All Chapters of Pembalasan si Anak Terbuang: Chapter 11 - Chapter 20
103 Chapters
11. Anak bernama Fatih
  Simon semakin gencar mengumpulkan pengikut. Dia merekrut banyak preman pasar dan jalanan dan di bagi menjadi tiga kelompok.Satu kelompok, berisi orang-orang terpilih, setia dan tidak takut mati. Kelompok yang lain, terdiri dari para preman yang berani dengan badan kekar dan pandai beladiri. Dan kelompok satu lagi terdiri dari para preman biasa yang sok jago dan tukang palak.Dipa, Hamdan dan Bono membawa mereka menggunakan sebuah Bus, entah kemana.Ryu hanya melihat mereka tanpa berani bertanya sedikitpun pada Simon."Lu beli makan, sono," perintah Simon sambil memberikan selembar uang merah pada Ryu.Gegas, pemuda itu pergi ke warung makan terdekat.Saat kembali ke rumah, Simon sudah pergi menggunakan sebuah mobil. Ryu memakan sendiri nasi yang tadi dibelinya.Ketika dia makan dengan lahap, seorang anak kecil lewat di depannya dengan menatap sendu ke arahnya. Anak itu menelan ludah melihat Ryu yang makan deng
Read more
12. Penjara
 Aroma obat khas rumah sakit menyengat masuk indra penciuman. Ryu duduk termenung di sebuah bangku luar ruangan Unit Gawat Darurat.Terdengar derap langkah kaki mendekat padanya."Hei, kamu!" teriak seorang pria padanya.Ryu mendongak dan terlihat, Ayah Jason memasang wajah murka padanya."Apa yang kamu lakukan pada anakku?" Bentaknya menbuat beberapa orang menoleh padanya."Dean, ini rumah sakit, kendalikan dirimu." Agatha mencoba menenangkan suaminya."Lebih baik kita masuk dan tanyakan pada Jason." Wanita itu menarik lengan suaminya.Ryu hanya menatap mereka dengan gamang. Seorang pria paruh baya mendekatinya."Kamu ...."Pria itu menatap Ryu tak yakin."Ya, Pak. Ada apa?" sapa Ryu sopan."Kamu bukanya bocah yang dulu jadi kuli panggul di pasar?" Pria itu semakin mendekat dan mengamati dengan seksama wajah pemuda di hadapannya."Iya. Oh, mungkin bapak dulu pernah jadi langganan saya, ya
Read more
13. Pertemuan Agatha dan Simon
  Malam yang cerah dengan kerlip bintang bertaburan di angkasa.Sebuah mobil sedan warna hitam berhenti di tepat di depan rumah bedeng. Terlihat dua orang laki-laki turun dari mobil itu."Kenapa gelap sekali? Ryu! Di mana kamu," teriak Simon sambil menggedor pintu dari seng."Berisik banget sih lu." Seorang wanita paruh baya keluar dari rumah bedeng sebelah."Dimana Ryu, Nek?" tanya Simon pada si wanita tua."Emang gue neneknya. Ya kagak tahulah. Anak tengik itu dah dua hari kagak pulang.""Dua hari kagak pulang?" Simon tertegun."Kemarin terakhir gua ke sini, dia baik-baik aja, Bang," jawab Dipa cemas."Dua hari ini ada wanita kaya, cantik, berdiri di sini kek orang bingung. Waktu gue tanya, dia bilang cari pemilik rumah. Nah pemilik rumah kan, elu, Mon.""Wanita cantik sapa, Nek? Dia bilang apa ama lu, Nek?" Simon mengernyitkan keningnya."Ya gue kagak tahu, dodol. Dia bilang cari pemilik
Read more
14. Ryu keluar penjara
