Semua Bab Series Hutan Larangan : Bab 51 - Bab 60
191 Bab
Tewas
Bagian 21  Tewas    Vincent bergegas melajukan kudanya ketika mendengar kabar kediaman sang kakak telah dibumi hanguskan. Sampai di sana ia temukan tempatnya telah berubah menjadi abu. Dengan penuh rasa amarah Vincent mencari keberadaan mayat kakaknya untuk dimakamkan dengan layak.    Puas mencari ke sana kemari, tak jua Erick ia temukan, Vincent mulai putus asa. Semua mayat yang ada terlihat sama, hangus, mengenaskan. Gegas lelaki dengan tubuh besar itu meninggalkan tempat ketika tanda-tanda kehidupan tak ditemukan di sana.    Namun, langkahnya terhenti ketia ia mendengar suara yang sangat lirih memanggilnya dari balik pepohonan. Mengendap-ngendap Vincent berjalan sembari menyiagakan senapan panjangnya. Bau busuk menyengat tercium oleh hidungnya.    “Kau siapa?” Vincent m
Baca selengkapnya
Menepis Perasaan
Bagian 22 Menepis Perasaan    “Kena kau!” Vincent berhasil membidik Emery dari semak belukar.    Besi panas itu bersarang tepat di jantungnya. Tubuh Emery yang belum sepenuhnya berubah tak kuasa menahan sakit. Tak lama kemudian satu peluru ditembakkan lagi mengenai perutnya. Darah merahnya yang mulai panas mengalir di rerumputan yang hijau. Sekian waktu kemudian ia benar-benar tewas.    Wanita Belanda yang belum lama mereguk kebahagian dengan lelaki yang ia cintai pergi meninggalkan semua impiannya dengan cara yang amat menyakitkan. Seperti perkataan sang harimau putih, jalan hidup manusia setengah harimau memang berat.   ***   Dua ekor harimau itu tertegun sesaat. Meski dari jarak jauh mereka mendengar suara letusan yang sangat kuat. Firasat Bagus sem
Baca selengkapnya
Permintaan Maaf
Bagian 23  Permintaan Maaf   ‘Kenapa guru lama sekali kembalinya? Jadi aku ada alasan untuk memulangkan Mita kembali ke rumahnya. Berada sedekat ini membuat hatiku jadi kacau,’ gumam Arya dalam hati. Lelaki itu mulai resah dengan permainan pikirannya.    ‘Apa masalah Ana begitu berat sampai harus meninggalkan hutan begini lamanya?’ tanyanya seorang diri di dalam hati. Ia sedikit mencuri pandang ke arah Mita yang masih merendam kakinya.    “Hei, kapan aku bisa pulang?” Mita menjentikkan jarinya di depan muka Arya.    “Tunggulah. Erick sudah mulai menyerah mencarimu. Hampir seisi hutan dan sepanjang hutan ia telusuri.” Manusia setengah harimau itu membuang wajahnya. Mita yang sudah memasuki hari ke sepuluh tinggal di hutan tanpa mengenakan make
Baca selengkapnya
Gejolak Rasa
Bagian 24  Gejolak Rasa   “Ih, mau apa, sih? Jangan macem-macem, ya!” Mita terus mundur ke belakang melihat Arya berjalan ke arahnya tanpa ragu.    Wanita itu terdesak ke sebuah batu besar. Ia mendadak takut, kini Arya telah menatapnya dengan sangat tajam. Tiba-tiba ia yang biasanya berani di segala situasi mendadak beku tak bisa bergerak. Waktu serasa berhenti di hadapan dua makhluk beda alam itu.    “Maaf, tapi memang ini caranya,” ujar Arya sambil menahan bahu Mita agar tak menjauh tiba-tiba.   Lelaki itu memaksa Mita mematuhi keinginannya. Ia melakukan hal terlarang di dalam hutan. Mengecup paksa wanita itu walau Mita berusaha sekuat tenaga menolaknya, Arya terus memaksakan kehendak.    Wanita itu kalah, awalnya ia memang m
Baca selengkapnya
Menempuh Bahaya
Bagian 25  Menempuh Bahaya    Mita tak punya kegiatan lain. Tiga hari setelah ia kembali dari Hutan Larangan, wanita itu hanya duduk, diam dan menonton di dalam rumah. Sengaja, ia ingin membuktikan apa benar Erick tak bisa lagi mengendus keberadaan dirinya setelah bermalam di Hutan Larangan beberapa minggu.   Ia mengutak-atik ponselnya, mencoba menghubungi kembali nomor asing yang melakukan panggilan tak terjawab ratusan kali. Mita menebak panggilan itu berasal dari Ana yang telah berganti dengan nomor baru.    Tidak bisa dihubungi, di luar jangkauan, begitu sahut operator, walau telah ratusan kali pula Mita mencoba melakukan panggilan ulang.    Wanita itu menyantap sekerat daging yang ia ubah menjadi olahan dengan bumbu tongseng. Dulu, sering Ana membuatnya dan ia tak bisa menikmati. Seka
