Semua Bab You're My Destiny: Bab 41 - Bab 50
93 Bab
Part 41, Kecurigaan Windi
Perasaan tidak enak langsung menjalar di hati Windi.Namun, sebisa mungkin ia menahan diri agar tidak hilang kendali. Windi memutuskan untuk tetap fokus di hari pertamanya berkerja sebagai direktur Han Enterprise.Windi sengaja tidak mengumpulkan karyawannya untuk memperkenalkan diri, tapi langsung menyapa mereka di ruang kerjanya. Dengan begitu Windi bisa merasakan langsung bagaimana suasana kerja di perusahaan yang akan ia pimpin.Tepat pukul enam sore Windi berhasil menuntaskan agenda pertamanya. Setelah memastikan semua dokumen penting selesai ia tanda tangani, bersama Sekretaris Kim, Windi pun meninggalkan ruangannya untuk pulang.Saat jam istirahat tadi, Windi menyempatkan diri menghubungi Ny. Ko menanyakan perihal perawat pribadi Yoo-ill.Ny. Ko bilang, perawat itu bernama Kim So-hee, yang berkerja melalui jasa penyalur pengasuh dan baby sitter. Dia merupakan profesional yang sudah terlatih merawat pasien sakit.Namun, hati kecil Windi
Baca selengkapnya
Part 42, Terbongkar
Keesokan harinya, pukul tujuh kurang lima belas menit, Windi sudah selesai bersiap. Ia mengenakan busana semi formal berupa rok selutut warna hitam, dipadu dengan kemeja satin tanpa lengan, di bagian luar ia lapisi dengan blazer warna hitam. Seharusnya pada jam segitu Windi sudah berangkat ke kantor, tapi sesuai rencana ia memutuskan untuk menunda karena ia ingin menemui perawat pribadi Yoo-ill terlebih dahulu. Ia tidak bisa konsentrasi jika belum menuntaskan kecurigaannya. Windi berada di ruang kontrol, mengawasi kedatangan perawat itu lewat monitor CCTV di ruangan itu. Pukul tujuh tepat Windi melihat perawat itu datang. Ia melewati pintu gerbang, masuk melalui pintu samping, terus menuju ruang tengah, lalu menaiki tangga menuju kamar Yoo-ill. Windi keluar dari ruang kontrol, tidak lupa mengenakan maskernya, lalu bergegas menyusul perawat itu, dengan niat mencegatnya sebelum menemui Yoo-ill. "Kim So-hee-ssi," panggil Windi, saat ia melihat wa
Baca selengkapnya
Bab 43, Siasat Licik
Aroma apak langsung menyeruak saat pintu dibuka. Debu, kapang, dan lumut tampak menempel di banyak tempat. Di meja usang, buku-buku yang menumpuk, kardus-kardus yang tak beraturan, dan dinding kusam yang catnya sudah mengelupas. Ruang bawah tanah itu, tidak hanya sempit, tapi juga minim cahaya karena tidak ada ventilasi udara.Di tengah-tengah ruangan tak terawat itu, Vanessa duduk dengan tangan dan kaki terikat, serta mulut dilakban. Di belakangnya, dua orang pria bertubuh besar berdiri tegap dengan tatapan fokus.Tn. Han melangkah, lebih dekat dengan Vanessa yang menatapnya dengan sorot mata menantang."Jadi, kaulah orang yang telah menjebak Yoo-ill anakku?" tanya Tn. Han seraya berjongkok di depan wanita itu.Vanessa meronta, mengeluarkan suara lenguhan yang tak bisa dipahami. Namun, bisa ditebak dia pasti sedang melayangkan protes keras kepada Tn. Han.Pria paruh baya itu bangkit, memindai wajah Vanessa dengan tajam, diiringi seringai sinis di
Baca selengkapnya
Bab 44, Persekongkolan
Kim Hyung Min mempercepat langkahnya menuju ruang kerja Tn. Han yang berada di lantai dua. Wajahnya terlihat tegang. Saat ini tanggung jawab besar berada dalam genggamannya. Kyung Min tidak ingin salah langkah sehingga membuat Han Group semakin terjerat masalah.Ia membuka laptop, mengetikkan sesuatu dengan serius. Setelah itu memeriksa ulang kalimat yang ada di layar, memastikan tidak ada yang salah, lalu menekan tombol enter dengan cepat. Kemudian ia meraih ponselnya, lalu menghubungi seseorang dari daftar kontaknya."Filenya sudah dikirim, Tuan. Mohon bantuan, Anda," pintanya dengan sopan.Kim Hyung Min terlihat mengangguk beberapa kali mendengar tanggapan dari seberang. Entah dengan siapa ia bicara, dan entah apa yang orang itu katakan, yang jelas raut wajah pria yang akrab dipanggil Sekretaris Kim itu tampak cerah kembali. ***Sementara itu Windi sedang berada di kamar Yoo-ill. Dengan sabar membantu pria itu membersihkan diri.
