Semua Bab 3 Minutes With You: Bab 21 - Bab 30
46 Bab
BAB 20
Alunan musik piano tak asing di telinga Chea ketika dirinya sedang berada di sebuah studio. Chea lekas memeriksa ponselnya. Tak ada panggilan telepon masuk. Dia pun berjalan menuju asal suara musik piano itu dan berakhir masuk ke salah satu studio di mana Kael sedang bermain piano.Manda yang sedang menyaksikan pertunjukan gratis sang idola menyuruhnya untuk masuk. Chea pun terpaksa untuk masuk dan ikut menyaksikan permainan piano Kael bersama dengan Manda dan Martin yang sedang merekam Kael bermain piano.Mereka memang sedang melakukan shooting untuk dokumentasi perjalanan Kael menuju konsernya di sebuah studio musik yang disewa untuk Kael latihan. Dokumetasi tersebut dilakukan oleh perusahaan Chea untuk mengisi konten YouTube mereka.Lagu yang Kael mainkan sekarang jelas tidak asing untuk Chea sebab dia pernah mendengarkan ketika Kael memainkannya di studio milih teman Kael. Chea bahkan merekam lagu tersebut di ponselnya.Chea mematikan alat pe
Baca selengkapnya
BAB 21
Tidak banyak barang yang harus Zafri bereskan di kamar rawat Chea sebab Chea hanya semalam dirawat. Dia hanya memasukan charger ponsel dan ponsel Chea ke dalam tas Chea. Tak lupa, dia juga memasukkan obat yang baru saja dia tebus usai mengurus administasi agar tidak kelupaan. “Zaf, kamu beneran nggak bilang kan sama Ibu kalo aku kecelakaan?” tanya Chea yang baru keluar kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Chea tidak sempat meminta Manda untuk mengambil pakaiannya di Apartemen sehingga harus mengenakan pakaian yang sama. Tak mungkin juga meminta Zafri yang mengambilkan. “Kagak.” “Terus kamu alasan apa nggak pulang ke rumah?” “Aku bilang kalo lembur dan pulang ke Apartemen.” Zafri sibuk melipat Chef Jacket miliknya. Beruntungnya, dia selalu membawa pakaian di dalam mobil sehingga bisa berganti pakaian saat menemani Chea di Rumah Sakit. Suara ketukan pintu membuat keduanya menoleh. Beberapa saat kemudian pintu dibuka d
Baca selengkapnya
BAB 22
Chea menikmati kopi yang dia beli di dekat gedung kantornya saat berjalan menuju kantor ketika sudah berada di dalam lift. Sebuah kaki menghentikan pintu lift yang hampir tertutup. Tak disangka, orang itu adalah Kael yang kini masuk ke dalam lift bersamanya. Entah apa yang membuat Kael datang sepagi ini ke kantornya. Kok Arumi nggak ada? Chea tak melihat sosok Arumi yang tak pernah absen berada di samping Kael. “Lukamu gimana?” Chea menoleh menatap Kael yang berdiri disamping kanannya. Hanya beberapa detik lalu kembali melihat ke arah depan, “Udah nggak pa-pa.” Chea reflek memegang lukanya yang masih dibalut dengan plester luka. Dan dia teringat bahwa dirinya lupa mengganti plesternya. “Makasih untuk waktu itu,” ucap Chea yang belum sempat mengucapkan terima kasih kepada Kael. Mungkin jika Kael tidak menyelamatkannya lukanya bisa lebih parah dari yang dia dapatkan. Chea menunjuk tangan kiri Kael, “Tanganmu gimana?”
