Semua Bab Kill Me, Love Me: Bab 51 - Bab 60
108 Bab
Psikiater atau Psikolog
Memasuki ruangan dengan design yang menenangkan, berbeda dengan ruangan dokter pada umumnya. Fajar menatap wanita yang duduk dengan penampilan masa kini, menyapa dengan memberikan senyuman ramahnya. Fajar mengalihkan pandangan pada Indira dan Dave yang berada tidak jauh darinya, tangannya secara otomatis langsung menggenggam tangan Indira yang membuatnya terkejut.Fajar duduk disamping Indira dengan Dave yang berada di kursi sendiri disamping Fajar, wanita itu berada dihadapannya yang masih memberikan tatapan ramahnya. Fajar menatap Dave untuk diberitahukan siapa wanita yang ada dihadapannya, dirinya belum pernah bertemu sama sekali dengan wanita dihadapannya.“Fajar, kamu pasti bingung siapa aku.” Fajar menganggukkan kepalanya langsung, wanita dihadapannya tersenyum “Aku sering bertemu dengan Joe, dia adalah perwakilan kalian ketika datang kesini. Biasanya bukan hanya aku yang bertemu dengan Joe, tapi ada satu partner yang lain dan secara kebetulan masih menan
Baca selengkapnya
Penjelasan Memusingkan
Semua memandang Dave saat mengatakan hal itu, sekali lagi suasana kembali hening menatap Melani dan Dave bergantian. Fajar mengalihkan pandangan kearah Indira yang hanya mengangkat bahunya, kedua orang ini saja yang paham maksud dari perkataannya.“Mereka sudah melakukan hal itu.” Melani menjawab langsung “Tepatnya Joe, hal itu yang membuat akhirnya bisa berkomunikasi dengan dua yang lain.”“Kenapa tidak denganku?” tanya Fajar langsung.“Joe mengatakan kalau mental kamu belum siap.” “Mental? Memang Silvi siap?” Fajar tetap bertahan dengan rasa ingin tahunya yang tinggi.“Awalnya memang tidak, tapi perlahan Silvi bisa mengimbanginya. Joe dan Frans akan membiarkan Silvi melakukan apa yang disukainya setelah apa yang paman kamu lakukan.” Melani menatap Fajar yang langsung diam.“Paman tidak melakukan pelecehan pada Silvi?” tanya Fajar dengan penuh rasa khawatir.“Hubungan seksual?” tembak Melani yang membuat
Baca selengkapnya
Pernikahan Tak Terduga
Fajar benar-benar mewujudkan kata-katanya menyiapkan pernikahan mereka, Indira mengetahuinya saat meminta berkas pribadinya dan tanpa sepengetahuan Indira sudah menghubungi orang tuanya. Indira baru tahu ketika orang tuanya datang ke tempat Dave, kedua saudara saling menatap satu sama lain.“Dia benar-benar mau menikah sama kamu?” Dave menatap Indira yang hanya diam.“Aku nggak tahu, lalu aku harus bagaimana?” Indira menatap cemas pada Dave.“Lakukan saja apa yang dia rencanakan, aku nggak menyangka Fajar akan melakukan hal gila.” Dave menggelengkan kepalanya.“Apa ini Fajar atau pribadinya yang lain?” tanya Indira meminta keyakinan dengan menatap Dave yang hanya mengangkat bahu. “Apa aku harus menikah sama Fajar agar mereka bisa bersama?”“Kalau memang itu yang terbaik, kita bisa mencobanya. Satu hal yang ada dalam pikiranku adalah bagaimana dengan pamannya? Pria itu gila dan aku takut kamu kenapa-kenapa, belum lagi tunangannya
Baca selengkapnya
Rumah Kejutan