Baca selengkapnya
Jatuh
Bagian 26  Jatuh    “Mr Dimas,” sapa Ben pada lelaki yang sedang duduk santai sambil menyesap kopi di dalam ruang tunggu bandara.    Sahabat Mita dan Ana itu terperanjat. Ia bukan tak tahu akan dikunjungi oleh orang yang sedang berbicara dengannya, tapi tak ia sangka pula akan secepat ini.   “Pergi! Aku nggak akan buka mulut sedikit pun.”    “Kalau begitu aku harus memaksamu.” Ben menyuruh dua orang suruhannya untuk menyeret Dimas ke dalam mobil secara perlahan agar tak menimbulkan kecurigaan. Pisau yang ditodongkan di pinggang Dimas membuatnya tak bisa melawan.    Di dalam mobil ia diapit oleh dua orang di sisi kiri dan kanan. Perlahan mobilnya memasuki area kastil milik Ben. Tanpa banyak bicara ia dilemparkan
Baca selengkapnya
Pesan Terakhir
Bagian 27 Pesan Terakhir   Arya menatap bayangan wanita cantik di hadapannya. Perlahan tangan wanita itu terulur dan menyentuh pipinya. Sentuhan yang sangat ia rindukan. Sentuhan yang berasal dari wanita yang sangat ia cintai.    “Berbahagialah, kau sudah lama hidup menyiksa dirimu sendiri,” ucap bayang Dewi. Ia mengecup suami yang begitu ia cintai hingga rela mengorbankan nyawanya. Setelahnya ia pergi dengan menembus tubuh Arya yang hanyut dalam kerinduan, hilang begitu saja meninggalkan belahan jiwanya yang begitu menanti untuk bersatu kembali.    Tak dapat menentukan ke mana hatinya harus ditambatkan, sang Pangeran lalu merebahkan kepalanya ke batang pohon yang senantiasa menemaninya. Tertidur karena belaian lembut yang diberikan oleh bayang istrinya.    “Semoga kalian mene
Baca selengkapnya
PERTEMPURAN
Bagian 28  Pertempuran    Tanah di sekitar wilayah Hutan Larangan bergemuruh. Ratusan makhluk dengan gigi-gigi yang saling bergemeretakan keluar dari dalam tanah. Tanpa ragu mereka lansung mengejar ke inti hutan. Di mana bangsa manusia harimau bermukim.    Erick dan Ben telah sampai, gegas mereka pun menyusul jejak kaki ratusan makhluk yang berbekas di tanah. Tak ada makhluk lain yang berani mencegah. Mereka kedatangan tamu di luar dugaan. Manusia berusia ratusan tahun yang juga tak bisa mati. Semuanya hanya menatap dengan penuh rasa penasaran.    “Perburuan dimulai.” Erick menyiagakan senapan dan juga ratusan peluru peraknya yang ia bawa dalam sebuah tas.    Dua orang itu berlari sekuat tenaga, Ben tertinggal jauh ke belakang. Erick tak memedulikannya, baginya hanya kemat
Baca selengkapnya
Keputusan
Bagian 29  Keputusan    Mengendap-ngedap Erick berjalan, ia harus bisa menggapai tujuannya walau harus mengorbankan banyak nyawa. Lelaki Belanda itu kini berada di depan mulut gua. Tempat itu, kini tak memiliki tabir karena seluruh manusia harimau disibukkan dengan kedatangan mayat hidup buatannya.    Ia melangkah dengan senapan laras pendek yang diselipkan di pinggangnya. Terus berjalan hingga memasuki sebuah batu berukuran besar yang di dalamnya berbaring seorang lelaki yang mengutuknya ratusan tahun lalu.    “Jadi sekarang kau selemah ini. Bahkan harus direndam di dalam air untuk terus bertahan hidup.” Erick memainkan air jernih itu.    “Bagaimana kalau aku bantu agar penderitaanmu lebih cepat berlalu?”    Lelaki b
Baca selengkapnya
Dunia Baru
Bagian 30  Dunia Baru    Mita duduk di dekat pohon besar yang biasanya dijadikan Arya tempat bersandar. Wanita yang telah ditakdirkan berusia panjang itu, terus menatap ke kedalaman hutan. Di sana ia temukan, sepasang burung yang sedang bercengkrama. Wanita yang baru dinikahi Arya beberapa waktu itu, kemudian, menajamkan pandangannya, mengambil sebuah batu, ingin menguji sejauh mana kemampuannya menghalau dua makhluk lain yang sedang kasmaran. Namun, belum sampai batu itu ia lemparkan, makhluk lain datang dan menjentik kepalanya hingga ia meringis kesakitan.    “Kau mau kalau kita sedang berdua saja ada yang mengganggu, ha?” Arya datang dan membuyarkan semua kesenangan Mita.    “Nggak apa-apa, malah bagus, gak patah rasanya tulangku tiap malam,” sahutnya sembari memainkan rambutnya yang tumbuh lebih teba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status