Semua Bab Magic You: Bab 41 - Bab 50
109 Bab
Chapter 41
Jessen menatapku datar. "Masuk ke kamarku. Dia aku yang tangani.""Kau jangan bilang aku di rumahmu ya! Nanti dia kira aku ini wanita apaan..." Tegasku.Jessen membuang wajah malas. "Hm."Aku langsung pergi ke kamarnya dan menutup kamar berharap mereka tidak ke sini.Aduh....Aku menunggu.Srekk.Terdengar suara pintu depan apartemen Jessen yang terbuka.Degdeg...Jantungku semakin berdegup kencang."Mana Valen?" Suara Ken terdengar berdengung sampai kamar.Astaga..."Ini apartemenku." Sambung Jessen.Bagus Jes."Aku tak percaya. Aku mau ke kamarmu."DAMN...Oh my God, Oh my God!Aku harus ke mana!Aku berjalan tanpa arah di kamar Jessen.Mampus aku... Mampus!Ah.. Aku tau! Sembunyi dalam lemari!Aku langsung bersembunyi dalam lemari Jessen dengan cepat. Duduk di dalamnya dan menutupi badanku dengan berbagai baju.SreekkPintu
Baca selengkapnya
Chapter 42
DegDegDegBadanku membantu mendengar kalimat Jessen tadi. Aku mencoba melepaskan pelukannya. Dia semakin memelukku erat. "Udah aku bilang aku masih sakit. Rawat yang bener lah." Kata Jessen tanpa melihat ke arahku dan tetap menutup matanya."Kau udah gila ya?!" Pekikku.Dia menatapku datar. "Kenapa?"Aku menggelengkan kepalaku tak percaya. "Kau benar-benar sudah tak waras."Jessen menenggelamkan wajahnya di leherku, membuat jantung ini berdebar seperti berlari maraton 100 meter!"Memang pacaran ngak boleh bermesraan?" Kata Jessen polos.Tunggu. Apa kubilang? Polos? Tindakan seperti ini polos kau katakan Val?!Di mana otakmu!Suasana semakin memanas.Dia semakin mendekapku dan bernapas di leherku.Val! Sadar! Sadar!Jangan sampai kau lepas kendali!Dia semakin mengeratkan dekapannya.Semakin erat.Erat.Aku tak dapat lagi mengontrol diri!Ini keadaan
Baca selengkapnya
Chapter 43
Sepulang kuliah aku tak pulang ke rumah Jessen. Aku di perpus kota.Aku masih memikirkan bagaimana nasibku sekarang.Tessa akan pergi, aku ngak mungkin kembali ke tempat nenek dan kakek. Kejauhan. Dan yang pasti aku ngak mau pulang ke rumah Jessen.Aku tidak mengerti pola pikir Jessen sekarang. Antara dia serius melakukannya apa engak, aku tak paham. Serius. Aku pusing.Mau ngak mau aku harus telpon nenek.Aku pun menelepon nenek.Tut Tut TutNenek tak mengangkat panggilanku.Aku mengusap wajahku gusar.Apa yang akan aku lakukan sekarang?!Ponselku bergetar.Aku harap ini nenek.Aku melihat layar ponselku. Ini Jessen.Aku tak mau mengangkatnya."Kenapa tak menungguku?" Ucap Jessen yang rupanya sedari tadi di sini.Aku tersentak kaget.Dia duduk di sebelahku menatapku datar.Aku sedikit demi sedikit menjauhkan diri dari padanya."Eh bego. Kau kenapa?" Katanya da
Baca selengkapnya
Chapter 44