Fajar menggenggam tangan Indira, mereka memutuskan untuk melihat isi rumah ini. Langkah mereka tertuju pada lift yang ada di dekat ruang keluarga dan dapur, saling menatap satu sama lain dimana tampak keraguan dari wajah Fajar. Indira menekan tombol, pintu terbuka tidak lama kemudian dan mereka masuk kedalam, tujuan mereka adalah lantai paling bawah. Lift turun ke bawah, mereka saling memandang satu sama lain menanti apa yang ada dihadapannya, walaupun mereka sudah membaca buku harian tetap saja rasa penasaran lebih tinggi.“Sebanyak ini mobil kalian?” Indira membuka suara menatap banyaknya mobil ketika pintu lift terbuka “Di rumah yang lama bukannya ada juga kendaraan milikmu? Uang darimana kamu?”“Joe yang mengatur semuanya.” Fajar membuka suara “Seharusnya Joe mengambil tubuh ini bukan membiarkan aku yang mengambil alih, dia lebih paham dengan semua yang terjadi.”Indira menggenggam tangan Fajar erat, mendekatkan dirinya pada Fajar dengan membelai
Baca selengkapnya
Rahasia Rumah
Mereka membuka satu per satu kamar yang ada di lantai atas, banyak barang-barang yang tidak dikenal Fajar dan tampaknya koleksi mereka. Kebutuhan wanita di kamar satu, miniatur kendaraan di kamar lain dengan nuansa gelap dan terakhir adalah buku-buku yang tersusun rapi. Kepribadian berbeda menjadi satu, Fajar menatap tidak percaya dengan semua yang dilihatnya.“Kalian punya kesukaan berbeda.” Indira membuka suaranya.“Kepalaku pusing “ Fajar memegang kepalanya ketika merasakan pusing.Indira yang berada disamping Fajar langsung memegang lengannya, menuntun Fajar ke tempat duduk yang tidak jauh dari mereka berada. Memijat leher Fajar pelan agar rasa pusingnya hilang, memejamkan matanya menikmati pijatan yang dilakukan Indira.“Kalau nanti seumpama salah satu dari mereka keluar, tanyakan beberapa hal mengenai rumah ini dan juga caraku untuk komunikasi dengan mereka.” Fajar membuka suaranya yang diangguki Indira. “Aku ingin tahu bagaimana mer
Baca selengkapnya
Emosi Fajar
Belum pernah melihat Fajar marah sebelumnya membuat Indira terkejut, mencoba untuk tenang agar tidak terpancing dengan emosi Fajar, tangannya terulur pelan membelai punggung Fajar agar sedikit lebih tenang.“Aku baik-baik saja.” Fajar menatap Indira yang tampak ketakutan “Aku berasa lemah dan tidak berhak atas tubuh ini.”Indira menggelengkan kepalanya “Kamu yang layak atas tubuh ini bukan mereka, dari awal ini adalah tubuhmu jadi pasti kamu bisa melakukan ini semuanya dengan baik. Aku ada disampingmu apapun yang terjadi.” Fajar terdiam menatap bola mata Indira seakan mencari keseriusan disana dari setiap kata-kata yang dikeluarkannya, hembusan nafas panjang karena tatapan Indira adalah keseriusan didalam sana. Indira tulus dengan dirinya, membuat Fajar hanya bisa berdoa jika semua ini tidak semu.“Bagaimana kalau kita kembali keatas? Aku rasa Pak Wawan dan istrinya telah selesai masak.” Indira memberikan usul agar Fajar melupakan sementa
Baca selengkapnya
Tebakan Benar
Melihat perubahan pada Fajar yang memegang kepalanya membuat Indira langsung waspada, tangannya memegang pundak Fajar agar tetap sadar dan tidak menutup matanya, tapi sudut hatinya terdalam berharap salah satu dari mereka keluar yang membuat Indira bisa bertanya banyak hal.“Ahhh...sakit...ahhh....Indira kalau salah satu dari mereka keluar gunakan waktu sebanyak-banyaknhya untuk bertanya...ahhh...aku rasa salah satu akan keluar.” Fajar memejamkan matanya merasakan sakit pada kepalanya dan tidak lama menutup mata.“Mas...mas Fajar...mas...jangan tutup matanya...” Indira menggerakkan Fajar kanan kiri.Melihat Fajar menutup matanya, Indira hanya bisa pasrah. Meletakkan kepala Fajar agar sedikit lebih nyaman dengan posisi duduk, kembali menatap layar dan kali ini tidak melihat paman serta mantan tunangannya Fajar, mencoba mencari sekitar dan tidak menemukan dimanapun.“Siapa yang akan keluar? Aku harap Joe karena dia bisa diajak bicara.” Indir
