Semua Bab 5 games on: Bab 61 - Bab 70
91 Bab
Chapter 61
Altair dan Zhi berdiri ditengah lapangan, mereka berdua sedang berdiri saling berhadapan dan menatap satu sama lain. Duke Elrica beserta yang lain sudah duduk di atas bangku penonton, bangku tersebut terbuat dari bongkahan batu keras besar yang di pahat menyerupai tempat duduk.   Jika terlihat dari jauh terasa enggan untuk duduk diatas bongkahan putih bersih karena bisa saja akan membekukan pantat sendiri. Adir baru saja berpikir demikian, namun setelah dia menatap tempat duduk yang sangat banyak dan mengelilingi tempat besar tersebut akhirnya memberanikan diri untuk duduk, ternyata apa yang dipikirkan tidak terlihat demikian.   Atap langit berbentuk kubah dengan runcing-runcing batu keras yang tajam menjorok ke bawah tepat di tengah lapangan tanding. Disek
Baca selengkapnya
Chapter 62
Karena terdesak Zhi menghilangkan tombak yang dia pegang sejak tadi, hal itu terjadi supaya dia bisa menangkap batu keras yang berada jauh di atas. Dia berusaha untuk menggapai salah satu batu keras yang tajam dan akhirnya dia berhasil menangkapnya. Dengan menggunakan tangan yang lain Zhi menebas tubuh Altair hingga terpental. Mana Zhi hanya menyentuh sedikit Mana yang melindungi tubuh Altair. Merasa usahanya gagal Zhi terdiam sejenak dengan tubuh yang tergelantung. “Sial!” gerutu Zhi. “Kalau saja aku bisa sepertinya yang bisa melayang di udara, pasti mudah bagiku untuk menyerangnya,” kata Zhi dalam hati. “Aku harus sedikit memprovokasinya,” sambung lagi. Altair berdiri melihat ke arah Zhi di atas sedang bergelantungan. “Masih belum,” batin Altair. “Kenapa kau tidak mengeluarkan senjat
Baca selengkapnya
Chapter 63
Rantai-rantai perak beralih dan mengincar badan tombak yang berada di dekat Zhi. Dia merangsek cepat tanpa sepengetahuannya dimana serangan itu berasal dari Altair, kepala tombak yang berada dibawah tubuh Zhi terjerat lalu di hempaskan dengan kuat. Zhi yang tidak bisa mengendalikan tubuhnya agar tetap berada di atas udara mulai terjatuh, dia memerintahkan salah satu tombak yang menyerang Altair untuk segera menangkap dirinya dan berhasil. Zhi mulai kembali tersanggah, Altair yang melihat kejadian tersebut tidak menunggu waktu lama dengan menggerakkan semua rantai yang dia miliki dan membalut seluruh tangan sehingga kedua tangannya kini seperti sedang menggunakan sarung tinju yang terbuat dari besi. Altair memukul telak untuk menyerangnya, Zhi yang masih men
Baca selengkapnya
Chapter 64
Kaki Altair berpijak di atas batu keras menahan busur panah yang mengarah tepat di wajah Zhi. Wajah yang nampak kesal akan kekalahan yang dia dapat harga diri dan kekuatan yang terlampau jauh berbeda seakan terkoyak. Pertarungan hari ini dimenangkan oleh Altair, senjata yang sering melekat padanya serta sebagai lambang kekuatan akhirnya jatuh. Keringat Altair bercucuran mengenai senjata Mana miliknya yang mengeluarkan uap panas. Tatapan hina yang dia lontarkan kepada lawannya, kini sedang berdiri di atas badannya yang tidak berdaya melihat dengan lekat. Untuk sekian lama mereka yang berada di ruangan  sedang menahan nafas. “Pertandingan kali ini dimenangkan dari Altair Onder de,” teriak Duke Elrica dengan keras. Altair mendorong dengan pelan batu keras yang dia pijak meletakkan Zhi ke tanah lapang, setelah Zhi mendarat dengan selamat sebuah peluru perak keluar dari batu keras melesat
Baca selengkapnya
Chapter 65
Altair terjun ke bawah menyusul Adir yang baru masuk terlebih dahulu, Duke Elrica mengikuti mereka ke dalam lubang tersebut dengan jubah yang dia kenakan tadi menutup lubang pintu masuk perpustakaan.   Jari jemari kerap tersentuh batu keras Mana yang berwarna-warni, mereka turun di tahan oleh angin Mana yang masuk di celah-celah celana. Lubang terowongan sangat panjang berliku terkadang lutut dan pantat mereke terkena hantaman dinding.   Altair juga bisa melihat bayangan dirinya yang penuh dengan luka dan tipu daya, terbiaskan oleh batu keras Mana yang berukuran besar.   “Ini tidak akan pernah selesai,” pikir Altair.   Duke Elrica berdiri kokoh sambil memegang lentera di tangan kanannya. Setelah mendarat dengan aman, Duke Elrica berjalan maju ke tempat lain karena ruangan yang sangat gelap dan dingin dia meletakkan lentera di wadah khusus.   Bentuknya sangat unik mirip de
Baca selengkapnya
Chapter 66
