reading!! Tanpa mereka sadari, Maritza sudah berbaur di antara para tamu. Dan begitu Jose dan Thalia masuk ke dalam labirin, gadis itu muncul untuk mendekati Austin. Hanya tatapan dingin Austin yang didapat Maritza saat gadis itu mengajaknya bersalaman dan mengutarakan maksud kedatangannya. Tangan mapan Austin tidak terangkat sedikit pun untuk menyambut tangan Maritza. “Aku datang atas utusan kakakku mengenai proyek resort di Selatan Bacallar. Seperti yang kita ketahui, proyek itu jatuh ke tanganmu, Austin. Karena itulah, aku mau memberi penawaran. Biar kami yang kerjakan, keuntungannya kita bagi dua.” Sepasang mata dingin Austin menatap Maritza. Tetapi dia masih diam tanpa kata dan menyesap wine nya satu kali barulah dia berbicara. “Aku tidak membicarakan bisnis di acara seperti ini.” Maritza tersenyum. “Kalau begitu kutunggu di La Galuna. Tanyakan saja
Baca selengkapnya
52. Boleh Aku Mengklaimmu?
  Di La Galuna, hotel bintang 4 di Bacalar, Maritza mempersiapkan dirinya di sebuah kamar. Dia menyemprotkan parfumnya di kamar itu, juga di ranjang yang akan dia pergunakan. Parfum yang beraroma campuran dari sandalwood serta kayu manis ini dipercaya bisa meningkatkan gairah siapa saja yang menghirupnya. Maritza sendiri juga sudah terjebak pada efek parfum itu. Dan karena itulah, Maritza merasa tak sabar menanti Austin dan hendak memberikan pertama kalinya pada pria itu. Maritza membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dan mengurai rambut pirangnya yang tidak panjang agar terlihat berantakan di atas kasur. Dia juga menurunkan sebelah tali bahu gaunnya dan mengangkat rok gaunnya hingga menyingkap pahanya yang mulus dan ramping. Maritza menggerak-gerakkan kedua tangannya ke atas dan ke bawah, merasakan lembut dan dinginnya seprai ranjang yang dia tempati. Tak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu. Maritza berkata dengan s
Baca selengkapnya
53. Kemesraan Dua Insan
[Seperti bab2 sebelumnya, bab ini berisi scene Maritza baru kemudian Thalia-Jose] Happy reading!! "Mom, tolong aku. Aku La Galuna kamar 404. Cepat mom, tapi jangan beritahu Pap." Maritza dengan terpaksa mengirimkan pesan itu pada ibunya meskipun saat itu tepat berada di tengah malam buta. Pria yang telah memerkosanya langsung pergi begitu saja saat selesai dengannya. Dan Maritza hanya bisa menangis menyesali nasibnya. Dia menyesali keputusannya. Dia menyesali kebodohannya. Fernando telah mengingatkannya untuk tidak macam-macam, dan sekarang dia baru merasakan sendiri kekejian seorang Austin. Selama ini dia hanya mendengar rumor bahwa Austin memang diam, tetapi dia keji. Siapa saja yang berani mengganggunya tidak akan segan-segan dia habisi, walau bukan dalam artian membunuh. Dan sekarang, Maritza sudah merasakannya. Padahal selama ini, dia tidak pernah percaya setiap kali mendengar rumor tentang Austin. Nasi sudah menjadi bubur. Kehorm
