Semua Bab Ms. Manager And Her Brother: Bab 11 - Bab 20
130 Bab
Mansion Om Clayton
       Rosie sudah terlarut dalam pekerjaannya sebagai seorang manajer, urusan percintaan bahkan sudah tidak terpikir lagi di balik tempurung kepalanya. Hal yang membuatnya tetap bersemangat hanyalah pekerjaan dan rutinitas di balik kursi manajer.        Akan tetapi, hari ini Rosie sengaja mengambil cuti seharian. Pagi-pagi ketika matahari sudah mulai meninggi, Rosie mengawali paginya dengan secangkir kopi di balkon sembari menjatuhkan mata pada pemandangan kota di depannya. “Yo, selamat pagi, Kak Ros!” sapa Ethan.     Pemuda itu baru datang dari luar dengan kaos yang basah di bagian punggung karena keringat. Celana training dan sepatu sport merk terkenal menjadi alas kakinya.  Napasnya masih sedikit berat karena efek olahraga. “Darimana aja kamu?” Rosie menoleh. Memandangi adiknya yang sedang mengeringkan leher dengan handuk. “Udah jelas aku berkeringat begini. Ya
Baca selengkapnya
Ethan dan Keseriusan
Tidak sampai dua jam mereka berada di rumah Om Clayton, mereka pamit pulang dengan alasan menghindari kemacetan lalu lintas kota. Akan tetapi, kepadatan lalu lintas kota metropolitan memang tidak dapat dihindarkan. Rosie harus memelankan laju kendaraannya begitu memasuki jalanan kota Jakarta yang padat. “Pergi macet, pulang juga macet!” keluh Ethan. Ethan bahkan nyaris tidak dapat mengedarkan pandangan ke hal yang menyejukkan mata. Selain pemandangan sekumpulan besi yang melaju sekena pengendalinya yang tepat ada di depan matanya itu. “Ternyata memang lebih baik di Kota G,” imbuh Ethan. Rosie memasang kacamata hitam, menghalau cahaya yang menyilaukan mataya tanpa memerdulikan adik lelaki yang nyeloteh tentang lalu lintas. “Kakak, ngomong-omong apa dengan minta bantua Om Clayton itu gak berlebihan?” tanya Ethan pada kakak perempuannya itu. “Berlebihan gimana?” Rosie melirik ke kaca spion seraya menjawab pertanyaan Ethan dengan pertanyaan. “Maksudku, jarang sekali Kak Ros minta
Baca selengkapnya
Rencana Mario
Musik mengalun kencang di bar itu. Lampu remang-remang bergonta ganti warna menyentuh kulit siapa saja yang ada di bawahnya. Para pengunjung yang asik menggoyangkan tubuh mengikuti alunan musik yang dimainkan oleh DJ. Mario meneguk minuman beralkohol di sebelah wanita yang mengenakan dress seksi ditemani oleh seorang pria yang menggoda gadis satunya yang juga duduk di sofa.. Meski hanya sesekali pergi ke sana, tempay itu adalah pelarian Mario pasca hubungannya kandas dengan Rosie. Tempat membuang semua kekalutan pikirannya. “Kamu tahu kan Lee. Ayahku lebih percaya Rosie yang memegang jabatan daripada aku. Terlebih lagi, sekarang sangat sulit karena aku tidak berhasil menikahi wanita itu.” Mario mengeraskan suaranya yang kalah oleh music agar terdengar oleh Lee. “Itu salahmu sendiri menuduhnya macam-macam. Padahal tidak ada bukti,” komentar pria keturunan Korea Selatan yang juga sahabat masa kecilnya itu. Lee Jung Gi, pria keturunan Korea Selatan. Ayahnya merupakan teman baik
Baca selengkapnya
Mabuk
