All Chapters of Pria Tua Kesayangan: Chapter 21 - Chapter 30
134 Chapters
Bab 21
Tak beberapa lama kemudian setelah ayah dan ibu bersikeras melarangku keluar karena mereka tahu jika aku keluar apa yang akan terjadi, kakakku kembali. Dalam banyak hal Kak Riyan lebih pandai mengendalikan emosi dari pada aku. Mungkin ini pertimbangan orang tua melarangku keluar dan menghadapi mereka.Kak Riyan masuk mobil dan kembali menyetir. Tampak napasnya terengah dan berusaha menetralisir keadaan.“Apa baik-baik saja tadi Nak?” Ibu menanyakan.“Iya bu, tidak apa-apa. Paling lecet dikit mobilnya. Padahal baru di-service kemarin.”“Yang salah dia kan?” sambung Ayah.“Iya Yah. Tidak seharusnya dia ngotot kita yang salah. Tapi tadi udah beres. Dilerai orang sekitar. Nanti aku bawa ke bengkel lagi biar yang lecet diperbaiki. Vid, maaf ya mobilnya jadi lecet dan sedikit peok.”“Tidak apa-apa mas. cuma …”“Cuma apa?”“Cuma aku nyesel da
Read more
Bab 22
“Tunggu!” Aku mengeraskan suaraku sambil mengangkat ke depan telapak tangan yang kuhadapkan ke mereka.“Mau apa kamu kemari? Cari ribut?”“Bukan Bang. Santai saja dulu. Kami tidak ingin rebut. Bahkan kami tidak sedang balas dendam.”“Ah, bohong kamu. Kamu bawa teman bukan? Gak usah macam-macam kamu.”“Teman diperlukan jika memang kami dalam bahaya. Jika kami menganggap kalian tidak membahayakan kami maka teman tidak perlu terlibat. Kecuali jika disini kami merasa terancam.”Agaknya penjelasanku yang singkat mengena di hati ketua dari geng mereka.“Baik jika itu benar. Awas jika kau bermain belakang. Jadi apa maumu datang kemari?”Syukurlah. Kami diberi ruang dan kesempatan. Hampir saja Andrew menekan handphonenya yang sudah disiapkan di kantong. Sepanjang mereka bisa diajak kompromi kami tak akan melakukan itu.Setelah mereka mempersilakan duduk aku segera
Read more
Bab 23
Posisi mereka terkunci. Tangan dan kaki seperti tak berdaya karena ditahan oleh kami. Jumlah mereka tak sebanding. Perbandingannya adalah satu orang dari mereka adalah tiga sampai empat orang banyaknya dari kami. Jadi jika mereka nekat malah akan membuat mereka tambah hancur. Belati tepat kuarahkan ke muka si ketua.“Kau tentu paham maksudku Bang. Kami datang dengan baik-baik tapi malah disambut kasar. Sok menyerang kami lagi. Aku sudah maafkan dan tidak persoalkan kejadian malam itu dan hanya memohon satu hal yang memang hak saya menanyakan, tapi sepertinya kamu dan anak buahmu menunggu kejadian ini terlebih dahulu. Bagaimana, masih tidak mau menjawab?” Belati itu kali ini kutempelkan ke pipinya.“Bisa saja saya hancurkan mukamu saat ini atau menusukmu sekalian tapi itu tidak fair bukan? Tapi akan aku lakukan jika kamu tidak bisa diajak kerjasama. Aku hanya memintamu satu hal. Kasih nama itu.”Dia masih diam dan tak merespons hi
Read more
Bab 24
Si Ketua meminta persetujuanku untuk mengangkat telponnya. Aku memberi isyarat untuk mengaktifkan Loud Speakernya agar terdengar lebih keras sehingga aku bisa mendengar juga sebelum kuminta mengangkat. Di saat yang bersamaan aku merekam proses bertelpon itu yang akan kujadikan barang bukti berikutnya jika memang diperlukan.“Halo? Iya?”Si ketua memulai obrolannya. Terdengar di seberang sana suara lelaki yang sangat kukenal. Suara yang dulu memohon agar dipinjami uang dan dicarikan pekerjaan tapi begitu sudah sukses bagai kacang lupa kulitnya.Tak lama obrolannya. Hanya memastikan dan menanyakan beberapa hal saja ke si ketua. Pertama apakah ada seseorang yang datang menanyakannya usai eksekusi pengroyokan itu? Si ketua bilang tidak ada. Aman.Kemudian si Lucas hendak memberi pekerjaan baru untuknya. Setelah ditanya detail pekerjaannya aku mendengar jelas dengan telingaku sendiri; menghabisi untuk kedua kalinya target yang kemarin.