Aku belajar di dalam kelas dengan fokus.DrettPonselku bergetar. Aku melihat layar ponselku dan tertera ada chat masuk dari... Ken?Aku tak ingin membukanya.Ponselku kembali bergetar. Kali ini dia menelponku.Aku mematikannya.Ck. Sibuk amat sih ni orang, lagi belajar juga.Beberapa saat kemudian pintu kelas terbuka kencang, seluruh mata melihat ke arah sumber suara."Maaf pak mengaggu waktunya." Ken datang!"Iya. Ada apa Ken?" Tanya pak Sudarsono."Saya mencari Valentresia pak. Di panggil oleh pihak TU kampus pak." Jelasnya.Heh? Emang aku ada masalah sama perkuliahan makanya TU manggil aku?Pak Sudarsono mengangguk kemudian menghadap ke arah murid. "Valentresia."Aku berdiri. "I iya pak.""Silahkan ikuti Ken, ada yang perlu kamu urus di TU." Sambung pak Sudarsono.Aku pun mengangguk dan pergi bersama Ken.Aku terus memikirkan kenapa aku di panggil dengan TU. Aku udah b
Baca selengkapnya
Chapter 45
Ken prov Aku tak fokus pada pembelajaran lagi sekarang. Tubuh ini terasa sangat panas menahan emosi.Baru kali ini, sepanjang sejarah kehidupan yang kujalani sekarang aku emosi tak terkontrol seperti ini!Aku terus bernafas dengan terus mendengus kesal.Bagaimana bisa Jessen mencium Valen seenak jidatnya?!Well. Sebenarnya aku juga begitu sih.. Tapi aku sangat tak terima kalau Valenku di sentuh apalagi di cium oleh orang lain selain aku. Aku tak terima!Aku mendengus kesal setiap kali mengingat kejadian itu. Membuat darah ku naik pagi pagi!Sial!"Woy Ken." Panggil Grabta yang duduk si sebelah bangkuku sekarang."Apa?" Aku melihatnya dengan tatapan api yang menyala-nyala."Oy. Santai dong."Aku membuang malas wajahku ke semi arah.
Baca selengkapnya
Chapter 46
Aku sangat panik di ruang tunggu ini. Hal yang terus berputar di kepalaku adalah Apakah Jessen akan baik-baik saja?Astaga... Aku takut sekali.Aku duduk di kursi tunggu sambil menutup wajahku dengan telapak tanganku.Kakiku terus kuhentak hentakkan.Ck. Mana sih nih dokter... Lama banget keluarnya.SreetPintu ruang Jessen terbuka. Tampak seorang lelaki paruh baya menggunakan baju rapi dan jas panjang putih yang menutupi baju yang di kenakannya. Itu dokter yang memeriksa Jessen tadi beserta beberapa staf perawat pria dan wanita yang berjalan di belakang sang dokter.Aku langsung melangkahkan kakiku ke sana dengan segera."Dok. Gimana keadaannya dok?" Kataku dengan sedikit bernada tinggi bukan karena marah tapi karena kepanikan.Dia menepuk pelan pundakku. "Dia tak apa. Kau tak perlu mengkuatirkannya."Aku bisa bernapas lega. Syukurlah."Apakah saya bisa masuk dok?" Tanyaku dengan nada riang karena bersyuku
Baca selengkapnya
Chapter 47
Ken melihat ke arah bibi datar. "Bi. Hari ini bibi ngak perlu masak." Kemudian Ken menatapku dengan senyuman. "Biar sayang aku aja yang masak."Kalimat itu membuat seluruh pelayanan yang bekerja di dekat kami tersipu-sipu malu.Tapi tidak denganku. Apaan coba dia?!"Siape sayangmu? Sok kecakepan amat sih."Para pelayan menahan tawa mereka yang kemudian di tatap sinis Ken, membuat mereka terdiam.Ken memelukku dari belakang membuatku menoleh sambil menatapnya menahan emosi. "Sayang.. Kalau kamu ngak masakinAku. Aku..." Dia menggigit bibir bawahnya kemudian sedikit mengatup dan memajukan bibirnya sambil menatap bibirku seperti akan menerkamnya."Heh!" Aku menyikut perutnya."Ahh.."Dia tetap tidak menyerah. Dia masih memelukku.Dia mencium pipiku. "Much." Kemudian memekik kegirangan. "Nah. Kenak kan..."Anjrit... Ini di depan umum!Para pelayan mengintip intip kami berdua selagi melaksanakan tugas. Mere
