Semua Bab 7 Ramadhan Tanpamu: Bab 41 - Bab 50
90 Bab
Apa Iya Ini Salah Sasaran?
Tak begitu lama pengunjung berhamburan ke arah Jubaedah yang sudah ada di pangkuan Zeira. "Ibu...." Zeira kembali berteriak histeris ketika tangannya bersimbah darah dan itu berasal dari dada Jubedah. Ternyata tembakan percobaan itu melesat tepat ke arah dada Jubaedah yang sedang berdiri. Warga di sana pun langsung menelpon ambulans serta polisi karena mereka tahu ada kalau jatuhnya Jubaedah terkena peluru. "Cepatlah telepon polisi! Ini jelas tertembak!" ujar pemilik kedai. "Siapa yang menembak?" tanya penasaran warga lain yang ada di sana. Suasana menjadi sangat riuh. Tiba-tiba tempat ini menjadi sangat terang benderang karena mobil-mobil pengunjung kedai dinyalakan. Dalam hitungan menit polisi sudah datang dan langsung memeriksa Jubaedah. "Cepat bawa ke dalam ambulans!" perintah polisi. Secara kebetulan ambulans pun sudah di tempat. "Bagaimana masih bernapas 'kan dokter?" ucap Zulkarnain yang ada di dalam ambulans. "Masih Pak, tapi kita harus secepatnya ke rumah sakit agar segera
Baca selengkapnya
Berawal Dari Hari Ini!
"Tapi kamu janji, Zeira!" Jubaedah menegaskan sorot pandangnya pada kedua mata Zeira yang sedang berkaca-kaca. "Ibu yakin, Nain bisa membuatmu menjadi seorang wanita yang beruntung telah lahir di dunia ini. Terlebih lagi biar Ibu tenang kalau dia bersamamu, Zeira." Wanita yang terlentang di atas meja operasi masih berbicara terus hingga jemarinya terkulai lemas. "Bu, Ibu...." Zeira serta Zulkarnain mencoba menyadarkan ibunya. Dokter serta suster yang berdiri terpaku memperhatikan dari tadi bergegas memberikan penangan pada Jubaedah. Sedangkan Zulkarnian spontan menggengam tangan Zeira untuk meninggalkan ruang operasi karena suster menggiring mereke agar segera meninggalkan ruangan. "Suster...tolong ibu saya...." Zeira memohon sedangkan tangan erat sekali digenggam oleh Zulkarnain. Sadar bahwa dirinya sedang menggenggam Zeira, wanita yang tidak ada hubungan dengannya dan ini adalah pertama kalinya. Pandangan pada tangan yang mengunci jemari lembut wanita bukan mahramnya. Ditepisnya
Baca selengkapnya
Aku Akan Membuatmu Hidup Seperti Di Neraka
"Semuanya berubah!" Angel menggerutu sembari membetulkan koper Nizam yang tergeletak. Setelahnya dia duduk di dekat pamannya. "Paman...." Angel mengawali pembicaraan akan tetapi suara bel pintu ada yang menekan. Aldert yang beranjak untuk membukakan. "Nizam?" Pandangan pada makanan siap saji di tangannya. Nizam hanya tersenyum kemudian berbicara, "Eh, ada Mr. Aldert." Sejenak Nizam menepuk jidatnya. "Oh, Maaf, maksudnya, Paman. Paman sudah lama?" tanyanya kemudian. Aldert tidak menjawab. Tangannya melebarkan daun pintu. Nizam pun masuk. "Sayang, ini makanan yang kamu pesan tadi," ucap lembut Nizam. Serta langsung menaruh makanan itu di atas meja. Nizam mendekat ke arah Angel, lalu mengelus perutnya. "Bayi kita itu memang membuat jengkel sih, tapi apa pun akan aku lakukan, Sayang...." Penuturan Nizam membuat Angel melongo tak percaya. 'Kenapa Nizam sekarang kembali baik? Apa tadi dia berbuat itu karena kelelahan dan aku terlalu cerewet?' pertanyaan dalam benak Angel berkecamuk. "Sa
Baca selengkapnya
Kamu Sudah Pantas Menjadi Pemain Sinetron!