Baca selengkapnya
BAB 23
“Kita makan malam dulu,” kata Kael saat mereka sudah duduk di belakang mobil. “Nggak perlu.” Chea mendekat ke sopir yang duduk di depannya, “Pak, nanti setelah halte depan tolong berhenti. Saya turun di sana.” “Baik, Non.” “Jalan terus, Pak. Kita langsung ke Hotel.” Chea kembali menatap Kael kesal, “Terus saya harus pulang dari Hotel kamu gitu?” “Aku kan bilang kita makan dulu. Kita makan baru kamu boleh pulang, oke?” “Tapi saya nggak mau.” Kael menghela nafas, “Chea, sejak kapan kamu ngomong sama aku pakek kata ‘Saya’? Bukannya lebih nyaman kita pakek bahasa yang sering kita pakek dulu? Kamu kan yang mau aku untuk nggak ngomong formal ke kamu.” Chea mengakui di dalam hatinya jika memang yang Kael katakan benar. Dia yang meminta Kael untuk tak menggunakan kata ‘Saya’ saat berbicara kepadanya karena saat itu mereka adalah pasangan kekasih. “Kamu lupa ya? Kita ini rekan kerja dan bahasa itu wajar kok. Nggak ada ya
Baca selengkapnya
BAB 24
VOICE RECORD. Tulisan yang terpampang ketika Chea melihat pada pintu kaca sebuah gedung berlantai tiga. Salah satu perusahaan label musik di Jakarta yang sudah melahirkan banyak penyanyi terkenal. Terbesit dalam pikiran Chea bahkan mungkin Kael akan merilis lagu saat di Indonesia sehingga datang mengunjungi label musik. Meski dia belum mendengar rencana itu dari Arumi ataupun media yang masih penasaran dengan kegiatan Kael selama istirahat total karena cedera. Kabar terakhir dari salah satu media online, mengabarkan bahwa Kael ikut bersama Arumi ke Bali meski belum ada satupun yang membuktikan keberadaan Kael yang memang tidak berada di sana. Berita online  yang tersebar sekarang membuat Chea tertawa sebab kenyataannya, pria itu berada bersamanya sejak kemarin. “Kael!” suara seorang perempuan berteriak memanggil Kael yang sedang menaiki anak tangga menuju lantai 2. Chea terkejut ketika melihat sosok yang dia kenal. Lily. Perempu
Baca selengkapnya
BAB 25
Kael menyandarkan kepalanya kepada sandaran kursi saat dia duduk belakang mobil. Pembicaraannya dengan Zafri masih terekam jelas di kepalanya. Semalam dia bahkan tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan ucapan Zafri tentang Chea. Entah apa yang terjadi pada perempuan yang masih singgah dihatinya itu sebab dia merasa ada sesuatu hal yang terjadi dan membuat Zafri merasa cemas. Dugannya, ini bukan karena Zafri takut kehidupan Chea terusik jika kembali bersamanya. Ada sesuatu yang lain yang tidak ingin Zafri katakan dan Chea sembunyikan. Kael menoleh saat mendengar suara pintu mobil belakang samping kiri dibuka. Chea masuk membawa dua minuman dan sebuah paper bag yang ditentengnya dalam satu tangan. Dia baru saja meminta Chea untuk membeli kopi untuknya karena masih mengantuk. “Ini.” Chea memberikan satu minuman yang dia beli. Kael menerimanya tanpa ingin berkomentar. Dia lekas menyeruput latte miliknya. “Roti.” Chea memberika
Baca selengkapnya
BAB 26
