Semua Bab My Captain Pilot: Bab 21 - Bab 30
40 Bab
21
Aku melangkahkan kakiku memasuki bridal store yang berada di daerah Kemang. Siang ini aku sudah membuat janji dengan Cik Mey, pemilik bridal store ini yang tidak lain tidak bukan adalah temanku sewaktu SMA untuk fitting gaun pengantin. Ya, Kak Celine dan Mas Pandu sudah meresmikan hubungan mereka dua bulan yang lalu. Dan aku bisa melihat kebahagiaan yang selama ini hilang di hati Kak Celine.“Selamat siang mbak, ada yang bisa saya bantu?” Sapa pelayan dengan ramah, di bahunya melingkar tali meteran berwarna hijau.“Mau ketemu sama Cik Mey mbak, nyobain gaun yang udah saya pesen.” Jawabku tak kalah ramah.“Oh baik, tunggu sebentar ya mbak.” Pelayan itu masuk ke sebuah ruangan yang aku yakin itu adalah ruangan Cik Mey.Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan bridal store ini. Dipenuhi oleh mannequin-mannequin yang dipasangi gaun pengantin yang sangat indah nan mewah.
Baca selengkapnya
22
Aku memejamkan mataku ketika perias memoleskan eye shadow di mataku. Hatiku berdegup seperti genderang perang yang siap untuk memulai peperangan. Aku membuka mataku ketika perias itu sudah selesai.“Cantiknya Mbak Gadis...” ucap sang perias itu girang. Membuat hatiku tambah berbunga-bunga.“Makasih mbak, aku deg-deg an banget!” tanganku membuat gerakan sedang mengipasi mukaku sendiri.“Ya wajar to mbak kan mau nikah, sama mas pilot yang ganteng lagi...” aku terkekeh geli mendengarnya.“Dan gue merasa sangat beruntung dapetin dia.” Batinku bangga.“Udah mbak, sekarang ganti gaunnya.”Aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Pagi ini adalah acara akad nikah. Tempatnya pun sama untuk nanti malam, acara resepsi. Ini semua ide Kavaleri untuk memilih Ritz Carlton sebagai saksi pernikahan kami.Aku melangkah keluar setelah selesai memak
Baca selengkapnya
23
Aku menghapus riasan yang menghiasi wajahku. Ya, acara sudah berakhir dua jam yang lalu. Sekaramg pukul 12.30 dan aku serta Kavaleri sudah berada di dalam kamar. Kavaleri sedang mandi, dan aku hanya berniat untuk membersihkan wajahku saja.Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Kavaleri yang half naked dengan rambut yang basah. Sejenak, aku menelan salivaku kesusahan melihat pantulan Kavaleri dari cermin. Kavaleri yang menyadarinya langsung menghampiriku. Entah mengapa, tanganku bergetar dan jantungku berpacu dengan cepat.“Sayang...” Kavaleri memeluk tubuhku dari belakang, menumpukan dagunya ke bahuku. Aromanya wangi, membuatku ingin melesakkan kepalaku di dada bidangnya.“Ap... Apa Kav?” Suaraku bergetar. Memalukan! Kavaleri yang menyadari langsung tersenyum jahil. Dia menyesap wangi tubuhku di bagian leher. “Nggak mandi tetep wangi ya...” suaranya berat, dan memunculkan kesan seksi.“Kav aku
Baca selengkapnya
24
KAVALERIAku mengecup kening istriku saat hendak meninggalkannya dinas terbang ke Sydney untuk beberapa hari ke depan. Ah, sebenarnya aku tak ingin meninggalkannya sendiri di rumah. Aku ingin selalu bersama dirinya setiap waktu. Apalagi dia bilang badannya sedang tidak enak.“Kalau badannya makin gak enak langsung telepon Papa atau Valerie ya sayang...” pesanku padanya. Istriku yang cantik itu hanya mengangguk seraya mencium punggung tanganku.Aku tak bisa lagi berlama-lama mencumbu istriku karena supir airline telah menunggu semenjak 15 menit yang lalu. Dengan langkah yang berat aku menuju mobil berwarna silver biru, tanpa melepaskan pandanganku pada Gadis.“I miss you already…” ucapku sambil memonyongkan bibirku khas orang mencium.“Hahahaha… Gemes deh sayang… Cepetan pulang ya, safe flight!” ucapnya, ketika aku telah sepenuhnya berada di dalam mobil.