Baca selengkapnya
54. Apa Arti Gairah Ini?
 Thalia tersenyum pada Jose menutupi rasa hatinya yang berdegup kencang. Dipandanginya pria itu yang sudah polos dan seluruh tubuhnya berdesir deras.‘Oh, apakah arti segala rasa ini?’ Hati kecilnya terus bertanya.Jose mulai merangkak dan menaunginya. Tangan pria itu langsung menyelinap ke balik bajunya dan meloloskan lembaran kaos itu dari kepala Thalia.Thalia membiarkan semua itu dan memandangi Jose lekat-lekat. Seraya Jose meloloskan celana pendeknya, kemudian celana dalamnya, Thalia tetap tak berpaling dari wajah itu.Aneh rasanya, jika dulu dia selalu menatap wajah itu dan melihat sosok yang liar, urakan, dan kasar, kini yang tertangkap di matanya adalah sosok Jose yang begitu jantan, gagah, dan tampan.Ya! Dia semakin tampan di mata Thalia sekarang. Sekalipun ketampanannya tidak sebanding dengan Phillio dan Austin yang bagai pahatan sempurna seorang pria, tapi Jose memiliki aura bebas dan maskulin yang tidak dimilik
Baca selengkapnya
55. Berfantasi Tentang Jose
 “Lagi-lagi kau pulang larut! Apa sebenarnya maumu?!”Sudah ke sekian kalinya, Fernando pulang saat telah larut malam. Terkadang hari sudah berganti meski fajar belum menyingsing. Dan Gabriella sudah tak tahan lagi.Dia berdiri di samping ranjang dengang kedua tangannya terlipat di depan dada.Dipandanginya wajah Fernando yang terlihat merah. Dasi di kerah kemejanya tampak miring. Bahkan rambut pendeknya pun tampak berantakan.Fernando balas menatap istri cantiknya itu dengan pandangan tak fokus.“Aku baru pulang. Dari mana tadi ya? Kenapa aku sudah lupa?” jawabnya yang terdengar asal-asalan.Langkah kakinya juga terlihat gontai dan tak mantap.“Oh, kau mabuk?” tanya Gabriella tak percaya. Dia sangat benci jika Fernando mabuk. Sudah pernah beberapa kali dia katakan itu, tapi sepertinya Fernando tidak menggubrisnya.‘Oke! Kita lihat saja!’ kata Gabriella dalam hatinya
Baca selengkapnya
56. Berfantasi Tentang Jose (II)
  “Aaaarrrgggghhh!!!!” Gabriella berteriak frustrasi sambil dia mengacak-acak rambutnya. Ditatapnya Fernando yang tertidur di bawah himpitan tubuhnya, dia semakin kesal. Setelah beberapa lama mencoba memuaskan diri sendiri memanfaatkan Fernando yang tertidur, Gabriella masih juga tidak bisa meraih klimaksnya. Dia kesal, dia frustrasi. Dan akhirnya dia memukuli wajah Fernando dengan bantal, kemudian menuju kamar mandi. Dia membasuh wajahnya dan menatap bayangannya yang menyedihkan di cermin. Wajah kusut, napas memburu geram, raut jutek kurang bahagia, itulah yang dilihatnya di pantulan kaca itu. Gabriella rasanya ingin menghantam cermin sampai pecah jika bukan karena takut tangannya terluka. Hanya saja, Gabriella tak habis pikir, bagaimana bisa Thalia sebahagia itu? Dia mengenal Thalia sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Rumah mereka yang tidak terlalu jauh, membuat keduanya sering pulang sekolah bersama. Mereka
Baca selengkapnya
57. Pengakuan Fernando
Keesokan paginya, Mrs. Milly dan Maritza telah terlihat rapi saat Gabriella turun dari kamarnya. Adanya dua koper di samping sofa tempat mereka duduk-lah yang membuat Gabriella jadi terheran-heran.“Mom? Maritza? Kalian mau ke mana?” tanyanya sambil mengambil duduk di samping Maritza. Mrs. Milly di depannya.Max yang ada di samping istrinya langsung bangun. “Aku ke kantor duluan. Kalian hati-hati. Sampai di sana telepon aku, Sayang.”Pria itu mengecup pipi Mrs. Milly kemudian memeluk Maritza. Setelahnya, dia keluar menuju pekarangan tempat mobilnya diparkir.Gabriella kembali bertanya, “Mom? Kalian mau ke mana?”Mrs. Milly terlihat gelisah, juga Maritza di samping Gabriella. Setelah mempertimbangkan sesaat, Mrs. Milly akhirnya memberitahu Gabriella semua yang telah dialami Maritza.Gabriella terkejut setengah mati. Dia tak menyangka jika adik iparnya mengalami kejadian semengerikan itu.“Lalu