Panah Mana melesat dengan cepat suara gemericik rantai ikut membuat kegaduhan, Altair melihat ke arah Adir memastikan kondisinya baik-baik saja dan belatih mendarat di atas atap merentangkan lima kerangkanya agar tertahan dengan kuat.   Krencing... Krencing..   Duke Elrica yang sedang duduk di tempat kerjanya melihat kedatangan Altair sedang memapah Adir yang sedang tertidur. Raut wajahnya terkejut melihat mereka berdua tiba-tiba muncul dari sana.   “Hufth..” desah Duke Elrica memegangi kepalanya.   “Ada apa?” tanya Duke Elrica seolah-olah tidak tahu.   Altair hanya mengernyitkan dahinya dan berjalan meninggalkan ruang kerja Duke Elrica sendirian. Altair mencari kepala pelayan yang baru  saja akan masuk ke ruang kerja.   Sikap kepala pelayan terlihat panik melihat kondisi Adir yang sedang di gendong, dengan cepat kepala pelayan  mengantarkan
Baca selengkapnya
Chapter 67
“Altair kau harus segera kembali ke Rhodes,” kata ayahnya. Duke Leon menghubungi Altair saat dia masih berbicara dengan Zhi di perpustakaan mereka. Alat komunikasi yang dia bawa tiba-tiba merespon sebuah panggilan percakapan. Altair yang berharap dia bisa menemukan sesuatu di kediaman Bedros harus menahan keras keinginannya itu. Rhodes diserang wabah penyakit, penyakit itu mengeluarkan Mana abu-abu pekat yang mengakibatkan mata mereka berwarna merah, badan berbintik serta mengeluarkan nanah yang berbau busuk. Rata-rata penyakit tersebut menyerang warga sekitar Rhodes, dimana awal mereka mengetahui gejala tersebut saat ada seorang pemburu liar masuk ke daerah tengah hutan. Disana masih wilayah kekuasaan Bedros, Zhi yang duduk menghadap ke arah Altair terkejut dan gelisah. Raut wajahnya berubah saat mendengar pembicaraan  mereka berdua. “Kenapa kau menyuruhku pulang ayah?”
Baca selengkapnya
Chapter 68
Badai salju menerpa wilayah Bedros. Kedua tunggangan mereka menderu dan memacu diri dengan lincah. Zhi berada di depan memandu mereka berdua untuk kembali ke ibu kota, sang serigala membawa sebuah pedang besar terikat melintang di salah satu sisi kaki depannya. Pedang itu tidak bisa membuat pergerakannya terhalangi sedikitpun untuk berlari kencang. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Altair kepada Adir, melihat sosoknya kembali bisa duduk dengan tegap. “Ya dan terima kasih,” jawab Adir dengan malu. “Sebentar lagi kita akan kembali ke kota,” masih mengendalikan kudanya dengan benar. “Keadaan di kota sangat kacau,” sambung Altair lagi. “Begitukah?” ucap Adir memastikan. Badai salju dengan angin yang sangat deras membuat pohon-pohon pinus bergerak hebat, menghalangi pergerakan mereka ba
Baca selengkapnya
Chapter 69
Ledakan besar tepat berada ditengah, sengatan listrik merusak sarang baik bentuknya kecil atau besar. Mereka bahkan tidak sempat untuk membantu yang lain karena diri sendiri juga terkena serangan, mengehempaskan semua benda di sekitar dan makhluk-makhluk itu lenyap seperti abu. Altair perlahan menurunkan air danau, gemericik rantai terdengar saat dia menariknya dalam lingkaran sihir. Zhi mendekati serigala putih di beberapa tubuhnya dipenuhi luka dan nafas yang tersengal-sengal. “Bangunlah kawan,” ucap Zhi lirih menggendong serigala yang sedang sekarat itu. Adir mengalihkan wajahnya tidak tega melihat keadaan mereka berdua, badai salju masih berhembus dengan kencang tidak peduli bahkan bila ada yang sedang bersedih hati. Kuda hitam Altair terduduk di atas salju dan Yeti menyeka air matanya lalu pergi meninggalkan mereka semua kembali ke hutan. Altair yang berdiri di sebalah Zhi tidak kuas
Baca selengkapnya
Chapter 70
Suara menggelegar terdengar dari atas langit, wajah-wajah mereka mendongak ke atas mencari asal suara namun, mereka tidak menemukan apapun di sana. Zhi yang menghentikan pelariannya juga melihat ke arah sekitar, perasaannya mulai kembali tidak tenang karena merasakan sesuatu. Berulang kali Adir melihat keadaan Altair, dia tidak tahu apa yang sudah Altair lakukan untuk bisa membuat serigala di depan mereka sekarang bisa dalam keadaan baik-baik saja dan apa yang sudah dilewatkan pada saat itu. “Apakah masih jauh?” tanya Adir melihat ke arah Zhi yang sedang memperhatikan keadaan sekitar. Dia terlihat panik dengan keadaan sekitar dan kembali memimpin perjalanan. Altair tidak menunggu waktu lama juga ikut menyamakan kecepatan kudanya. Dalam perjalanan mereka merasakan perasaan udara hangat dan perlahan salju di sekitar yang mereka lalui mencair, Zhi kembali menghentikan serigalanya. Beberapa d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status