Telanan ludah kegetiran memang seolah mewakili perasaan yang harus bersiap-siap menerima hal apa pun, kendati itu sangat menyakitkan. ~Andai saja bisa mengulang waktu, aku tidak ingin menikah terlalu cepat hingga aku terpeleset di dalamnya~ Penyesalan Angel sambil mengelus halus perutnya. Sesalan selalu dan akan datang belakangan, kenyamanan ibunda Nizam bukanlah jaminan hidupnya bahagia. Terlebih panasnya pintu neraka sudah dirasakannya. "Jadi kamu tahu 'kan kita menikah hanya demi untuk keluarga kita. Kamu yang merangsang aku malam itu adalah langkah paling salah. Artinya kita belajar dari kesalahan kita. Aku tak akan pernah mencintaimu." Penuturan Nizam terdengar pahit di kuping Angel. Dan itu lebih baik diketahui sekarang daripada berekspektasi kebahagian di balik kepalsuan. Sakit hati sudah dirasakan Angel. Dia tidak menjawab sepatah kata pun. Dia pun beranjak dari duduk keterpakuannya. Kemudian berjalan ke arah pintu lemari. "Tapi bulan madu kita masih akan dilaksanakan 'kan?
Baca selengkapnya
You Are Free with Anyone!
"Kan Abang sutradaranya!" ujar telak Angel sembari memakai sabuk pengamannya. Nizam melajukan mobilnya cepat sekali menuju ke arah hotel di mana mereka menginap dan ini adalah malam terakhir mereka di sana. "Cepat, turun! Aku besok jemput kamu dan siapkan semua pakaianku!" titah Nizam sembari menoleh ke arah Angel. "Abang, tidak mau tidur di sini?" tanya Angel dengan segera membuka pintu mobil. Sebelum benar-benar ke luar Angel menoleh pada Nizam. "Jadi karena pernikahan kita hanya sebatas bersandiwara artinya aku bisa berhubungan dengan siapa saja 'kan?" Penuturan Angel membuat Nizam tertawa keras. "You are free with anyone!" pungkas Nizam sambil kembali melajukan mobilnya. Kamu bebas dengan siapa pun, kata-kata menyakitkan dari seseorang yang dianggap suami. Itu sudah mengartikan kalau dirinya tidak lagi berharga di matanya. Jalan pelan dari halaman hotel kemudian masuk ke dalam lobi. Matanya tertuju pada kursi di tengah-tengah lobi yang kosong. Napasnya dikeluarkan. Jiwanya hampa
Baca selengkapnya
Takut Hukum Karma
"W*'alaikumsalam, Zeira." Suara angkuh kini agak berbeda di pendengaran wanita yang sedang memegang bubur ayam ini. "Ada apa?" jawab Zeira dingin. "Maafkan Nizam dan keluargaku, ya. Kamu jangan do'akan Nizam dan kami keburukan." Sahutan dari Azyumardi yang menelpon Zeira. -Flashback on- Sepeninggalnya Angel serta Nizam dari pesta barbeque menyisakan tanda tanya bagi Aldert juga Aminah yang menangkap prilaku Nizam agak berbeda. Terlebih lagi seolah sedang menguliti matrealistisnya dengan menyindirnya. Aminah berbisik pada Azyumardi, "Nizam berubah. Dia agak aneh!" Aldert yang bertepatan sedang berjalan di depannya secara spontan berdiri persis di depan Aminah. "Minta maaflah sama mantan menantu, Ibu. Sepertinya hukum karma sangat cepat datangnya." Ujar Aldert agak berdesis persis di wajah Aminah. Aminah menatap wajah Aldert dengan mengernyit. Sedangkan Azyumardi langsung menarik Aldert agak kasar agar sedikit menjauh dari ibunya. "Anda, ini lebih dewasa dari saya, jadi seharusnya ta
Baca selengkapnya
Puntung Rokok
-Sukabumi - Dua anggota kepolisian Andi dan Yudistira berjalan santai dengan berpura-pura sedang menghirup udara segar perkampungan. Pak Adam selaku rukun tetangga yang sudah diberitahukan pun turut mendukungnya. "Tapi, masa iya Neng Zeira bisa diseperti itukan? Dia kan hanya perempuan biasa saja dan tak mungkin membahayakan siapa pun." Adam seolah tak percaya dengan penuturan kedua polisi yang memberi informasi bahwa sasaran penembakan padahal untuknya. "Ini sih menyangkut keluarga mantan suaminya sepertinya!" Adam menduga. Pasalnya, siapa yang lagi yang akan melakukan ini. Kedua polisi langsung mencecar pertanyaan pada Adam, "Sekaya itukah mantan mertuanya? Bagaimana mereka bisa bercerai?" Adam menarik napasnya panjang sebelum dia menjelaskan semuanya. Kemudian diajaknya kedua polisi itu duduk di pertigaan jalan yang merupakan jalan menuju antara rumah Zeira dan Arman. Di sana ada pos kamling di mana para anak-anak karang taruna serta ronda berkumpul. Adam duduk pada ban
