All Chapters of Give Me Your Love: Chapter 51 - Chapter 60
120 Chapters
51. Head Up, Lynea!
Seseorang yang angkuh, merasa dirinya di atas dunia, dan bahwa orang lain adalah rendah, kini harus menghadapi kenyataan bahwa ia tidak bisa lagi berjalan tanpa melalui rangkaian proses pengobatan yang panjang dan berbelit.Berhubung pemilik rumah sakit ini adalah Bapak Baptis Enrico, ia merasa bebas untuk melakukan apa pun yang dimau kepada para dokter. Selain botol obat, ia juga melempar bantal, selimut, alat suntik, dan apa pun yang bisa ia gapai di sekitar tangannya.Harga dirinya telah runtuh tak bersisa. Dunia baginya adalah tempat yang tak layak lagi untuk ditempati. Ia sudah membayangkan bagaimana musuh-musuh akan mentertawakan dirinya yang berada di atas kursi roda.Lynea masih berdiri di sisi ranjang meski Enrico telah mengusirnya. Namun, ia hanya mematung melihat semua barang beterbangan dilempar kepada para dokter. Enrico baru berhenti melempar setelah tidak ada lagi yang bisa ia lempar.“Brengsek kalian semua! Matikan saja aku! Aku tida
Read more
52. Back To Square One
Lynea hampir merasa mati kehabisan napas ketika seseorang membekap mulut sampai ke hidung lalu menyeret tubuhnya sampai ke belakang tangga. Untuk sesaat ia mengira ini adalah akhir hidupnya.Ketika sang pembekap kemudian melonggarkan tangannya, segera ia menoleh ke belakang dan kaget sangat melihat siapa yang ada di situ.“Maddy!” jeritnya tertahan.“Jangan berisik, Nyonya! Aku di sini untuk David. Biarkan aku berjalan denganmu. Supaya orang mengira aku adalah temanmu.” Maddy memohon dengan wajah memelas.“Alonzo menceritakan apa yang terjadi. Bagaimana kamu bisa segila ini? Kamu jahat sekali!” Lynea mencecar mantan pengawalnya.Maddy menunduk lesu. Nasi sudah menjadi bubur. Semua rasa benci dan dendam pada Enrico telah membuatnya buta dan kalap. Pada akhirnya justru peluru dari pistolnya yang telah membunuh sang kekasih.“Aku sudah dihukum oleh Tuhan dengan menjadi pembunuh orang yang aku cintai. It
Read more
53. New Deal New Heart
Penghangat udara di kamar rumah sakit ini tidak dapat menghilangkan tatapan dingin dari Enrico untuk Lynea. Wajahnya datar tanpa senyum sama sekali. Sesekali terlihat napasnya menjadi lebih cepat kemudian ia membuang pandang tak lagi menatap istrinya.Lynea masih berdiri di ujung ranjang. Merasa kesal namun rindu. Marah tetapi … sayang. Ia berjalan pelan mendekati Enrico. Lekat tatapnya sama sekali tidak pernah lepas dari dua netra suaminya. Sedikit rasa dilema membersamai langkahnya.Sampai detik ini Lynea masih tak mengerti mengapa Enrico membuangnya seperti itu. Seolah apa yang terjadi sebelum ini hanyalah mimpi tak nyata. Bukankah dalam saat-saat terkelam seseorang justru ingin didampingi oleh orang tercintanya?Namun, bila kemudian lelaki itu tidak lagi menginginkan keberadaannya dan lebih memilih bersama Elena, apakah masih bisa dikatakan bahwa dirinya adalah orang tercinta?“Tidak usah dekati aku!” hardik Enrico kasar.&ld
Read more
54. One Room Two Bed