  "Apa lagi yang kamu minta? Uang?" Pria paruh baya itu menatap laki-laki di depannya dengan gusar."Kenapa setiap aku mengunjungimu, selalu uang yang ada dipikiranmu?" jawab lelaki itu tersenyum sinis."Lalu apa lagi jika bukan karena uang? Kamu selalu beralasan tentang uang untuk melindungi Faris. Melindungi yang bagaimana?" Pria itu menatap dalam padanya."Ayolah, Radit. Aku datang ke sini bukan karena uang lagi. Tapi aku butuh bantuanmu."Tuan Radit mengernyit heran. "Kau butuh bantuanku, Deri?""Iya. Tapi lebih tepatnya, temanku yang meminta bantuanmu," ujar Deri dengan menghisap rokoknya."Temanmu siapa?" "Kamu masih ingat Simon?" Deri menatap dalam Tuan Radit.Wajah Tuan Radit berubah kaku. "Simon ... preman jalanan itu? Pria yang dekat dengan Devira, istriku?" Dia terlihat tidak suka."Come on, Radit. Kita berdua juga tahu, Simon bukan selingkuhan Devira, kakakku. Bukankah istrimu-
Read more
15. Dibalik pembebasan Ryu
 Malam yang cerah dengan semilir angin yang berhembus menenangkan. Kerlip bintang bertaburan menghiasi angkasa dengan rembulan bulat penuh memancarkan sinarnya yang pucat.Sebuah rumah mewah di kawasan perumahan elit yang banyak dihuni oleh para konglomerat, terdengar teriakan nyaring disertai lemparan sebuah benda dari kaca."Brengsek! Kenapa anak itu bisa lolos?" Dean menendang sebuah kursi kayu jati seperti orang kalap.Jason tampak termangu dan hanya menatap sang Papi dengan pandangan kosong. Pemuda itu juga marah dan murka, namun apa yang bisa dia perbuat? Bahkan Papinya pun seperti tak punya kuasa.Sedangkan Agatha, hanya diam melamun. Dia bahagia, Ryu akhirnya bisa bebas. Namun, ada yang mengganjal di hatinya. Perkataan Simon yang begitu yakin bisa membebaskan anak itu. Bagaimana seorang preman jalanan punya kuasa hingga meminta bantuan pada Tuan Radit Wicaksono? Siapa pria berwajah garang dan bertato itu? Mungkin pertanyaan ini
Read more
16. Nasihat dan cinta
  Ryu hanya diam menunduk. Matanya memandang lantai keramik di bawahnya.Dia sudah terbiasa mendengar kalimat seperti itu. Yang kecil, yang lemah dan yang miskin selalu harus mengalah pada mereka yang berkuasa dan yang kaya. Seakan rakyat kecil dan miskin sepertinya harus menurut dan diam meski harus diinjak harga dirinya. Batinnya tertawa miris oleh semua kenyataan ini."Saya tidak bermaksud apa-apa, hanya mengingatkanmu. Karena pemuda seperti Jason, di sekolah ini banyak. Mereka yang merasa mempunyai orangtua kaya dan berpengaruh, sering berbuat semena-mena. Apakah kamu pikir, saya sebagai kapala sekolah juga tidak pernah mendapatkan perundungan seperti itu?" Sang kepala sekolah menjeda kalimatnya. Sekali lagi dia menarik napas panjang."Mereka yang berkuasa, sering melemahkan rakyat kecil seperti kita. Bahkan sering saya mengalami hal yang harus membuat saya mengalah dan meletakkan harga diri saya dibawah kaki mereka. Kamu masih muda,
Read more
17. Black house
  Sebuah rumah yang besar peninggalan jaman Belanda, yang berdiri di tengah sebuah pekarangan luas dan dikelilingi oleh tembok tinggi. Di atas tembok masih diberi kabel untuk aliran listrik. Jadi siapapun yang mencoba memanjat tembok akan tersetrum.Di depan rumah besar yang jaraknya sekitar dua ratus meter, terdapat pos penjaga dan dijaga oleh sekitar empat orang preman berperawakan besar dan sangar. Sedangkan di bagian paling belakang rumah, terdapat banyak kamar yang memanjang ke samping dan ke kiri. Di samping kiri rumah terdapat taman dan kolam renang.Rumah itu bernama black house. Markas besar dan gudang tempat menyimpan senjata api ilegal dan juga narkoba.Simon berdiri sambil memberi instruksi pada para anak buahnya sambil mengusap peluh yang menetes.Semua orang black house adalah orang-orang kepercayaan yang berjumlah kurang lebih tiga puluh orang. Semua orang itu di bawah komando Simon.Pintu gerbang utama