Baca selengkapnya
Pembicaraan Dalam
Pengakuan Frans membuat Indira tidak percaya, saat tadi melihat isi dari map itu Fajar tidak mengingat apapun, memberikan tatapan penuh selidik pada Frans yang semakin tidak nyaman dengan tatapan yang Indira lakukan.“Kamu nggak percaya?” Indira langsung menganggukkan kepalanya “Terserah.” “Kamu nggak mau memberitahu bagaimana caranya komunikasi dengan kalian saat Fajar yang keluar? Setidaknya kalau kalian menginginkan menjadi satu dengan dia, kasih tahu apa-apa saja yang terjadi selama Fajar tidak keluar.” Indira memberikan ceramahnya.“Kenapa kamu mau menikah denganku...maksudnya Fajar.” Frans mengalihkan pembicaraan membuat Indira terdiam “Kamu nggak sedang mengincar harta kami, kan?”Indira membelalakkan matanya menatap tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari bibir Frans “Kamu pikir aku wanita kaya tunanganmu itu.” Indira mengatakan dengan penuh emosi.Frans tersenyum kecil “Bajingan ini sudah tahu? Apa reaksinya?”
Baca selengkapnya
Pembicaraan Tidak Terduga
Hening, tidak ada yang membuka suara. Indira menunggu jawaban dari pria yang ada dihadapannya, tidak tahu siapa sekarang yang sedang mengambil alih tubuh. Dirinya mendengarkan pembicaraan mereka untuk pertama kali, setidaknya Indira sudah tahu apa yang harus dilakukan saat bersama dengan mereka seperti sekarang.“Jadi? Apa aku bisa berbicara secara bersamaan?” tanya Indira lagi.“Aku saja cukup, nggak usah yang lain. Aku Frans.” Indira menganggukkan kepalanya “Lalu tadi Joe kenapa ikut bicara kalau memang kamu yang keluar?”“Aku Joe, ini pertama kali aku bisa bicara walaupun tidak keluar. Kamu tahu kenapa?” Indira menggelengkan kepalanya “Sebelumnya nggak pernah seperti ini? Sebutkan siapa yang bicara sekarang agar aku nggak bingung.”“Tetap Joe ini, kita belum pernah mengalami hal ini sama sekali dan ini pertama kali. Aku belum tahu kenapa bisa begini karena selama ini belum pernah mengalaminya.”“Apa ya
Baca selengkapnya
Malam Pertama (21+)
Indira membaca buku yang dimaksud Joe, tidak ada satupun yang dipahaminya. Fajar sendiri memilih membaca buku tentang teknologi, hal yang berhubungan dengan dirinya. Suara hembusan nafas panjang yang Indira lakukan membuat perhatian Fajar teralihkan, menatap Indira yang memijat kepalanya pelan.“Aku nggak paham.” Indira membuka suaranya “Aku salut sama Joe yang memahami bahasa beginian.” “Kenapa nggak minta bantuan Dave saja?” Fajar membuka suara yang dijawab gelengan kepala Indira, melihat itu Fajar mengerutkan keningnya.“Tidak ada ada yang boleh tahu rumah ini, baik itu Dave atau Rifan bahkan Kunto.”“Kenapa sampai sejauh itu?” Fajar semakin mengerutkan keningnya “Apa yang mereka bicarakan? Memang tadi siapa yang keluar?”“Frans.” Fajar menatap tidak percaya, berdiri dan mendekati Indira melihat keadaannya menyeluruh. Indira memukul pelan Fajar agar tidak terlalu berlebihan, mendorong pelan dengan memberikan tata
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status