Lynea masih terbenam dalam pelukan Gabriel. Hati yang hancur akibat penolakan Enrico membuatnya terisak dan berderai air mata. Dalam kesedihan itu lagi-lagi sosok Gabriel datang menyediakan tempat yang sangat nyaman baginya.“Aku mencintaimu, Gabriel!” Pelan suara Lynea terucap di antara getar suara tangis.“Aku juga mencintaimu. Aku selalu mencintaimu. Kita dilahirkan untuk bersama, aku yakin itu!” balas Gabriel membelai lembut gerai rambut hitam legam Lynea.Lorong rumah sakit menjadi tempat dua hati kembali menyatu. Keduanya yang sempat terpisah karena dualisme cinta Lynea pada Enrico dan Gabriel kini telah menemukan jalan untuk dapat memadu kasih kembali.Belaian jemari Gabriel di rambutnya terasa begitu menenangkan. Memang pemuda satu ini selalu bisa membuainya dengan berbagai cara agar perasaannya menjadi tenang kembali.“Ehm, Gabriel, aku hanya ingin kamu tahu, kalau aku memutuskan untuk meneruskan program bayi
Read more
55. Honesty In Silence
Kepulangan Enrico kembali ke Istana De Luca membuat suasana tidak tenang bagi kehidupan Lynea. Pikirannya sedang berputar bagaimana bisa berada di kamar yang berbeda dengan Enrico. Saat ini ia sedang memilih untuk bersantai di kamar pakaian suaminya yang super besar. Dengan sebuah kasur lipat dan dua buah bantal, ia merebahkan diri. Ponsel di genggaman sudah akan menekam tombol menelepon Gabriel ketika tiba-tiba suara erangan merintih kesakitan datang dari luar kamar pakaian. Sebagai seorang perawat, ia sudah reflek untuk segera menghampiri pasien apabila mendengar suara tersebut. Langkah kakinya segera menghampiri Enrico. Ketika melihat sang lelaki sedang menahan sakit yang luar biasa, ia seketika merasa ada sesuatu yang menghunjam dada. “Kamu kenapa, Enrico?” seru Lynea mulai terdengar panik. Enrico tidak menjawab. Ia terus merintih dan memegang pinggangnya sampai kini ia sudah dalam posisi meringkuk di atas kasur. Lynea segera berteriak memanggil d
Read more
56. Fell Asleep With An Angel
Suasana pagi menjadi rusak dan menyebalkan akibat teriakan Enrico serta kedatangan kekasihnya. Baik Enrico maupun Elena seakan memiliki cara tersendiri untuk membubarkan ketenangan.Lynea hanya diam karena malas menanggapi cibiran Elena. Ia lebih fokus kepada dua orang perawat yang sedang berdiri dengan kepala tertunduk dan ekspresi penuh ketakutan. Bahkan pada wajah pucat Chris terlihat butiran keringat sebesar biji jagung.Serpihan kaca yang berasal dari gelas pecah akibat bantingan Enrico berserakkan tepat di depan kaki mereka berdua. Untuk bernapas pun rasanya mereka takut. Apalagi Enrico kini memanggil Alonzo agar mengambilkan pistol putih kecil miliknya.“M-maaf … ma-maafkan k-kami, T-tuan,” gagap Daryl  tetap menunduk tidak berani menatap singa yang sedang mengamuk di hadapannya.“Kamu bodoh! Kerja tidak becus! Aku pecat saja kalian!” hardik Elena begitu angkuh juga kejam.Lynea tidak paham apa yang sebena
Read more
57. Keep On Sinking
Lynea menggaruk-garuk kepalanya dengan bingung mendengar kasur lipatnya sudah dibuang oleh Enrico. Apa-apan ini? Batinnya menjerit kesal. Belum lagi mendengar bahwa ia diharuskan tidur dengan suaminya malam ini, satu ranjang. Lebih lama dalam permainan ini, aku bisa gila! Kembali Lynea mengutuk dalam hati. Tentu saja ia tidak merasa nyaman tidur bersebelahan dengan Enrico yang telah memasang tembok tinggi di antara mereka. Bagaimana bisa terbaring kemudian terlelap dengan seseorang yang sudah mengatakan tidak ingin bersamanya? Dengan seseorang yang menikmati bibir perempuan lain persis di depan matanya? Seorang lelaki pembohong! Batin Lynea kembali mencibir. “Aku tidur di kamar tamu saja kalau begitu!” tolak Lynea cemberut. Langkah kaki jenjang miliknya bergegas mengarah ke pintu kamar. Pikiran melayang tidak karuan dengan berbagai pertanyaan mengapa Enrico melakukan ini semua? “Jangan keluar kamar! Aku bilang tidur di sini, bersamaku!” teriak
