All Chapters of Holiday to Wedding Day: Chapter 11 - Chapter 20
93 Chapters
3 Months Holiday
Jakarta. Soekarno Hatta International Airport. Aku membeku di antara Tante Ariane dan Aldert, Guys. Aldert bukan hanya usil tetapi jahat. Sungguh. Berani-beraninya dia bersikap seolah-olah dia itu pacarku atau sejenisnya. Malah, sempat memanggilku dengan Sayang. Itu karena ada beberapa orang di seberang tempat duduk kami memperhatikan sikap dramatisnya. Ugh, bayangkanlah! Di tempat umum seperti ini, bisa-bisanya dia mengambil tema obrolan yang cukup personal menurutku.  Kalau kalian bertanya bagaimana rasanya berlibur, aku tahu harus berkata apa. Beku. Tapi sejauh ini masih terus berharap semoga ini hanya sementara saja. Nanti, lama-lama kebekuan itu akan meleleh, mencair dan berganti dengan kehangatan.  Ugh, ugh! "Ya kan Sayang, nanti kita arrange 3 Months Holiday
Read more
It is Crazy!
Kami masih di Soekarno Hatta International Airport dan aku nyaris membatu gunung oleh sikap berlebihan  Tante Ariane dan anak laki-lakinya. Siapa lagi kalau bukan Aldert yang tingkah lakunya masih seperti anak ingusan itu? Ugh! Ya Tuhan … Mustahil kan, aku tersesat di toilet? Walaupun mungkin lebih lemah dari selembar tisu kering tapi percayalah, aku tidak buta huruf. Oh, jelas mereka sudah melupakan sebuah fakta kalau ini bandara internasional dan banyak terpasang plakat, papan pemberitahuan atau apa pun itu namanya. Iya, kan? So Guys, demi mencegah terjadinya ledakan emosi dalam diri sendiri terutama, aku memutuskan untuk segera keluar dari toilet wanita. Dengan setengah berlari, tentu saja karena Tante Ariane sudah terdengar seperti sesuatu yang melolong-lolong. Seolah-olah aku sudah musnah tersedot ke dalam water closed
Read more
Home Touring
"Welcome home, Hill!" Aldert berseru riang sambil merentangkan kedua tangan, menggambar senyum lebar hingga semua barisan giginya yang putih dan rapi terlihat sempurna. "Welcome to our 3 Months Holiday!"  Terus terang aku mabuk pesawat, jadi tak begitu senang ketika pada kenyataannya benar-benar sudah sampai di Den Haag, Netherlands. Walaupun selama di perjalanan yang kurang lebih mencapai dua puluh  jam, sangat menginginkan hal ini segera terjadi. Terwujud nyata. Sungguh, aku merasa seluruh tubuh sudah terpisah-pisah seperti kepingan puzzle. Oh Guys, hanya bisa berharap semoga kisah  ini tidak menimbulkan  trauma dalam hidupku. Semoga Mama juga baik-baik saja di sana.  "Hill, kenalkan ini papa Aldert … Om Frank." cakap Tante Ariane dengan tingkat kelembu
Read more
Mandi dan Semakin Mabuk
"Oh Hill?" Tante Ariane membelalak, bahunya terangkat dengan sempurna menyatukan dagu dengan lehernya, "Kita belum mandi. Oh, menurut Hill lebih baik mandi atau sarapan dulu? Ah Hill … Maafkan Tante sudah melupakan hal yang sepenting itu?"  Sampai di sini mata Tanta Ariane masih membelalak tapi bahunya sudah turun dan terlihat normal kembali. Senyum geregetannya terlihat lucu, membuatku tertawa lirih. Sumpah demi apa, Tante Ariane justru ikut tertawa sampai cekikikan.  "Ah sudahlah, Hill. Mandilah segera biar segar. Baru setelah itu sarapan dan istirahat." Tante Ariane berujar bijak setelah tawanya terhenti dan meninggal semburat merah di kulit wajahnya, "Nanti Tante bantu membongkar kopermu, ya?" Ha, what? 
Read more
Lepas dari Batik Jatuh ke Aldert
"Jauh lebih baik, Om!" aku menyahut dengan jujur apa adanya ketika Om Frank menanyakan  bagaimana keadaanku malam ini. Kami bertemu di bawah tangga, dia baru saja pulang dari kantor sedangkan aku mau ke dapur, mengambil camilan. Sebenarnya masih sedikit sungkan sih tapi Keluarga Frank sudah menerimaku sebagai keluarga mereka sendiri. Jadi, berusaha untuk menyesuaikan diri nih, Guys. "Oh really, Hill?" tanya Om Frank penuh perhatian, "Tapi saya melihat wajah kamu masih pucat. Oh Hill, kamu harus cukup istirahat malam ini, oke?" Sebenarnya memang masih pusing sih, sedikit. Tapi menurut Uta itu hal yang biasa terjadi pasca seseorang melakukan perjalanan lintas benua. Kami sudah menggelar obrolan  di chat room tadi, melepaskan rasa rindu. Wah, Uta bercerita banyak tentang MMB yang punya beberapa pelanggan baru di daerah Pingit.