Read more
Bab 25
Andrew tidak menyarankan aku ke kantor. Dia bilang akan mengurusi persoalan yang ada hari itu. Aku dimintanya untuk istirahat agar lebih fit di hari-hari berikutnya.Esok harinya aku sudah lebih dari siap untuk memulai aktivitas yang sebelumnya sempat lama terhenti. Berbeda dari pagi-pagi masuk kantor sebelumnya, kali ini aku datang lebih awal dimana banyak orang belum berdatangan dan situasi sekitar atau bahkan dalam kantor masih sepi. Kerinduanku terhadap suasana kantor dan pekerjaan yang terhenti lama membuatku mengambil start lebih awal untuk segera tiba di kantor.Di perjalanan Sheily sempat menelpon dan mengabarkan jika hari ini akan ada meeting besar yang sejak aku dirawat tertunda dan sengaja ditunda. Bapak komisaris mendengar kalau keadaanku sudah membaik dan siap bertempur di kerjaan. Mega proyek yang sebentar lagi dilaksanakan itu mungkin menjadi alasannya. Tentu saja pertimbangan bapak komisaris yang lebih dominan ke aku untuk menangani pr
Read more
Bab 26
Esok harinya ada kejutan yang tak kalah seru untuk Si Lucas. Sebelumnya aku sudah memberi informasi ke Bapak Komisaris soal sikap dan tindakan si Lucas selama ini di kantor dan di luar kantor. Aku juga sampaikan terkait kejadian pengeroyokan tempo lalu. Selain itu aku juga sudah meminta Pak Komisaris untuk mau berkompromi soal sekenario kejutan itu.Di ruangan kerjanya si Lucas dipanggil ke ruang komisaris. Aku hanya mengamatinya dari kejauhan. Begitu ia sudah sampai dan masuk ke dalam ruangan komisaris aku mendekati pintu ruangan dan menunggu di depan. Bagian dari sekenarionya adalah begitu si Lucas keluar, orang yang akan dicari kemungkinan terbesarnya adalah aku. Maka agar dia tidak terlalu susah mencariku aku menyediakan diri untuk dicarinya dengan sangat mudah.Menunggu si Lucas mendapatkan kejutan di ruangan komisaris aku melanjutkan strategi berikutnya. Menghubungi Renata. Seperti biasa, dia sok bermanja-manja dan bersayang-sayangan. Kali ini aku gunakan kesempa
Read more
Bab 27
Sembari menunggu Lucas berjalan kemari aku harus manfaatkan bagian yang menjadi skenario dan strategi ini.“Oya Sayang. Sekarang saatnya untuk membicarakan hal penting itu.”Ia bersemangat sekali. Mengatur posisi terbaiknya untuk mendengarkan hal penting dariku yang mungkin akan meremukkan hatinya.“Tapi sebelum itu izinkan aku bertanya terlebih dahulu.”“Oke siap. Kamu mau tanya apa Sayang?” Semangatnya melebihi sebelumnya saat meresponsku. Aku langsung meraih handhphone dan menuju ke bagian foto yang kupersiapkan.“Kau tahu siapa orang ini?” Aku menunjukkan foto Lucas ke Renata. Ekspresi siap dan ceria berubah panik dan cemas.“Eee.. Itu.. Ee.. Aku tak tahu sayang. Memang kenapa?”“Kau kok gugup begitu. Apa hubungannya kau dengan orang ini?”“Tidak ada. Tapi kenapa tiba-tiba kau tunjukkan gambar orang ini? Kita kan sedang membicarakan hal p
