Semua Bab My Sugar Mommy: Bab 31 - Bab 40
105 Bab
Episode 31 Bagian yang Paling Mendebarkan
 Kami menoleh ke belakang. Sosok wanita muda dan cantik telah berdiri di sana. Rambutnya yang panjang dengan warna coklat tergerai. Dandanannya sangat elegan dan feminim. Wanita itu menatapku. "Siapa, Sayang?" bisik Sarah di telingaku. "Wanita itu Santi pacarku yang barusan aku ceritakan. Kamu gak cemburu, kan?" tanyaku."Ooh. Cantik, ya," bisik Sarah.Santi melangkah mendekatiku dan Sarah. Dengan langkah yang agak sombong dan tatapan yang tidak suka."Hai, Pram," sapa Santi." Malam, Bos," jawabku sopan. " Hai, Nyonya," sapa Santi kepada Sarah. " Malam juga, Non," jawab Sarah. Santi menatapku lama. Lalu tatapannya beralih kepadaku."Wah, dunia ternyata sempit ya," sindir Santi dengan tatapan aneh. Dengan sigap aku mer
Baca selengkapnya
Episode 32 Bulan Madu di Palembang
Bab 32  Sarah memberikan ponsel itu kepadaku. Mengapa raut mukanya berbeda. Sambil kupeluk tubuh mungilnya kubuka panggilan yang tidak terjawab.  Aku tersenyum. Ketika melihat siapa yang telah mengganggu kami. Ternyata Santi yang menelpon. Ada apakah wanita itu menelponku? "Kamu cemburu, ya?" godaku dengan mencubit hidungnya. "Mungkin dia tidak rela. Laki-laki yang selama ini telah mengisi hidupnya bersanding dengan seorang wanita yang sudah tua," kata Sarah dengan mulutnya yang dimajuin.  "Sudahlah. Kita tidak  bisa merubah masa lalu, kan? Masa laluku dan masa lalumu akan menjadi pelajaran yang berharga untuk langkah ke depannya. Mungkin kita akan menghadapi bersama-sama." kataku untuk menghibur Sarah.  
Baca selengkapnya
Episode 33 Belanja ke Pasar Ilir
Bab 33  Siapa yang menelpon? Kuraih gawai yang disodorkan Sarah. Aku pikir panggilan dari Santi. Ah … mengapa Santi lagi, sih? Aska? Ternyata putra pertama Sarah yang menelponku. Memang hampir seminggu, aku jarang berkomunikasi dengan anak itu. Aku juga kangen dengannya. Kupandang Sarah sebentar, dia hanya mengangguk.  "Hai … Aska!" sapaku memulai panggilan "Mas Pram?!" teriak Aska di ponsel. "Aska kangen, Mas," katanya lagi.  " Kapan Mas Pram balik ke Jakarta? Mommy juga pergi ke Palembang, Mas. Kalian ketemu gak di sana?"  Deeg … bagaikan sembilu yang mengiris hatiku. Haruskah aku berbohong. Aku hanya diam. Bergeming. Entah apa yang h
Baca selengkapnya
Episode 34 Kabar Buruk
Bab 34 "Ada apa, Yang?" tanyaku curiga melihat raut wajah Sarah.  "Ayo kita pulang, Pram. Sore ini kita harus pulang ke Jakarta," kata Sarah dengan nafas yang tidak teratur.  "Ada apa?!" tanyaku lagi dengan mempercepat jalan.  Sebuah taksi berhenti tepat di depan kami. Sarah nampak tegang. Dia hanya diam, sementara tangannya sibuk dengan ponselnya. Dia memesan dua tiket Palembang-Jakarta sore ini.  "Serius ini?" tanyaku lagi.  Dia mengangguk. Perlahan bulir air mata jatuh dari kedua matanya. Wajahnya berusaha tegar. Walaupun, terjadi sesuatu yang begitu membuatnya bersedih.  Ada apa dengan istriku? 