Baca selengkapnya
25
GADISHari ini aku meminta semua orang untuk datang ke rumahku dengan alasan makan malam dan menyambut kedatangan Kavaleri. Meski awalnya Bapak dan Ibu terlihat bingung tapi mereka tetap berangkat dari Bali. Untungnya Bapak juga hendak bertemu dengan teman lamanya di Jakarta, jadi momen ini memang sangat tepat!Saat ini aku sedang berada di bandara bersama Valerie menjemput Bapak dan Ibu.“Lu pokoknya jangan capek-capek ya bumil! Hamil muda gini tuh resiko tinggi soalnya.” celoteh Valerie, yang hanya kubalas dengan anggukan.Selama satu minggu ini Valerie memang selalu sigap berada di sampingku menggantikan posisi Kavaleri menjagaku. Apalagi setelah kami check-up ke dokter dan dokter menyarankan aku untuk tidak banyak aktivitas, Valerie menjadi super duper protektif terhadapku!Dari gate arrival, aku melihat Bapak dan Ibu berjalan berdampingan sembari becanda dan bergandengan tangan. Oh, sungguh romant
Baca selengkapnya
26
Aku menyambut kedatangan Kavaleri dengan sangat gembira. Dari dalam rumah aku berlari dan menabrakkan tubuhku ke tubuhnya sampai Kavaleri menggendong tubuhku.“Suamikuu… Aku kangeeennn bangeettt!!!” Kavaleri menggerakkan tubuhnya ke kiri dan kanan, seperti menggendong bayi.“Sama dong, aku juga kangen berat sama istriku ini!!!” Kava tak henti-hentinya mengecup pundak dan leherku. Aku berusaha turun dari gendongannya, tapi Kavaleri tak mengizinkanku. Jika aku tidak segera turun dan membiarkan Kavaleri menciumiku seperti ini semuanya akan berakhir di ranjang! Itu tidak bisa dibiarkan!“Kav…” Aku mencoba untuk menangkap wajahnya. Ia masih saja berusaha untuk membawaku ke level yang lebih tinggi.“Hhhmm?” jawabnya hanya dengan gumaman.“Ayo masuk dulu, ada surprise buat kamu.” Aku terpaksa memberinya clue seperti itu agar Kavaleri mau masuk dan menghentikan akti
Baca selengkapnya
27
GADISAcara malam ini sukses besar! Aku berhasil mengejutkan semua orang dengan kehamilanku. Saat ini jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Kami semua sudah berada di kamar masing-masing, namun sayang Valerie harus pulang ke apartemennya karena besok dia harus flight ke Surabaya urusan pekerjaan.Oh ya, semenjak aku menjadi istri Kavaleri, aku dilarang kerja oleh suamiku itu. Dia tidak ingin aku kelelahan dan harus dinas ke luar kota.“Kalau aku pulang pas kamu dinas luar kota, kita ketemunya kapan?”Begitu kira-kira bentuk protesnya waktu awal pernikahan kami dulu. Karena aku adalah istri yang menuruti kemauan suami, jadilah aku mengajukan resign ke Radit. Keputusan yang berat itu menimbulkan jatuhnya air mata, baik air mataku maupun air mata Valerie sebagai partner kerjaku selama empat tahun. Tapi mereka adalah orang baik. Mereka menghargai sepenuhnya keputusanku dan permintaan Kavaleri, se
Baca selengkapnya
28
Aku menggenggam erat tangan istriku, berusaha menyalurkan kekuatan yang kumiliki. Aku bisa merasakan betapa sakit yang dialami istriku saat ini. Aku masih mengenakan seragam pilotku. Ketika sampai di Soetta, tiba-tiba Bapak menelfonku memberi kabar bahwa Gadis sudah berada di ruang persalinan. Hanya menunggu waktu untuk membuka sempurna.“Aakhhh Kav, sakiittt!!!” Aku tak pernah melihat Gadis dalam keadaan kesakitan sebelumnya, dia merupakan tipe wanita tangguh yang bisa menyembunyikan rasa sakit yang ia alami. Tapi kali ini berbeda, dia merintih kesakitan terus-menerus.Aku semakin gencar melafadzkan doa untuk keselamatan istri dan anakku yang sekarang ini sedang berjuang.“Kuat sayang, kamu pasti bisa!” Begitulah kira-kira yang bisa kuucapkan. Gadis mencoba mengatur nafasnya dan mulai mengejan lagi.“Kepalanya sudah terlihat Bu, segera atur nafas dan mengejan lagi…” Perintah dokter Anjani yang membantu persalina
Baca selengkapnya
29
Sembilan Bulan KemudianAku merapikan kamar Saga yang terlihat sedikit berantakan karena kado-kado pemberian pasca kelahiran Saga betebaran di beberapa bagian dan belum sempat aku rapikan. Saga sudah berumur sembilan bulan, pertumbuhannya sejauh ini baik. Berat badannya semakin bertambah dan membuat tubuhnya sedikit gempal. Sangat menggemaskan memang anakku satu itu.Sekarang ini Saga lagi demen banget ngoceh. Bapaknya girang banget kalo lagi dapet libur terus anaknya ngoceh kaya burung beo menyambut kedatangannya. Saat aku menyapu peluh yang membanjiri wajahku, tiba-tiba aku mendengar bel berbunyi. Menyempatkan melihat Saga sebentar untuk memastikan dia baik-baik saja, aku turun untuk membukakan pintu.“Val!!!” Aku langsung memeluk Valerie yang ternyata adalah si pemencet bel tadi.Semenjak aku menikah, Valerie yang menggantikan posisiku di kantor. Dan hal itu membuatnya harus dipindahkan ke Macau untuk mengurus proyek perusa
Baca selengkapnya
30
Aku termenung memandangi dua tubuh yang terbujur kaku di hadapanku. Para pelayat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk mendoakan Mas Pandu dan Kak Celine. Air mataku sedari tadi tidak bisa berhenti mengalir. Semua kenangan bersama Kak Celine dari usiaku masih dini hingga sekarang aku sudah memiliki Saga berputar di otakku.Yang semakin menyayat hati adalah keadaan Ibu dan Tante Via, Mamanya Mas Pandu yang sejak kabar keduanya menghembuskan nafas terakhir mereka dengar, tak henti-hentinya menangis histeris meneriakkan nama anak masing-masing. Entah sudah berapa kali Tante Via jatuh pingsan. Sedangkan Ibu, sesekali beliau diam menangis tersedu-sedu. Tapi sesekali beliau menangis histeris dan seperti orang kerasukan.“Dis... Saga butuh ASI kamu tuh.” Aku lupa jika Saga belum kususui semenjak pulang dari rumah sakit tadi. Aku segera mencarinya yang ternyata sedang berada di taman belakang bersama Papa.“Tuh Mama tuh, ayoo jangan rewel lagi say
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status