All Chapters of Destiny About Me: Chapter 31 - Chapter 40
127 Chapters
Bab 31
Dafa mengajak sekeluarga ketempat wisata Ayanaz Gedong Songo, tempat yang hampir mirip nama istrinya.Tempat bersantai dengan spot yang keren-keren untuk berfoto dengan pemandangan indah dan suasana sejuk, membuat siapapun betah berada di sana."Pak di rangkul dong Ibunya," protes Dafa ketika ia menjadi fotografer untuk orang tuanya."Iya gitu, mepet lagi Bu, peluk lengan Bapak," perintahnya lagi.Ibu Hasniah pun melakukan apa yang Dafa perintahkan, perlahan ia memeluk lengan Pak Gufron menatap lurus pada kamera dan tersenyum manis.Dafa menatap sang Ayah, ia menghela napas panjang. "Senyum Pak, ini bukan foto ktp." geramnya kesal melihat raut datar Pak Gufron.Pak Gufron mulai tersenyum paksa, namun tiba-tiba Pak Gufron merubah gaya tangan istrinya ia suruh melingkarkan di pinggang sementara tangan kanannya merangkul pundak Bu Hasniah.Bu Hasniah sempat terkejut, namun kian beberapa detik perlahan ikut tersenyum menghadap kamera.
Read more
Bab 32.
Aya sangat senang, bisa di terima di tengah-tengah keluarga besar suaminya.Ada Kakek, Nenek, Pakde, Budhe. Bahkan keponakan-keponakan yang masih kecil atau pun sudah dewasa.Mereka sama sekali tidak mempermasalahkan kondisinya, semua bisa menerima apa adanya.Tidak ada yang melihat fisik ataupun kekurangan sedikit pun dari Aya, bahkan keponakan Dafa ada yang di minta untuk diajarkan bahasa isyarat, agar mereka paham seperti yang di lakukannya bersama Dafa.Kemarin saat hari pernikahannya, Aya belum sempat saling kenal atau saling berkomunikasi, semua sibuk pada acara pernikahannya, dan setelah acara selesai.Keluarga besar Dafa sudah kembali kerumah masing-masing karena ada urusan yang tak mungkin terlalu lama di tinggal.Baru hari inilah Aya bisa dekat dengan semuanya, saling kenal satu sama lain.Nenek Dafa dari orang tua Ibu kandungnya yang juga Ibu kandung dari Bu Hasniah, memperlakukannya begitu lembut.Mengajaknya mengob
Read more
Bab 33.
"Memangnya kamu nggak bisa lebih lama lagi to Fa," tanya Nenek Ningrum memandang sedih sang cucu yang sedang bersiap-siap mengajak keluarganya pulang karena besok lusa Dafa harus sudah balik ke Jakarta.Dafa menghampiri Neneknya lalu duduk di samping sang Nenek, pria itu memeluk pundak menghibur Nenek Ningrum agar tidak bersedih saat dia harus pergi."Aku nggak bisa lama-lama ninggalin kerjaan aku Nek, Banyak orang yang aku tanggung. Kalau aku nggak kerja yang bayar karyawan aku siapa? Lagian aku pasti balik kesini jika aku ada waktu,""Tapi Nenek masih kangen sama kamu le.." ujar Nenek manja dengan raut wajah sedih.Dafa mengulum senyum lalu menarik sang Nenek dalam dekapannya. "Aku juga masih kangen sama Nenek, sama Kakek. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus segera pergi keluar negeri.""Nenek doain aja, agar semua pekerjaanku lancar, biar aku bisa balik lagi kesini.""Nenek pasti doain kamu le.. Kamu ini mirip sekali dengan Ibumu, itu seba
Read more
Bab 34.