Baca selengkapnya
Episode 35 Balik ke Jakarta
 Taksi yang membawa kami dari bandara Sukarno Hatta telah sampai di depan rumah Sarah. Dia memberikan beberapa lembar uang seratus ribu kepada supir taksi.  Aku membantu Sarah menurunkan semua belanjaannya. Bi Iyem sudah menanti kami dengan wajah yang sedih.  "Bik!" panggil Sarah dengan memeluk Bi Iyem.  Dua wanita itu berpelukan. Aku hanya bisa memandang mereka dengan tatapan yang kosong. Entah apa yang kurasakan.  Hati mana yang tidak akan sakit ketika anak yang menjadi asuhannya diambil oleh ayahnya. Walaupun pria itu adalah ayah kandungnya sendiri. Lalu kemana dia hampir 4 tahun meninggalkan anaknya. Benar-benar pria yang tidak punya hati. Kedua wanita itu langsung masuk ke rumah. Sarah nampak kecapaian. Dia duduk di sofa ruan
Baca selengkapnya
Episode 36 Mencari Atta dan Arsya
Bab 36 Kita memang sudah sehati. Setiap kali aku membayangkan dia, wanita yang telah mengisi hariku pasti langsung menelponku. Aku tersenyum. Sambil rebahan dan mengambil posisi yang enak kuangkat panggilan telponnya. "Iya, Sayang," jawabku lembut. Tidak ada suara yang terdengar. Hanya suara isakan tangis Sarah. Dia menangis tersedu. Belum pernah sekalipun aku mendengar Sarah menangis. " Ada apa, Sayang?" tanyaku terperanjat kaget. Kubetulkan posisi bantal tempatku bersender. " Pram, dia tidak mau mengembalikan Arsya dan Atta. Dia minta uang dariku," katanya sambil terisak. Braaaagh…. Tanganku tanpa sadar memukul meja di samping tempat tidur. Ayah seperti apa dia? Ini sudah pemerasan. Tidak bisa dibiarkan. " Kok bisa?" tanyaku ikut emosi. " Dia kan penjudi dan pemabok berat, Pram. Dia nyuruh aku mentransfer sejumlah uang. Apakah dia tega dengan anaknya sendiri. Hu….hu…"kata Sarah disela isak tangisnya. Sesaat aku menghela nafas panjang. Mencoba untuk menahan emosi yang sudah
Baca selengkapnya
Episode 37 Tempat Rahasia
Bab 37  Ban belakang mobil Sarah mendadak kempes. Aku sangat panik, begitu juga Sarah. Untung tidak terjadi sesuatu yang fatal. Aku segera turun untuk mengecek kondisi ban belakang mobil  Sarah.  Aku jongkok mencari tahu kenapa bannya mendadak kempes. Astaga ada sebuah paku yang menempel di ban itu. Untung saja aku tidak ngebut.   Wajah Sarah nampak pucat. Berkali-kali dia melihat ponselnya. Ada kecemasan di raut mukanya.  "Sayang, kita kayaknya harus panggil mobil derek," kataku pada Sarah.  "Okay. Aku akan memanggil mobil derek untuk membawa mobilku  ke bengkel. Tapi bagaimana dengan anak-anak Pram," ujarnya sedih.  " Setelah mobil diambil mobil derek, kita bisa naik taksi menuju tempat itu," ujarku. Mo
Baca selengkapnya
Episode 38 Penangkapan Zul
Bab 38 Penangkapan Zul. Suara tembakan terdengar memecahkan kesunyian  di tempat itu. Sarah langsung memeluk kedua putranya. Atta dan Arsya sangat ketakutan.  Sekelompok pria berpakaian preman sudah mengepung tempat itu. Zul--ayahnya Aska--mendadak pucat pasi ketika mengetahui ada penggerebekan di tempatnya. Dia menatapku sinis. Aku juga balas menatapnya. Laki-laki pecundang yang baru  kujumpai. "Ada apa, Pram?" tanya Sarah ketakutan.  "Ada penggrebekan pemain judi, Mom," jawabku seolah tidak mengerti.  Sarah bangkit dan menatap Zul dengan linangan air mata. Entah apa yang wanitaku pikirkan tentang laki-laki brengsek itu.  "Om!?" teriak Arsya melihat Zul dibawa polisi. 
Baca selengkapnya
Episode 39 Menjadi Supir Sarah
 Kuyakinkan hati untuk tidak menjawab panggilan dari Santi. Biarlah untuk apa mengenang kembali kisah yang telah lama hilang ditelan ombak. Hanya luka yang dia tinggalkan.  Aku segera masuk ke dalam kontrakan dengan langkah mantap. Kuletakkan gawai di atas kasur dan segera mandi agar tubuh ini  menjadi segar. Perut ini mendadak lapar. Ada suara dari dalam perut yang memberikan kode untuk segera diisi. Bergegas langkah ini menuju dapur. Mencari telur di dalam kulkas. Kalau nasi tidak ada, belum sempat memasak dari kemaren. Akhirnya mi rebus komplet dengan cabe yang super pedas menjadi pilihan.  Sebelum menyantapnya, aku mengambil foto dan mengirimnya ke ponsel Sarah. Siapa tahu dia sudah sembuh dari ngambeknya. Biasanya Sarah akan memberikan komen dengan emoji love yang banyak. 
Baca selengkapnya
Episode 40 Kecemburuanku
  "Agak cepat sedikit ya, Pak Bos," pinta Sarah sambil mengerling manja. Dia duduk di samping dengan memainkan gawainya. Nampaknya pertemuan kali ini memang sangat penting sehingga Sarah harus berpakaian formal. "Meeting dengan siapa, Bu Bos?" tanyaku mencoba menguak rasa penasaran.  "Hari ini aku mau bertemu dengan pengusaha yang mau membuka restoran baru. Aku sangat menginginkan ini. Restoran khusus anak muda," jawabnya. "Tapi aku takut, Pram. Mengapa dia mengajak meeting di rumahnya. Bukannya di restoran atau di mana?" "Apa?!" tanyaku sambil menginjak rem.  Mobil berhenti secara mendadak. Sarah menahan nafas dan berteriak kecil. Untung saja tidak di jalan yang rame. Kecerobohanku hampir saja mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status