Hujan di pagi hari membuat Chea enggan keluar dari balik selimut tebalnya. Dia ingin tidur lebih lama. Masa bodoh dengan tugas barunya sebagai asisten pribadi Kael. Dia hanya ingin tidur sekarang. Chea menarik selimutnya agar menutupi seluruh tubuhnya. Hanya beberapa sat saja karena setelah itu dia menyibakan selimutnya dan segera bangkit dari tidurnya, berpindah posisi menjadi duduk. Sayangnya, dia tidak bisa untuk masa bodoh dengan tugasnya itu. Chea mengambil ponselnya yang selalu dia taruh di atas meja dekat tempat tidurnya. Hal biasanya yang dia lakukan, memeriksa ponselnya. Siapa tahu ada pesan atau telepon masuk ketika dia tidur. Dua pesan dari Kael. Kael : Tidurmu nyenyak? Hari ini nggak usah dateng. Istirahat aja.   Seharusnya, Chea senang karena dia bisa kembali tidur tapi dia tidak bisa menyembunyikan perasaan kecewanya karena itu artinya, mereka tidak bertemu hari ini. Sebuah pa
Baca selengkapnya
BAB 27
Tak ada lagi pelanggan yang datang saat Kael ke Restoran Askara. Karyawan Bu Nur pun juga tidak nampak karena sudah pulang semuanya. Hanya bersisa si pemilik Restoran yang menyambut Kael datang. Dia memang sengaja datang saat Restoran Askara sudah tutup karena tidak ingin keberadaannya membuat heboh. “Kamu mau makan? Tapi Ibu hanya bisa siapin menu sesuai dengan bahan makanan yang masih ada,” ucap Bu Nur. “Saya dateng bukan untuk makan, Bu.” “Ada masalah?” “Soal Chea. Saya sempat heran Ibu sama Chea dekat. Apa sesuatu terjadi pada Chea saat saya nggak di Jakarta?” Bu Nur mulai menghindari untuk menatap matanya, “Bukannya lebih baik kamu tanya ke Chea sendiri?” “Apa Ibu akan berpikir Chea mau kasih tahu saya? Dan saya rasa pertanyaan saya terjawab dengan pertanyaan balik Ibu ke saya kalo memang ada sesuatu yang terjadi dengan Chea. Iya kan, Bu?” Bu Nur mulai gelagapan, “Ibu nggak ngerti sama maksud omongan kamu, Kael.” “
Baca selengkapnya
BAB 28
Kael masih berdiri di dekat ranjang tidur di ruang UGD sebuah Rumah Sakit. Memandangi Chea yang masih berbaring tak sadarkan diri dengan selang infus yang menempel di punggung tangan Chea. Saat melihat Chea sedang duduk sendirian, Kael memang berniat untuk menghampiri Chea. Tapi, perempuan itu langsung jatuh pingsan ketika Kael tiba. Beruntung, Kael segera menangkap tubuh Chea jika tidak, kepala Chea akan terjatuh ke lantai. Chea akhirnya membuka matanya, “Kael, itu beneran kamu?” tanyanya dengan mata setengah terbuka. Kael mendekat dan tak segan memegang tangan Chea yang berada di atas perut Chea, “Iya. Ini aku.” “Kenapa kamu di sini?” “Kamu pingsan makanya aku di sini. Kamu masih ngerasa pusing?” “Kael, bukannya kamu harus benci aku? Aku udah buat kamu terluka. Mutusin kamu secara pihak. Kenapa kamu masih bersikap seperti ini?” Chea berbicara dengan mata yang setengah tertutup. Sepertinya, obat yang diberikan dokter membuat C
Baca selengkapnya
BAB 29
Kael menikmati menu sarapannya pagi ini meski hanya menu sederhana yang dibuat oleh Bu Nur. Soup Ayam dengan lauk tempe yang dulu sering menjadi menu sarapannya jika memiliki jadwal shift pagi di Restoran Askara. Kael yang merupakan anak kos hampir tak pernah melewatkan waktu sarapan di Restoran Askara jika masuk pagi.Bu Nur memintanya untuk sarapan bersama. Beliau pun lekas memasak dengan dibantu Chea di dapur rumahnya. Sementara Kael, memutuskan untuk membersihkan diri. Bu Nur tak segan memberikan pakaian ganti untuk Kael dengan mengambilkan pakaian Zafri. Berunutng, dia dan Zafri memiliki gaya pakaian yang hampir sama. Kasual.“Kamu mau bawa pulang ke Hotel?” tanya Bu Nur.Kael menggunyah makanannya sebelum menjawab pertanyaan Bu Nur, “Nggak usah, Bu.”“Kamu keliatan orang kelaperan gitu. Kenapa? Masakan Zafri nggak seenak masakan Ibu, ya?”“Tentu aja masakan Ibu yang terbaik.”&ld
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status