Read more
58. Care Giver Wanted
Ketika perubahan besar terjadi dalam hidup seseorang, maka berbagai emosi menyertai. Bila perubahan yang terjadi adalah kebahagiaan, maka senyum dan tawa akan menghiasi hari. Namun, bila perubahan itu seperti yang dirasakan Enrico saat ini, tidak bisa berjalan lagi, entah apa yang kemudian bisa terjadi.Setiap malam ia tidak bisa tidur. Rasa nyeri yang kerap membersamai ditambah hati telah hancur berkeping membuat pikiran tidak tenang. Harga diri kini dirasa berserakkan dan sudah hilang terbawa angin senja.Di sana, dalam khayalnya, sesosok wanita gemulai sedang tersenyum manis. Rambut dan matanya berwarna hitam, namun terlihat begitu terang bercahaya. Ketika ia akan menghampiri, sosok itu menjauh dan tertawa terbahak-bahak.Kakinya yang cacat tak bisa lagi berjalan diolok-olok oleh wanita itu. Pandang merendahkan, suara yang mencibir, dan lambaian tangan mengakhiri perjumpaan mereka. Enrico hanya mampu tergeletak tanpa daya di atas lantai.Sementara itu,
Read more
59. Time To Wake Up, Enrico
Suasana di kamar Enrico semakin terasa semrawut sejak kedua perawat berhenti. Elena sebelumnya berjanji akan merawat kini hanya bisa kebingungan. “Iya, pakaikan bajunya Enrico. Lengannya belum terlalu kuat untuk memakai pakaian sendiri. Kenapa? Kamu kesulitan?” ulang Lynea. “Eh, bukan kesulitan. Aku hanya tidak tahu harus memulai dari mana?” tanggap Elena berkilah. “Dimulai dari mana? Ya, Tuhan! Kenapa jadi sulit sekali?” Lynea sungguh kesal. “Sudah! Keluar semuanya! Aku yang akan mengurus semua ini!” lanjutnya setengah berteriak. Elena segera keluar mendengar ucapan Lynea tersebut. Tanpa menunggu perintah kedua kalinya ia langsung menjadi orang pertama yang sampai di pintu kamar. “Aku bisa memakai baju sendiri! Tinggalkan aku!” ucap Enrico ketus. Ia berusaha memposisikan dirinya untuk duduk bersandar tetapi terus gagal. Kedua lengan yang masih lemah ditambah rasa nyeri area punggung membuat semuanya semakin sulit. “Tidak usah
Read more
60. Make Love In The Car
Elena menemani Enrico fisioterapi seperti biasanya. Dalam perjalanan lelaki itu menceritakan kedatangan Charles kemarin. Keharusan muncul di perusahaan menemui para direktur, direksi, dan pemegang saham adalah sesuatu yang terlalu berat.Bagaimana mungkin mengatur perusahaan sedemikian besar bila ia tidak mampu mengatur dirinya sendiri? Memakai celana saja tidak bisa apalagi membuat strategi memenangkan pasar?Berbagai pikiran negatif ia ceritakan kepada Elena. Bersama kekasihnya ini, entah mengapa ia tidak terlalu mementingkan harga diri. Enrico merasa nyaman untuk terlihat rapuh bahkan lemah. Seakan apa pun adanya diri, wanita itu tidak akan peduli atau berubah pandang kepadanya.“Aku tidak mau ke kantor menampakkan diri dalam kondisi seperti ini. Aku malu!” seru Enrico di dalam mobil.“Kenapa malu? Kamu pemilik perusahaan. Ada yang menghinamu, pecat saja!” sahut Elena santai masih terus memainkan ponselnya.“Mereka
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status