Dafa sengaja mengajak Aya hanya mengelilingi desa tempat dia dilahirkan dan di besarkan, pria itu menunjukkan tempat-tempat di mana ia bermain, sewaktu pulang sekolah, bahkan ia juga menunjukkan sekolah SD, SMP, sampai SMAnya dulu.Aya begitu senang mengetahui kehidupan masa kecil suaminya, namun saat Dafa menanyakan kehidupannya di saat ia masih kecil.Aya terdiam, apa yang harus di ceritakan dari kisah menyedihkannya, dari dia kecil. Sudah banyak kejadian yang merubah kehidupannya hingga tumbuh besar seperti ini.Mulai dari kecelakaan yang membuatnya tak bisa bicara lagi, beradaptasi dengan orang-orang yang selalu memandangnya aneh, dan ketika remaja di saat dirinya sudah menerima takdir yang tuhan berikan, ia harus menderita lagi ketika kedua orang tuanya di ambil dari sisinya.Menyadari kesalahannya, Dafa menghibur dan berulang kali meminta maaf, sungguh dia tidak bermaksud mengingat masa lalu istrinya.Dia hanya ingin sedikit lebih tau tentang
Read more
Bab 35.
Masuk kedalam apartemen Dafa, Aya masih diam berdiri di belakang pintu, perempuan itu memperhatikan ruangan yang hampir sama dari apartemen suaminya dulu.Bedanya hanya letak dan perabotan yang berbeda, di sini juga ada dua kamar. Namun di apartemen Dafa kamar tamu di gunakan ruangan sholat oleh pria tersebut."Kenapa? Kurang nyaman ya?" tanya Dafa kala melihat istrinya hanya diam di dekat pintu.Aya menggeleng menghampiri Dafa. "Nggak apa-apa Mas, masih nggak percaya aja. Dulu kita bersebelahan, nggak taunya sekarang aku justru tinggal di sini." kata Aya berbahasa isyarat.Dafa menghela napas, mengangguk membenarkan ucapan Aya, ia merangkul pundak Aya memandang isi apartemennya."Kamu benar sayang, dulu kalau mau ngobrol sama kamu, aku harus keluar menuju balkon itu." tunjuk Dafa pada pintu kaca menuju balkon."Yuk Ah, istirahat. Pasti kamu capek kan?" Aya mengangguk tangannya menggeret koper mengikuti Dafa yang pergi lebih dulu ke kamar me
Read more
Bab 36.
Aya yang sedang mencuci piring, terkejut saat Dafa memeluknya dari belakang. Namun bukan pelukan biasa seperti pria itu lakukan, napas Dafa pun memburu.Penasaran ada apa pada suaminya, Aya mencuci tangannya dan berbalik badan, mengerutkan kening. Seolah bertanya ada apa, Dafa memandang Aya, menangkup wajah istrinya.Aya merasa ada sesuatu yang terjadi pada suaminya, ada tatapan cemas dan ketakutan di perlihatkan oleh Dafa.Dafa memeluk Aya erat, seolah takut jika Aya akan pergi, pria itu menghirup aroma tubuh sang istri agar perasaannya jauh lebih baik.Aya sendiri membiarkan Dafa melakukan apa yang pria itu lakukan. Dia tidak ingin bertanya ataupun menolak atas perlakukan Dafa, dia sangat yakin jika ada sesuatu yang terjadi.Dafa sendiri memang merasa gelisah dan takut, ia gelisah karena melihat kondisi Rama yang memperhatikan. Dia takut Aya yang melihatnya akan merasa kasian dan kembali pada mantan suaminya itu.Meskipun Aya sudah seutuhn
Read more
Bab 37.
Pagi-pagi sekali Aya sudah bangun, setelah sholat subuh bersama Dafa. Perempuan itu tak tidur kembali, ia lebih memilih membersihkan apartemen suaminya.Mungkin karena Dafa tinggal sendiri dan dia juga seorang pria makanya. Apartemen tersebut sedikit tidak terurus, ada debu di bagian-bagian barang.Seperti rak buku, meja televisi, Dan juga guci-gucinya. Dafa sebenarnya tidak ingin Aya mengerjakannya, tapi karena paksaan dan ke keras kepalaan sang istri akhirnya Dafa mengizinkannya, namun dengan syarat jangan terlalu lelah.Jika sudah capek Aya harus segera menghentikan aktivitasnya, biarkan nanti dia menyewa cleaning service.Pukul setengah tujuh Aya baru saja selesai membuat sarapan, sementara Dafa masih berada di kamar sedang bersiap-siap karena akan pergi ke Cafenya.Sudah hampir dua minggu dia tidak mengunjungi tempat usahanya itu, apalagi sebentar lagi dia harus pergi ke luar negeri.Dia ingin sebelum pergi, Cafenya ada yang mengurus ag
Read more
Bab 38.