Baca selengkapnya
58. Cemburu
 Jose masuk ke rumahnya dengan tubuh berdebu. Dia baru saja membersihkan pick upnya juga mencaritahu adakah mesin mobilnya yang perlu diperbaiki.Setelah semuanya beres, pria itu memasuki kamar mandi dan membersihkan diri. Air showernya terdengar menderu membasahi tubuhnya.Setelah semuanya bersih, Jose keluar dari kamar mandi dan mengambil selembar celana pendeknya dari lemari.Dia pun mengitari rumah mencari istrinya.Thalia sedang berada di ruang kerja, berkutat dengan maket yang telah dibuatnya sejak beberapa hari belakangan ini.Dengan mengendap, Jose menghampiri Thalia dan memeluk istrinya itu dari belakang.“Aw!” pekik Thalia terkejut akan tangan kekar Jose yang tiba-tiba melingkari pinggangnya.“Sibuk sekali istriku ini. Sudah sarapan belum?” tanyanya dengan suara rendahnya dan gigitan kecil di daun telinga Thalia.“Aduuh! Geli, ah!” Thalia tertawa seraya tetap sibuk mema
Baca selengkapnya
59. Kegilaan Gabriella
 Jose menjalankan pick upnya kembali menuju ke Bacallar. Tetapi hatinya resah. Kenapa Thalia langsung bertemu dengan Stuart begitu dia tiba di kampusnya? Apakah selama ini mereka memang kerap bertemu setiap kali Thalia ke kampus? Karena selama ini setahu dirinya, Thalia ke kampus dua sampai tiga kali dalam seminggu. Itu berarti sebanyak itu juga dia bertemu Stuart?Jari jemari Jose mencengkeram kemudi pick up nya dengan geram. Dia merasa ingin meninju pemuda bernama Stuart tadi, terlebih lagi bocah tengik itu menyentuh pundak Thalia. Apa-apaan dia berani menyentuh istrinya!Karena kesal, Jose memutar arah mobil dan kembali ke kampus Thalia. Dipandanginya halaman depan kampus yang tidak seramai tadi, mencari keberadaan Thalia. Tetapi, tidak ada lagi Thalia di sana.Dipukulnya kemudi mobil. Dia juga mengusap kasar rambutnya dengan pikiran kacau ke mana dia harus mencari keberadaan Thalia. Sedangkan saat itu baru pukul 10 lebih. Masih lama hingga tiba
Baca selengkapnya
60. Milik Siapa?
[Beberapa jam sebelum menjemput Thalia di kampus] Jose memukul setir mobilnya saat kembali ke halaman depan kampus Thalia tetapi tidak menemukan istrinya lagi di sana. Sepasang matanya sudah menjelajah setiap sudut halaman kampus itu, tetapi tidak ada lagi sosok Thalia, juga Stuart. Dengan perasaan kesal dan kacau, Jose pulang ke Bacallar. Tapi bagaimana dia bisa tenang memikirkan 4 jam ini Thalia akan bersama Stuart? Saat tiba di rumah, Jose turun dari pick up dengan membanting kuat pintu mobil. Dia mengacak rambutnya kemudian masuk ke dalam rumah. Dalam kekalutannya, Jose menuju kamar mereka dan berdiri di depan jendela kamar yang dibiarkan terbuka setiap harinya. Jose menyukai suasana rumah yang berangin. Jadi, setiap jendela di rumah mereka, dia biarkan terbuka lebar agar angin leluasa keluar masuk rumah. Masih dengan hati yang gelisah, Jose mengeluarkan rokok dan membakarnya. Dia tahu Thalia bukanlah tipe wanita yang mudah bermain lelaki. Bukan pula tipe yang ganjen. Tetap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status