Read more
Bab 28
Aksi brutalku terpaksa kuhentikan. Para polisi yang datang segera bertindak cepat. Dua polisi menenangkanku dan menahan agar tidak bertindak semakin brutal sementara sisanya mengamankan si Lucas. Tangannya diraih dan langsung diborgol. Melihat kejadian itu Renata kebingungan kenapa polisi membelaku. Ia tidak tahu kalau ini semua sudah kurencanakan. Kejadian pengroyokan tempo lalu sudah kulaporkan dan penangkapan malam ini sudah kubicarakan dengan pihak polisi.“Maaf Pak Polisi aku kelepasan. Kelewat emosi soalnya. Mohon dimaafkan,” pinta maafku pada Pak Polisi yang mengerti kronologis kasus dan kejadiannya.“Lain kali jangan bermain hakim sendiri. Terimakasih atas kerjasamanya Pak David,” jelasnya.“Baik Pak siap. Tapi izin sebelumnya untuk menyampaikan pesan perpisahan sebelum bapak bawa terlapor yang sudah terbukti.”Bapak Polisi mengizinkanku berbicara ke Lucas.“Selain maksud yang dari tadi kau tanyakan
Read more
Bab 29
Di dalam ruang kerjaku Sheily menjelaskan perkembangan yang lebih detail terhitung dari pertama aku off kerja karena penyembuhan dan pemulihan hingga sekarang.“Awal berjalan lancar meskipun agak kepayahan. Namun semakin lama kelancaran itu harus tersendat saat Pak Lucas ikut campur dan seakan mengintimidasi jika kami tidak menuruti.”“Itu sebabnya kamu sering mengeluh Sheil?”“Benar, Pak. Dari gelagatnya Pak Lucas ingin menyingkirkan bapak pelan-pelan dengan membuat propaganda-propaganda yang mulai disusun jauh hari.”“Sialan si Lucas. Lalu apalagi yang membuatmu kesal. Sheil?”“Kadang Pak Lucas suka marah-marah, Pak. Apalagi jika kami menolak atau menghindar saat ditanya, dia sampai membentak yang membuat seisi ruangan ketakutan Pak.”Keterlaluan Si Pengkhianat Lucas. Kemarin harusnya aku menghajarnya lebih lama. Sampai benar-benar bonyok, sampai tak sanggup berdiri bahka
Read more
Bab 30
Aku sudah berada di dalam kamar setelah keributan kecil yang kuciptakan di ruang tamu barusan. Begitu ayah bilang kalau Maria adalah gadis pilihan ayah, aku sontak terkejut dan seketika menujukkan sikap tidak setuju meski tanpa kuucap. Maria yang mendapati ketegangan itu tidak enak hati dan mohon pamit. Ayah mengantar sampai depan rumah sementara aku menahan rasa tidak terimaku yang sebentar lagi berujung marah. Ibu sebisanya menenangkanku.Malam yang seharusnya aku bersantai pulang kerja harus diricuhkan dengan agenda diam-diam yang membuatku tak suka. Begitu ayah kembali masuk rumah usai mengantar Maria sampai depan segera kucecar dengan bertubi pertanyaan.Apa maksud ayah membawa Maria kemari?Siapa Maria memang, sepenting apa dia?Kenapa ayah bertindak gegabah tanpa persetujuanku?Aku tidak kenal Maria, tapi kenapa ayah yakin ia lebih baik dari Renata?Kenapa tidak memberitahuku dulu dan asal ambil
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status