Baca selengkapnya
Chapter 48
Aku memasuki rumah sakit di mana Jessen di rawat dengan membawa... Tunggu, aku ngak membawa apapun... Well, tujuanku ke sini kan biar ngak ketahuan dokter. Kalau aku masuk dengan bawa bunga atau apalah itu dan menaruhnya di dalam ruangan si Jessen, hemm... Kau tau lah akibatnya.Aku berjalan dengan tenang menuju ruangan Jessen. Dan akhirnya aku sampai di depan pintu kamarnya.Aku sedikit mengintip melihat ke dalam ruang.Mataku terbelalak kaget melihat Jessen yang sudah sadarkan diri dan sekarang berada bersama mantan tunangannya.Rasanya sangat kesal.Kenapa cewek itu bisa masuk sedangkan aku tidak?!Dan gilanya, dokter yang menyuruhku untuk tidak datang juga ada di situ!Maksudnya apa coba?!Aku masuk ke dalam dengan sedikit membanting pintu. Ya... Walaupun aku sangat terbakar emosi aku sadar aku ada di mana.. ini di rumah sakit, kalau aku banting pintu keras, kalau tetangga sebelah kamar Jessen ada yang sakit pasti bakalan m
Baca selengkapnya
Chapter 49
Ken kembali menegakkan badannya. Dan menyalam nenek."Ish. Ngak usah sok baik lah." Cetusku.Dia menatapku. "Sayang. Kalau sama nenek martua harus sopan dong."Ihh...Aku mengalihkan pandanganku darinya dan menatap nenek.Hah? Nenek malah jadi senyum-senyum."Enggak ya nek. Dia bukan siapa siapa." Aku melirik tajam Ken. "Apaan sih. Jijik." Protesku.Dia melihat nenek. "Nek. Kapan saya bisa menikah dengan Valen?" Tanyanya tanpa dosa."Gila kau ya!" Bentakku.Nenek tersenyum sambil menyikutku. "Kapan Valen siap. Nenek bakal izinin." Nenek mengedipkan salah satu mata menyetujui Ken.Haa?Aku hanya mengagap Sambil menggelengkan kepala.Ken tersenyum kecil melerikku."Udah lah nek. Valen mau masuk. Capek." Kataku acuh."Iya iya." Nenek mempersilahkan aku masuk.Baru dua langkah kakiku berjalan."Pacarnya Valen nginap aja ya malam ini. Karena ini udah larut malam."Kakiku
Baca selengkapnya
Chapter 50
PletakAku memukul kepalanya keras. "Heh! Kalau ngomong bisa ngak pake otak dikit!"Aku melepaskan diriku dari Ken.Aku menginjak kaki Ken. Dia memekik kesakitan."Itu balasan karena kau menciumku sembarangan!"Aku menjewernya sambil menarik tanganku yang memegangi daun telinganya ke bawah. "Dan ini balasan karena kau asal bertindak tak pernah pake pikiran.""Aa.. iya iya.. Aku salah. Lepasin dong sayang. Aa.."Aku semakin menjewernya. "Jangan pernah panggil aku sayang!""Aa iya iya... Sayan... Valen. Valen."Aku melepaskan dengan kasar. "Hem!" Aku mendengus. Aku pun pergi dan meninggalkan Ken.Ck.Issshhh. Kenapa sih Jessen gak cemburu?!Ish...Aku menghentak-hentakkan kakiku sambil pergi menuju kelas."Kesel bangeeeet!"***Aku semakin kesal sekarang. Cih. Kau tau... Sekarang rupanya mata pelajaran Jessen!Melihatnya saja aku sudah muak!Karena aku te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status