Tengah malam, Mario datang ke apartemen Rosie. Mengetuknya dengan keras dalam keadaan mabuk karena alkohol. “Rosie! Rosie!” Pintu apartemen Rosie digedor dengan keras. Beberapa tetangga yang masih terjaga keluar untuk melihat siapa yang membuat gaduh malam-malam begini. Ethan yang menggunakan sofa sebagai tempat tidurnya sontak terbangun dari mimpinya yang indah. Dia menggeliat sejenak, menguap kemudian berjalan menuju pintu dengan mata sayu. “Rosie! Rosie! Buka!” “Hoaahem. Siapa sih malam-malam begini!” gerutu Ethan. Ethan memincingkan mata, mengintip dari interkom siapa manusia tidak beretika yang mengganggu menggedor pintu apartemem tengah malam dan mengganggu ketenangan. Pupil mata Ethan langsung melebar, mendapati Mario yang tampak sempoyongan di depan pintu. Tanpa pikir panjang, Ethan membukakan pintu apartemen. Begitu pintu apartemen terbuka, Mario menyemburkan muntahannya hingga mengotori piyama biru langit bermotif bintang yang melekat di badan Ethan. Sesaat kemu
Baca selengkapnya
Pertemuan Ethan dengan Mario
Beberapa pasang mata di ruangan departemen pemasaran memandang Mario sinis saat dia keluar dari ruangan manajer. Berhasil membuat asisten pemimpin mereka terheran-heran. Mereka baru kembali bekerja saat Mario berkata, “Lihat apa? Kembalilah bekerja!” bentaknya. Setelah mengeluarkan kekesalannya, Mario duduk di kursi hidrolik. Memandang layar laptop dan mulai menggerakkan jari di atas keyboard. Sebagai asisten, Mario sebisa mungkin melakukan yang terbaik. Hal itu dia lakukan bukan semata-mata agar departemen pemasaran bisa berkembang denga baik di bawah kepemimpinan Rosie melainkan agar dipandang jika dia pantas untuk menduduki jabatan ayahnya. Baru sebentar Mario duduk di kursi hidrolik, kantong kemihnya terasa penuh dan harus segera dikeluarkan. Dia beranjak dari tempat duduknya kemudian melanggang ke kamar mandi. “Padahal mereka itu sudah putus tapi, Pak Mario masih aja dekat sama Bu Rosie,” wanita yang mejanya tepat di sebelah Mario mulai menggosip. “Gimana bisa jauh, hubun
Baca selengkapnya
Dine In Minuman
“Ah, aku kenyang!” Ethan menepuk petutnya yang penuh. “Sudah waktunya bekerja lagi.” Mario berdiri dari tempat duduk. “Kita lanjutkan lain kali saja, ya!” imbuh Mario. “Minoru san!” panggil Ethan sebelum pria itu benar-benar pergi. “Ya?” “Apa yang sebenarnya Minoru san rencanakan?” Ethan memandang pria berwajah khas Asia Timur itu. Mario melengos asal-asalan. “Aku akan terlambat. Makasih hari ini.” Mario langsung melenggang, meninggalkan Ethan bersama piring kosong bekas makanan. Memandang kepergian Mario seperti itu, Ethan tersenyum menyeringai. Faktanya, kebenaran tentang perusahaan milik ayah Mario telah diketahui oleh Ethan. Suatu hari saat Ethan sedang bosan dengan pelajaran, dia iseng membuka internet dan mencari artikel tentang dunia bisnis. Mata Ethan membeliak di depan layar laptop saat matanya menangkap artikel tentang Absolute Beauty Chemical yang saat itu sedang berusaha melebarkan sayap ke Negeri Sakura. Dada Ethan bergemuruh setelah membaca a
Baca selengkapnya
Pria Korea yang Membuat Rosie Berdegup
Rosie berjalan di lorong setelah rapat bulanan selesai. Kepala wanita itu tampaknya sedang dipenuhi pekerjaan yang harus dia selesaikan sebagai tanggung jawab seorang manajer. Hari ini, di ruang rapat Rosie telalu kesal dengan anak buahnya. Untuk saja, sebelum kemarahannya meledak Mario dapat menenangkan dirinya. Karena Mario tahu kemarahan Sang Manajer bak Mahakali yang siap menghancurkan apa saja di yang ada di hadapannya. Brak! Seorang pria tidak sengaja menabrak Rosie hingga membuat isi map warna biru langit berserakan di lantai. “Maaf, Bu.” Pria itu kemudian membantu Rosie mengumpulkan lembaran kertas yang berserakan. “Kalau jalan lihat-lihat, dong!” umpat Rosie. Mengeluarkan sisa kekesalannya di ruang rapat. “Ini, Bu.” Pria itu menyerahkan kertas yang sudah tertata rapi di tangannya kepada Rosie. Rosie lantas mengambi lembaran yang ditumpuk di tangan pria itu, memasukkannya kembali ke dalam map. “Makasih!” ucap Rosie ketus. Namun, Rosie tertegun memandang