Baca selengkapnya
Bab 45, Menenangkanmu
Langit malam masih memperlihatkan rona-rona jingga yang ditinggalkan senja. Bulan pun masih bersembunyi di balik awan. Di tengah suasana yang tenang, yang mengundang pejalan kaki untuk turun ke jalan, Windi justru baru saja sampai di rumah. Ekspresi lelah terpancar jelas di wajahnya yang ayu. "Aku pulang," ujarnya seraya membuka pintu. "Windi-ssi?" sapa Yoo-ill, saat mengenali suara Windi. "Yoo-ill-ah!" seru Windi kaget. Ia mempercepat langkahnya menuju Yoo-ill yang berdiri di bawah tangga. "Kamu mengapa berdiri di situ? Kamu menungguku?" cecar Windi khawatir. Yoo-ill hanya tersenyum, mengangkat tangannya berusaha menggapai tangan Windi. Windi menyambut tangan lelaki itu, lalu menggenggamnya dengan erat. "Aku merindukanmu," jawab Yoo-ill. Netranya berkaca, suaranya yang manis terdengar bergetar di telinga Windi. Windi memperhatikan raut wajah lelaki yang berusaha keras untuk membentuk lengkung di bibirnya. Namun, lengku
Baca selengkapnya
Bab 46, Pertemuan Keluarga
Keesokan paginya."Windi-yah, besok malam bisa luangkan waktu?" tanya Tn. Han, beberapa saat sebelum Windi masuk ke mobilnya."Pagi, Siaboji. Maaf, aku bangun kesiangan, jadi tidak sempat untuk sarapan bersama tadi," sesal Windi."Tidak apa-apa, aku tahu kamu pasti lelah. Apakah beban perkerjaan terlalu berat?" tanya Tn. Han khawatir."Hanya sedikit konflik dengan beberapa staf yang mungkin masih meragukan kemampuanku," jawab Windi, dengan senyum yang dipaksakan."Jika kamu mengalami kendala, jangan ragu memberitahuku, aku akan bantu meringankan perkerjaanmu.""Oh, tidak usah, Siaboji. Aku yakin ini hanya soal waktu. Jika program-program yang aku rancang berjalan lancar, sikao mereka pasti berubah dengan sendirinya.""Yah, kamu benar. Bertahan dan bersabarlah. Aku yakin keputusanku untuk memercayakan jabatan itu padamu tidak salah.""Terimakasih, Siaboji. Aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan kepercayaanmu.""Oh, ya. Ba
Baca selengkapnya
Bab 47, Terpesona
Ruangan Royal Cousine Oritaste Restaurant tampak mewah dengan ornamen berwarna emas dan perak. Sebuah meja panjang di penuhi makanan terletak di tengah-tengah ruangan. Di bagian belakang kursi tertempel kertas bertuliskan nama para tamu. Sedangkan di sudut-sudut ruangan aneka macam bunga melengkapi keindahan ruangan.Satu per satu keluarga Han memasuki Royal Cousine, berjalan dengan anggun dan gagah mendekati meja makan."Cih ... lihat lagak Si Tae Ho, sampai ke tempat duduk kita pun diaturnya," keluh Tae Min. Namun, ia tetap menarik kursi bertuliskan namanya, lalu duduk di atasnya, diikuti oleh suami dan anaknya."Jangan banyak protes, Kakakku yang cantik. Sebagai tamu yang di undang kita menurut saja," tanggap Tae Soo dengan senyum sarkas."Memangnya kenapa? Bukankah tujuannya baik, agar calon istri Yoo-ill lebih mudah mengenali keluarga suaminya." Kali ini Tae Joon yang buka suara. Dengan santai ia menarik kursi yang bertuliskan namanya, lalu duduk den
Baca selengkapnya