Read more
Summer in Netherlands
"Jauh lebih baik, Om!" aku menyahut dengan jujur apa adanya ketika Om Frank menanyakan  bagaimana keadaanku malam ini. Kami bertemu di bawah tangga, dia baru saja pulang dari kantor sedangkan aku mau ke dapur, mengambil camilan. Sebenarnya masih sedikit sungkan sih tapi Keluarga Frank sudah menerimaku sebagai keluarga mereka sendiri. Jadi, berusaha untuk menyesuaikan diri nih, Guys. "Oh really, Hill?" tanya Om Frank penuh perhatian, "Tapi saya melihat wajah kamu masih pucat. Oh Hill, kamu harus cukup istirahat malam ini, oke?" Sebenarnya memang masih pusing sih, sedikit. Tapi menurut Uta itu hal yang biasa terjadi pasca seseorang melakukan perjalanan lintas benua. Kami sudah menggelar obrolan  di chat room tadi, melepaskan rasa rindu. Wah, Uta bercerita banyak tentang MMB yang punya beberapa pelanggan baru di daerah Pingit.
Read more
Makan Siang di Rumah Pohon
"Hill, bisa bantu Tante?" seru Tante Ariane dari bawah rumah pohon, menyeret tubuhku untuk segera turun melalui tangga. Sampai sejauh ini belum berani turun dengan cara yang dilakukan Om Frank dan Aldert, berpegangan pada tali yang terikat kuat pada pohon lalu meluncur. Masih ngeri rasanya. Lagi pula, kalau ada jalan yang lebih mudah kenapa harus mempersulit diri. Iya, kan?  "Ya, Tante?""Bisa bantu Tante membawa makan siang kita ke sini, Hill?""Bisa Tante, tolong tunggu sebentar.""Ya Hill, hati-hati. Tante ke dalam dulu, ya?" Aku mengangguk kecil lalu menuruni anak tangga dengan super duper hati-hati. Samar, aku mendengar Tante Ariane menerima telepon dari seseorang di dalam rumah,  en
Read more
Liburan Paling Buruk
"Apa, aku …?" bodohnya dua penggal kata itu terlontar begitu saja dari mulutku sehingga Aldert semakin menjadi. Kasar, dia menunjuk ke pintu rumah pohon yang berarti mengusirku. Memang, Om Frank sigap bertindak begitu juga dengan Tante Ariane. Mereka menegur Aldert atas sikapnya, tentu saja tetapi bagiku itu tidak berarti apa-apa. Semuanya sudah terlambat. "OK, aku turun ya Aldert? Mari Om, Tante? Selamat makan siang untuk kalian!" Gontai namun tak berusaha sedikit pun untuk menahan rintik air mata, aku menuruni tangga. Rasanya terlalu sakit. Terlalu pedih. OK, fine Batik memang kasar, emosional, menekan tapi belum pernah memperlakukan aku dengan seburuk ini. Pernah sih, di pertemuan terakhir kami---dia memarahi, membentak-bentak aku di pinggir jalan waktu keliling bersama Uta di kawasan Malioboro---
Read more
Jangan Berbohong, Hill!
"Oh, My God!" Om Frank bergumam dan berlari cepat ke toilet tamu. "Oh Boy, apa yang terjadi?" samar-samar aku mendengar Om Frank bertanya dengan super panik di antara suara air keran wastafel yang mengalir deras.  Tante Ariane berlari ke dapur untuk memeriksa, jadi aku mengikutinya. Tidak ada api, kompor dalam keadaan  mati. Mungkin Aldert mau memasak pasta tadi, karena aku melihat ada kira-kira dua genggam pasta yang masih mentah di dalam panci. Lalu bagaimana dia bisa terbakar? Hanya Tuhan dia dia sendiri yang tahu, tentu saja. Ya ampun! Dia kan, bukan anak TK atau sepantarannya lagi? Benar-benar aneh! "Oh Hill, boleh Tante minta tolong?" kata Tante Ariane setelah memastikan semua aman. Berulang kali dia menyalakan dan mematikan kompor, memeriksa kabel-kabel dan seluruh penjuru dapur. "Tolong rebuskan pasta untuk Aldert y
Read more
Semakin Kacau Balau
"Oh, Aldert  … Kembalikan kucingku!" aku setengah berteriak, "Oh, bandanaku!" rasanya seperti anak ayam dikejar-kejar musang.  Bayangkanlah! Aldert beranggapan itu anak kucing sungguhan. Tanpa perasaan berdosa sedikit pun dia melepas bandana lucu dan imut itu  dari kepalaku, membawanya ke dapur. Suara miaw, miaw, miaw-nya cukup membuat marah. Terlebih saat Tante Ariane mengingatkan kalau itu boneka, tak bisa makan ikan tuna kaleng tapi Aldert malah mengamuk. Oh  aku merasa terdampar di rumah sakit jiwa! "Aldert?" antara takut dan harus aku memanggil. Berusaha merebut kembali bandanaku dari tangannya, tentu saja. Itu pemberian Mama, mana mungkin aku membiarkannya musnah di tangan Aldert? "Please, tolong kembaliin bandana aku?" 
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status