Baca selengkapnya
Youth Serum
Mario masuk ke ruangan Rosie. Duduk berseberangan dengan mantan kekasihnya itu. Ketika Pak Harwan masuk ke dalam ruangan, rapat pun dibuka."Silakan Manajer Rosie untuk menyampaikan agenda hari ini." Seorang asisten pria yang menjadi moderator mempersilakan Rosie setelah membukanya dengan pembacaan agenda rapat."Terima kasih waktunya, rekan-rekan di sini." Rosie membuka slide dan terpantul pada proyektor. Tampak hasil penjualan di produk perawatan wajah remaja menduduki peringkat paling bawah dalam penjualan."Maaf, ini mungkin diluar agenda tapi, ini akan ada kaitannya dengan Youth Serum." Rosie membuka presentasinya."Bisa dilihat, produk perawatan wajah menduduki peringkat paling bawah penjualan dan hasil survey juga menunjukkan bahwa produknya terlalu lengket. Saya sudah setuju dengan Bu Diar untuk membahas ini dalam rapat kali ini.""Jadi, Manajer Rosie, apa maksudnya?""Melihat datanya, kita punya dua opsi." Rosie mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan."Opsi pertama, mengub
Baca selengkapnya
Rapat Dadakan
Rapat dadakan pun diadakan dan peserta rapat jadi bertambah yang awalnya hanya manajer kini melibatkan dua orang dari departemen pengembangan, dua orang dari departemen pemasaran dan dua orang dari departemen produksi. Total ada tujuh orang termasuk Pak Harwan, Sang Presdir yang duduk di kursi paling ujung meja. Mengulang agenda rapat dengan lebih serius setelah Viona membawa koran yang berhasil membuat gempar. Koran yang memuat berita tentang Youth Serum pun dibentangkan di whiteboard dengan paku pin untuk menahannya. “Terima kasih atas kehadiran rekan-rekan dan juga Pak Harwan. Saya mohon maaf akan memolorkan waktu pulang kita yang ada di ruangan ini. Namun, ada hal mendesak yang harus kita bahas.” Mau tidak mau, Rosielah pun meneruskan agenda sesuai dengan arahan moderator. “Seperti yang kita ketahui, produk Youth Serum telah diklaim sebagai produk tiruan dari produk pesaing. Sebelum kita mengklarifikasi ini dengan pihak Nature Chemical, ayo kita diskusikan terlebih dahulu d
Baca selengkapnya
Nature Chemical dan Rosie
Rosie belum memutuskan pulang, wanita itu masih aktif di dalam ruang kerjanya. Kesepuluh jari lentik Rosie aktif menari di atas keyboard laptop. Analisis pemasarannya tertunda hanya karena berita di koran yang menyert produk Youth Serum. Sementara, dari jendela ruangan Rosie, langit Kota G sudah menggelap. Rosie melepas kacamata, mengerjap-ngerjapkan mata yang sudah mulai perih dan berair. Sesekali, dia memandang ke luar, menyeimbangkan efek akomodasi mata dengn bulu lentik itu. Drrrt! Drrrt! Drrrt! Dering smartphone mengalihkan pandangannya, terpampang nama Ethan di dalam layar. [Kakak, belum pulang juga?] Suara di seberang sana masuk ke gendang telinga begitu dia menempelkan benda pipih itu di telinga. [Aku sibuk!] jawabnya. [Pulang jam berapa?] [Jangan mengkhawatirkanku!] Rosie membentak kemudian menutup telefon sebelum Ethan menyelesaikan kalimatnya. “Anak itu gangguin aja!” gumam Rosie. Rosie kembali ke laptopnya, menutup lembar kerja Microsoft Excel lalu membu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status