Bab 48, Rencana Brilian
Tae Joon terkesiap, tidak menyangka Yoo-na akan mengajukan pertanyaan yang membuatnya terpojok. Wajah Tea Joon langsung memerah karena malu. Hal itu membuat Yoo-na semakin gencar menggodanya."Waaah! Sepertinya dugaanku benar," seru Yoo-na. "Siapa dia, Paman? Ayo, ceritakan pada kami," rengek Yoo-na seraya menarik-narik lengan kanan Tae Joon.Tae Joon semakin salah tingkah, ia tidak ingin perasaannya yang tidak pada tempatnya itu diketahui oleh orang lain, terutama Yoo-ill."Hentikan, Yoo-na. Jangan mengarang cerita," jawab Tae Joon. "Kita berkumpul bukan untuk membahas kekasihku, tapi membahas kekasih Yoo-ill," sambungnya."Ehhmm ...."Tn. Han berdehem kuat. Memberi isyarat agar semua kembali tenang dan fokus pada agenda utama mereka."Tae Joon-ah, lain waktu kau harus ceritakan padaku siapa gadis itu, oke?" ucap Tn. Han."Nanti jika tiba waktunya aku akan cerita, Hyeong," jawab Tae Joon cepat.Tn. Han mengangguk."Baik
Baca selengkapnya
Bab 49, Godaan
Kang Ha-Na yang sedang makan langsung tersedak mendengar Windi menyebut namanya. Dengan gelagapan, ia memutar tubuh menghadap Windi, dan balik bertanya."Siapa? Aku?" tanyanya dengan ekspresi tidak percaya.Sebenarnya sejak tamat kuliah, Ha-Na ingin sekali berkerja di Han Enterprise, tapi sejak Tn. Han mengeluarkan semua anggota keluarganya dari jabatan eksekutif, Ha-Na pun mengurungkan niatnya itu. Namun, hari ini ia justru mendapat tawaran langsung dari Windi, tentu saja ia tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya."Ya. Aku dengar kamu lulusan SNU," jawab Windi."Ya, jurusan Bussiness Administration," kata Ha-Na."Bagus sekali. Aku yakin kamu pasti bisa melakukannya. Besok pagi, temui aku di kantor. Kita diskusikan posisi yang tepat untukmu. Oke?"Luapan kegembiraan tidak bisa lagi ia sembunyikan. Ha-Na berdiri, langsung menjura hormat ke arag Windi. Ucapan terimakasih meluncur berkali-kali dari mulutnya."Waaah! Aku senang sekali,"
Baca selengkapnya
Bab 50, Adu Trik
Dengan gerakan cepat Tae Joon menyelipkan sepotong kertas ke tangan Windi, lalu bergegas menuju mobil miliknya yang terparkir di seberang mobil Yoo-ill.Windi kebingungan dan ingin menanyakan maksud Tae Joon, tapi ia tidak ingin membuat Yoo-ill curiga. Ia terus berjalan di samping Yoo-ill seolah-olah tidak ada yang terjadi.Namun, Yoo-ill seolah memiliki indra ke enam. Dia tahu jika saat ini Windi sedang merasa gelisah."Kamu baik-baik saja, kan?" tanyanya."Oh ... oo ... ya ... aku baik-baik saja," jawab Windi terbata. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya di hadapan Yoo-ill.Tangan Yoo-ill terulur, jemarinya dengan tangkas menemukan celah di telapak tangan Windi yang terbuka. Dengan gerakan lembut, ia menjalin jemari Windi dengan jari-jarinya yang panjang."Apakah Paman Tae Joon mendekatimu?" tanyanya, seolah tahu apa yang menjadi alasan kegelisahan yang Windi rasakan."Pa-paman Tae Joon? Tidak tuh," jawab Windi, lagi-lagi dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status