Sore hari langit terlihat begitu cerah, secerah hati seorang pria yang sepanjang hari ini tak melunturkan senyumannya dari wajah tampannya, siapa lagi kalau pria itu bukan Dafa. Pria tersebut terlihat begitu bahagia, bahkan dia kerap kali mendapatkan ejekan dari para karyawannya, namun biasanya Dafa akan marah jika ada anak buahnya yang suka menggodanya. Lain kali ini, dia tampak salah tingkah dan terlihat semburat merah di pipinya. Sungguh seperti anak muda yang sedang jatuh cinta, tapi dia tak peduli karena memang saat ini Dafa sangat bahagia dan sedang di mabuk cinta.Dafa yang saat ini sedang berada di jalan menuju rumah, namun dia berniat untuk mampir membelikan hadiah kecil untuk istrinya.Dafa memarkirkan kendaraannya lalu menaruh helm di atas tangki motor, lalu masuk kedalam sebuah toko."Selamat datang di toko kami, ada yang bisa kami bantu." sambut seseorang di depan toko tersebut.Dafa hanya mengangguk sekali dan berjalan mengelilingi toko itu
Read more
Bab 39.
Dafa bisa bernapas lega, sebab hingga saat ini dia berhasil membuat Aya dan Rama tidak bertemu, dan saat ini ia bersama Aya sudah berada di bandara untuk pergi ke negara inggris.Nanti setelah dari luar negeri pun dia berharap tidak akan bertemu, karena setelah dari Inggris Dafa mengajak Aya tinggal di rumah yang sudah di persiapkan oleh Tito seperti yang dia harapankan.Meskipun tidak terlalu besar dan mewah, paling tidak dia sudah berhasil membeli tempat tinggal dari hasil kerja kerasnya.Dafa menoleh memandang Aya yang hanya diam meremas tangannya, pria itu meraih tangan Aya lalu ia genggam memberi senyum terbaik untuk istrinya."Mas, perjalanan kita ke sana berapa lama?" tanya Aya menggerakkan satu tangannya."Sekitar lima belas atau enam belas jam," jawabnya, Aya tampak mendelik tidak menyangka selama itu.Dia tertunduk memandang kosong kearah lantai, selama itukah ia berada di atas awan. Selama itu pula rasa takutnya akan datang.
Read more
Bab 40.
Tiba di Apartemen yang di sewa Tito, Ayana terpana dengan bentuk interiornya, Apartemen tersebut lebih besar dan lengkap di bandingkan apartemen milik Dafa yang ada di Jakarta."Kenapa?" tanya Dafa kala melihat sang istri diam di dekat pintu."Oh.. Tidak Mas, aku hanya kaget kenapa apartemennya mewah dan besar sekali?" Dafa mengulum senyum merangkul Aya dan di ajak duduk di sofa."Pemilik apartemen ini kebetulan teman dekatnya Tito, aku juga beberapa kali ketemu. Dia ngasih harga cukup murah, lagian semua sudah di tanggung karena aku datang kesini juga mewakili negara kita," jelas Dafa yang di angguki mengerti oleh Aya."Kira-kira Mas nanti akan membuat masakan apa?"Pria itu menaikkan bahunya. "Belum tau, soalnya tunggu instruksi dari mereka," Dafa merebahkan kepalanya di pundak Aya."Aku lelah, aku tidur sebentar ya?" Aya mengangguk membiarkan Dafa tertidur di pundaknya.Perempuan itu memperhatikan wajah damai Dafa yang sudah terlel
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status