Read more
18. Pencarian
  "Fatih namanya? Dia seorang anak kecilkah?" Simon menghentikan suapannya dan menatap Ryu penuh selidik. "Lu tahu sesuatu?""Nggak sih, Bang. Cuma siapa tahu yang abang bicarakan anak yang sama dengan yang ketemu sama gue satu minggu yang lalu.""Lu ketemu seorang anak kecil? Dimana?" tanya Dipa."Depan bedeng kita, Bang. Waktu abang nyuruh gue beli nasi bungkus, terus waktu kembali, abang berdua udah pergi. Nah pas makan sendiri, ada anak kecil wajahnya asing ngeliatin gitu. Gue tawarin dia. Terus dia cerita namanya Fatih, datang ke Jakarta karena nyari abangnya yang bernama Faris." "Terus, kemana anak itu?" tanya Simon antusias."Ya udah pergi, Bang. Gue suruh tinggal sementara di bedeng ga mau, katanya mau terus nyari kok," ujar Ryu.Simon merogoh saku celananya. Dia mengeluarkan sebuah foto usang yang dia dapatkan dari rumah Devira, Ibu Faris."Yang ini bukan anaknya?" Dia menyodorkan fo
Read more
19. Masa silam Ryu
  "Dia pacar lu, ya?" tanya Hamdan sambil melirik Ryu yang senyum-senyum sendiri di sampingnya. Kali ini Hamdan yang menyetir karena Ryu belum begitu lancar."Enak aja lu, Bang. Pacar dari Hongkong!" bentak Ryu tidak terima."Heh, kurang ajar ma orangtua lu. Kagak ada sopannya," dengus Hamdan mendengar jawaban Ryu.Pemuda itu hanya mencibir ke arah pria kekar bertato itu."Terus kalo bukan pacar siapa? Mesra banget sampe peluk-pelukan. Gue ma istri aja lom pernah begitu.""Dia itu Tante Agatha. Seorang wanita yang paling baik di muka bumi ini bagi gue," ucap Ryu yang terdengar seperti sebuah gumaman.Hamdan menoleh padanya yang masih saja senyum-senyum sendiri. Hingga dia berpikir bahwa otak pemuda di sebelahnya ini tidak beres. Mereka berhenti di sebuah warung untuk istirahat makan siang. Dan saat makan pun, Ryu masih sering senyum dan melamun. Hamdan merasa gusar melihatnya.Setelah sampai di rumah, Hamdan la
Read more
20. Dirut Dean Erlando
  Hamdan dan Dipa mengangguk-angguk tanda mengerti."Itu sebabnya, lu belum bisa bilang yang sebenarnya sama Ryu, Bang?" tanya Hamdan. "Selain itu, gue juga mau memastikan tentang kematian Dirman, apakah ada hubungannya dengan Agatha. Gue yakin, Dirman melihat suatu benda tentang identitas si penabrak kemudian menggambarnya di tanah. Cuma yang bikin gue bingung ... kenapa tanda yang digambar Dirman, sama persis dengan kalung liontin milik Ryu dan Agatha." Simon termenung nampak memikirkan sesuatu. "Jika benar Ryu putra Nyonya Agatha, berarti dia saudaranya Jason dan juga putra Tuan Dean. Maka dua orang bapak beranak itu telah salah memilih musuh. Benar begitu, Bang?" Dipa ikut menimpali. Simon masih termenung dengan wajah serius. "Gue rasa bukan," jawabnya lirih."Ryu memang saudara Jason karena mereka terlahir dari rahim yang sama. Tapi Dean ... bukan ayah kandung dari Ryu," lanjutnya lagi pelan. "Darimana lu tahu, Bang?" tanya
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status