Baca selengkapnya
Bersandiwara
"Siapa kamu?" Arman bertanya ke pada lelaki yang menyuruhnya menunggu, dengan saat bersamaan dia pun turun kembali dari motornya. "Kenalkan, saya Marwan ketua kepolisian Sukabumi kota. Dan saya ini yang menangani kejadian perkara penembakan di kedai dekat sawah." Ucapan tersebut sembari mengeluarkan surat tugas dan tanda pengenalnya. "Apa hubungannya dengan saya?" tanya Arman menggertak kasar. Andi menjawab lantang, "Puntung rokok yang sama dan kata-kata Dahlan; Jadi Ibu Itu Yang Tertembak? Adalah sudah cukup bukti kalian adalah pelakunya!" "Gua tak ada hubungannya dengan itu?" Arman menyangkal sembari cepat sekali kembali ke arah motornya bermaksud hendak melarikan diri. Dengan cepat Adam meraih lengan tangannya, "Kamu itu dari almarhum bapaknya Zeira hidup hingga sekarang tak ada habis-habisnya mendzoliminya. Dulu mau diambil haknya sekarang mau mengambil nyawanya? Bersengkokol dengan para konglomerat jahanam karena demi uang 'kan?" ucapan kasar Adam terdengar hampir berjarak 300
Baca selengkapnya
Abang, Kapan Mau Melamar Zeira?
Duduk di bawah lantai tanpa beralas di dalam jeruji besi. Perasaan Arman sangat kacau, istrinya sudah sangat jelas akan menggugat cerai. Karena keluarganya memang tak pernah mendukungnya. Pasalnya, menyadari bahwa dia seorang pemalas dan tepatnya tidak bertanggung jawab. Deruan napas berat pun menyertai sesalannya. Tak mengapa, kesalahan meski diperbaiki kemudian minta maaf. Itu pun kalau dimaafkan, kalau tidak adalah sebuah resiko yang harus diterima dari kesalahan. *** -Flashback on- Dahlan langsung melajukan motornya bermaksud untuk mengembalikannya kepada warga. Sesampainya di sana, dia pun mendapati si pemilik motor ada di sana, "Eh, kamu tuh, ya. Katanya mau dua jam saja. Ini malah semalaman dan lebih." Sindir pemilik motor. Dahlan pun langsung menghampiri dan memberikan uang tambahan pada pemilik motor sembari minta maaf juga beralasan, "Iya, Pak. Sayanya kebablasan ngobrolnya dan ketiduran." Karena uang tambahannya banyak menjadikan pemilik motor tidak berbicara apa-apa. D
Baca selengkapnya
Kita ke Jakarta?
Tangan Zulkarnain memutar-mutar stir yang ada di depannya. Pandangan masih pada kaca spion tengah. Saat bersamaan mata Zeira pun tertuju ke sana. "Apa hanya karena ingin dilindungi Zeira memilih Abang? Tak adakah perasaan suka atau sayang pada Abang?" Perkataan itu seolah tuntutan dari Zulkarnain. "Biarlah perasaan itu Zeira ungkapkan setelah menikah nanti. Dan, Zeira pun menanyakan hal yang sama." Romantisme itu tertutur di depan Jubaedah. Seolah itu adalah caranya untuk mencegah perbuatan tak diinginkan sebelum menikah. Lagi-lagi mereka saling terpaut pandangannya satu sama lain dalam kaca spion. Tak adakah dalam diri Zeira perasaan trauma pada apa yang telah terjadi. Menikah, kemudian ditinggal pergi serta dahsyatnya dikhianati. Entah ada atau tidaknya trauma. Jelasnya, Zeira hanya ingin hari-harinya kembali penuh warna. Didukung, ada yang membuatnya tersenyum juga ada rasa merindukan serta dirindukan. Jubaedah tersenyum tipis melihat pada pandangan yang bersinar putih layaknya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status